Kau suka dengan cincinnya, Sofia?

977 54 0
                                    


Untuk pertama kalinya ibu Sofia bertemu dengan ibu serta nenek Ario di Soo Ra Cheong, restoran di Jl. Senopati. Mereka sama-sama menyukai makanan Korea dan Jepang. Maka itu tak heran mereka bisa akrab dalam waktu singkat.

Bu Salina mengutarakan kekagumannya dengan restoran itu. Restoran itu menghidangkan sup yang enak sekali di lidahnya. Sup pedas-asam yang bernama Yokejang. Biasanya ia hanya makan bulgogi (potongan daging sapi) dan gimbap (nasi rumput laut), makanan ringan yang mudah untuk dimasak di rumah.

Di depan keluarga Ario, Bunda menutupi keresahannya memikirkan Adrian yang sudah boleh dikeluarkan dari kamar tadi pagi. Tapi entah mengapa putra sulungnya itu malah enggan beranjak dari kasurnya. Ia lebih suka tidur dan meminta orang-orang di rumah agar tak peduli padanya untuk beberapa hari ini.

"Sofia merubah segalanya, Jeng Andin." Bu Salina menunjukkan rasa kagumnya pada Sofia. "Banyak perubahan pada diri Ario. Anak saya jadi lebih rajin, lebih simpatik."

Bunda tersenyum mendengar pujian ibu Ario. Tidak sedikit memang yang mengagumi putrinya. Banyak teman-teman arisannya yang menawarkan anak lelaki mereka untuk meminang Sofia.

Tetapi Ayah menolak.

Pernikahan tak bisa dipaksa. Tidak peduli seberapa kaya lelaki yang akan menikahi putrinya. Seperti yang sudah dikatakan, kebahagiaan keluarganya adalah nomor satu. Ayah takkan membiarkan satu orangpun menyakiti hati anggota keluarganya.

Nenek Lily meletakkan sebuah kotak cincin beludru berwarna biru tua di atas meja. Dibukanya kotak itu. "Ini cincin pernikahan saya. Dan akan dipakai Sofia. Apakah kira-kira Sofia menyukainya?"

Model cincin itu berbentuk vintage dengan perpaduan berlian dengan ukuran yang mendetail dan bersifat elegan. Taburan berlian yang berbentuk dedaunan membuatnya menjadi lebih berkilau.

Belum sempat ibu Sofia menjawab, tiba-tiba Ario dan Sofia datang. Mereka duduk di sebelah orangtua masing-masing. Ario meminta maaf karena datang terlambat. Ia tadi sempat meminta Sofia untuk menemaninya mencari ketoprak.

Adrian memang sialan. Tadi pagi Ario mengirimnya SMS, menanyakan kabarnya. Bukannya menjawab baik-baik saja atau buruk, kakak Sofia itu meminta Ario untuk membawakannya ketoprak. Kalau bisa yang dijual di gerobak, tambah kakak Sofia itu.

Karena saat itu masih terlalu pagi dan Ario tidak menguasai kota Jakarta, diteleponnya Sofia. Dan ternyata Sofia sama-sama tidak tahu di mana biasa tukang ketoprak mangkal. Alhasil mereka mengelilingi kota Jakarta untuk mencari tukang ketoprak.

Untungnya di saat akhir mereka melihat tukang ketoprak di daerah Menteng. Lalu dibawanya dua bungkus ketoprak untuk Adrian.

Tentu saja Ario tidak memberitahu bahwa keterlambatan kedatangan mereka disebabkan oleh Adrian.Ia menjelaskan bahwa dirinyalah yang sedang ngidam ketoprak. Ario tak ingin ibu Sofia merasa tak enak. Apalagi nama Adrian di keluarga Ario sendiri sudah rusak. Ia tak ingin menambah masalah.

Nenek Lily menggeleng-gelengkan kepalanya. "You're too old for that thing, Ario. And you'll be married!" Lalu nenek Ario itu menoleh pada Sofia. "Kau suka dengan cincinnya, Sofia?"

Sekali pandang saja Sofia merasa silau melihat cincin itu. Perlahan ia mengangguk. "Aku sangat menyukainya, Nek."

"Dan Sofia sudah tak sabar memakainya," kata Ario, tersenyum. "Terima kasih sudah datang, Ma, Nek. Kukira kalian akan telat datang ke sini."

Bu Salina tertawa. "Tentu saja Mama akan datang, Sayang. Ini peristiwa besar untukmu dan Sofia. Maafkan anak saya, Jeng Andin."

"Tidak apa-apa, Jeng Bu Salina. Saya dapat mengerti perasaan Nak Ario."

That One Person Who Loves Me (COMPLETED)Where stories live. Discover now