Aku hanya tidak ingin kamu tersakiti lagi

1.3K 65 1
                                    


Akhir bulan itu Sofia naik ke atas panggung sebagai pembuka acara. Gedung pertunjukkan konser itu penuh. Tak ada satu bangkupun yang kosong. Semua orang ingin melihat pianis berbakat dari Indonesia dan murid-muridnya yang kebanyakan berkebangsaan Amerika.

Ini konser pertama yang diselenggerakan Sofia. Ia tidak ingin mengecewakan penonton. Selain itu ini bentuk promosinya untuk tempat les yang ia bangun. Dan penampilannya mendapat standing applause dari semua orang.

Tepuk tangan penonton tidak berhenti sampai ia turun dari atas panggung. Dari sudut matanya Sofia dapat melihat keluarganya yang berdiri di bangku paling depan menepuk tangan untuknya.

Hari ini adalah hari yang spesial untuknya. Orangtuanya terbang dari Jakarta ke New York untuk menghadiri konser perdananya. Dan Adrian datang lima menit sebelum pertunjukannya dimulai. Keluarganya sangat bangga kepada Sofia ketika mendengar nada kagum dari orang-orang yang menontonnya.

Kini orang-orang mengenal nama Sofia Agraprana sebagai salah satu pianis muda berbakat yang pernah ada.

Tanpa diduga, Sofia merasa lemas setelah pertunjukan selesai. Tetapi ia tidak sampai jatuh pingsan. Ia memendam rasa pusingnya sendiri. Tidak ingin orangtuanya dan Adrian khawatir.

Karena kamar di rumah Sofia hanya ada dua, yaitu kamar untuk Sofia dan Bik Ira, orangtua Sofia dan Adrian menginap di hotel. Ayah Sofia yang merasa ada ikatan batin dengan putrinya, bertanya ketika hendak berpisah di luar gedung, "Kamu tidak apa-apa, Sayang?"

Sofia tersenyum melihat perhatian yang diberikan ayahnya. "Aku tidak apa-apa, Ayah. Aku hanya terlalu lelah."

"Kamu bisa menginap di hotel bersama kita, Sayang," ujar Bunda khawatir. "Kalau ada apa-apa, kita semua stay buat menolong kamu."

"Iya, Sofia, Bunda benar. Sebaiknya kamu bareng kita saja. Ayah dan Bunda kan besok akan kembali ke Indo. Kita semua juga rindu padamu," sambung Adrian.

Sofia menolak dengan halus walau ingin tinggal bersama orangtuanya. Ia beralasan ia harus mengajar murid-muridnya besok. Ia juga menambahkan, banyak murid-muridnya yang sudah memintanya untuk mengajar meski mereka baru saja menunjukkan kemampuan mereka di atas panggung.

Dengan berat hati Sofia dan keluarganya berpisah. Keluarganya naik taksi ke hotel, sementara Sofia berjalan ke halte.

Seseorang turun dari mobil Bentley di depannya. Ario.

Mereka bertatapan dan saling bertukar senyum.

"Kamu tidak perlu beralasan karena tidak menghadiri konserku, Iyo," kata Sofia mengerti. "Kamu kan arsitek yang sibuk."

"Aku minta maaf. Hari ini keadaan ayahku memburuk. Aku harus menjaganya seharian ini," jawab Ario merasa bersalah.

"Beri salamku pada ayahmu, Yo. Maaf aku tidak bisa menjenguknya." Sofia menunjukkan rasa prihatinnya. Sekali lagi ia merasa bersyukur memiliki orangtua yang sehat.

"Kamu pucat sekali, Sofia. Kamu sakit?"

Sofia sudah menutupi wajahnya dengan make up yang tebal sebelum keluar dari gedung. Agar orang-orang tidak menyadari kesakitannya. Tetapi tetap saja Ario dapat melihatnya.

"Kecapekan. Aku pulang dulu, Yo. Selamat malam." Sofia tidak menoleh ke belakang lagi ketika busnya datang. Begitu duduk di bus, ia melambaikan tangannya kepada Ario melalui jendela.

Busnya berhenti di sebuah halte dekat rumahnya. Sofia harus berjalan beberapa meter untuk sampai rumahnya. Dan ia terkejut ketika melihat seseorang yang duduk di teras rumahnya.

Mata lelaki itu masih cokelat pekat ketika Sofia menatapnya. Tatapan tidak percaya lelaki itu datang. Dalam hati Sofia menebak-nebak, apa yang membuat lelaki itu datang lagi. Dengan setelan dokter pula.

That One Person Who Loves Me (COMPLETED)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora