Aku hanya mencintaimu

923 45 0
                                    


Alano tidak mengajak Sofia ke luar. Bagaimanapun mantan kekasihnya itu sudah calon istri orang lain. Karena itu ia menyarankan untuk bicara di teras belakang rumah perempuan itu.

Ia teringat kenangannya pada rumah ini. Kurang dari setahun yang lalu ia datang untuk melamar. Mengingat itu, Alano merasa bersalah sekaligus menyesal.

Tetapi perasaan itu hilang melihat bagaimana cerahnya wajah Sofia. Tak ada wajah tertekan di sana. Alano bahkan tak pernah melihat raut wajah Sofia yang sekarang.

Meski tidak tersenyum, namun terlihat demikian. Wajahnya begitu berseri. Alano tahu, Sofia pasti sudah tidak sabar untuk menikah dengan lelaki bernama Ario itu. Dan kelihatannya Sofia memang menganggapnya sebagai "teman saja".

"Aku tidak mengira akan bertemu denganmu lagi, Sofia. Rasanya lama sekali kita tak bertemu."

Sofia tersenyum. "Aku senang kita bisa bertemu lagi. Apalagi sekarang kamu akan menikah. Bagaimana ceritanya?"

"Cerita apa?"

"Cerita bagaimana kalian bisa bersatu. Seingatku, dia adalah pasien yang mengganggumu, kan?"

"Ceritanya tak panjang. Caroline akhirnya mengaku pada orangtuanya dan diusir dari rumah. Ia datang kepadaku, rela bekerja apa saja agar mendapat tempat tinggal."

"Dan kamu memanfaatkannya. Ia wanita yang cantik dan menurutku cukup menggoda bagi wanita seusianya. Tell me if I'm wrong."

Alano tersenyum jenaka. "Yup, totally right. Selain itu aku juga kasihan padanya, kasihan pada bayi yang dikandungnya, lebih tepatnya. Karena itu aku memintanya untuk menjadi maid di rumah. Ia bekerja dengan baik, dan aku sering menjawab pertanyaan-pertanyaannya tentang kehamilan. Dan pernah aku berpikir, mengapa ada lelaki yang tega meninggalkannya, padahal ia tidak semanja itu."

"Dan kamu jatuh cinta padanya."

Lelaki itu menggeleng.

"Tidak, aku tidak mencintainya. Aku hanya mencintaimu."

Pipi Sofia tiba-tiba memerah ketika matanya bertemu dengan mata pria Spanyol itu. Nafasnya jadi tak beraturan. Suara percikan air yang berasal dari kolam ikan mengembalikan kesadarannya kembali.

Alano tidak berubah sama sekali. Lelaki itu masih tampan. Masih menarik. Dan masih mencintainya.

Sofia khawatir, jika ia tidak menjauhi dirinya dari tatapan lelaki itu, ia akan terjerat kepada masa lalunya.

"Tapi aku tidak mencintaimu," tandas Sofia. Sebenarnya ia tak enak juga mematahkan hati lelaki itu. Tetapi bukankah itu keinginan lelaki itu? Kalau tak ingin sakit hati, mengapa harus datang ke rumahnya dan mengajaknya ngobrol?

"Ya, aku tahu. Karena itu aku ke sini. Aku harus pastikan kamu bahagia dengan lelaki itu, Sofia."

"Kamu sudah melihatnya. Apa lagi yang kamu cari?"

Duh, mengapa bodoh sekali Sofia mengucapkannya. Entahlah. Di satu sisi ia merindukan mantan kekasihnya ini, tetapi di sisi lain ia risih berdekatan dengan Alano. Kalau boleh memilih, ia lebih baik tak pernah kenal dengan pria Spanyol ini.

Mungkin kedengarannya aneh, mengingat hubungannya dulu bersama lelaki itu. Tetapi sekarang ia sudah bersama Ario. Dan Sofia tidak membutuhkan lelaki lain untuk melengkapi hidupnya selain Ario.

"Yang seperti kubilang, aku rindu padamu."

"Aku tidak bisa membayangkan perasaan calon istrimu jika tahu kamu masih mengunjungiku, Alano."

"Ia tahu."

"Ia tahu dan tidak cemburu?" Suara Sofia sedikit meninggi.

"Tidak, ia memercayai aku. Caroline yakin aku bisa mencintainya. Mungkin bukan sekarang-belum. Maafkan aku, Sofia, mungkin aku mengesalkanmu. Kamu tidak usah khawatir, aku tidak akan mencoba merebutmu dari Ario."

That One Person Who Loves Me (COMPLETED)Where stories live. Discover now