Aku tidak ingin kamu meninggalkanku

976 42 0
                                    

Ario merasa senang sekali, ketika ia turun dari mobil Toyota Crown-nya, ia sudah melihat Sofia tengah berdiri di depan rumah makan soto itu.

Wanita itu terlihat cantik sekali dibalut dengan kemeja putih dan rok selutut bermotif bunga-bunga berwarna merah muda. Rambutnya diikat ke belakang. Terlihat sederhana dan manis.

Ario segera menggamit tangan Sofia dan mengajak wanita itu ke dalam rumah makan itu. Pelayan rumah makan soto itu menyambut mereka dengan ramah. Memberi kesan bahwa mereka sudah mengenal Sofia.

Mereka duduk. Setelah memesan dua mangkuk soto dan dua es teh manis, Ario mulai menikmati wajah Sofia dengan menatapnya tanpa mengalihkan ke arah lain satu detikpun.

"Aku sering ke sini bersama Adrian sebelum ia kuliah di Paris." Sofia memulai pembicaraan, untuk mencairkan suasana yang sedikit aneh. Dan meredam dadanya yang dag dig dug ditatap Ario. "Tapi sekarang, ia bahkan sudah lupa dengan tempat ini."

"Tidak heran," sahut Ario. "Di Paris, kehidupannya hedon sekali. Aku bahkan sering bertanya-tanya, mengapa ia bisa memiliki uang sebanyak itu padahal statusnya perantau. Ya, banyak sih anak-anak orang kaya yang kuliah di sana, tapi tidak ada yang seboros Adrian."

"Dia punya hobi yang menguntungkan, kan?" Sofia tersenyum masam. Tak ada nada sarkasme dalam suaranya. Malah terdengar sedih. "Ayah tidak mengirimkannya banyak uang."

Ario menggenggam tangan wanita itu. "Hey, jangan sedih begitu dong, Sayang. Aku yakin, suatu hari nanti ada perempuan yang bisa merubah kakakmu."

"Mengapa harus orang lain? Mengapa bukan kita saja?"

"Aku rasa setelah kita menikah kita tak punya waktu untuk itu, Sayang," jawab Ario lembut. "Aku sudah membuat rencana di kepalaku, dan membutuhkan kamu untuk mewujudkan itu semua."

"Kamu yakin tidak akan menyesal?"

"Berhentilah bertanya seperti itu, Sofia." Ario mendengus kesal. Ia melepaskan tangannya dari tangan Sofia. "Aku sudah lelah meyakinkan orang-orang yang ragu padaku. Ayahmu. Nenekku dan mamaku. Bahkan Adrian."

"Nenekmu? Adrian?" Sofia mengangkat salah satu alisnya.

Pelayan menaruh dua mangkuk soto dan dua gelas es teh manis di atas meja mereka. Ario menatap Sofia dengan tajam, tak tergiur sama sekali dengan bau soto yang lezat.

Begitu pelayan itu pergi, ia langsung menjawab pertanyaan Sofia. "Ya, tadi pagi aku bertengkar dengan nenekku. Nenek menganggap aku akan menyesal menikah denganmu. Bukan hanya itu. Bahkan ia berpikir aku tidak bisa membahagiakanmu, Sofia. Bisa kamu bayangkan betapa tertekannya aku, Sofia?"

Sofia menunduk, menggigit bibirnya. Tidak tahu harus bicara apa.

"Kalau kamu berpikir nenekku benar, kamu orang yang paling tidak punya hati, Sofia," sambung Ario dingin.

Wanita itu mengangkat mukanya. Ini bukan pertama kalinya Ario menatapnya seperti sekarang. Penuh dengan kemarahan serta kelelahan.

Melihat mata itu, Sofia merasa hatinya sakit, seolah dapat merasakan apa yang dirasakan kekasihnya.

Ario mulai melahap sotonya. Terlalu lahap, bahkan. Ia sama sekali tidak membuka mulut untuk bicara dengan Sofia.

Sofia tak berhenti menatap lelaki itu selagi makan. Menunggu lelaki itu mengatakan sesuatu padanya. Sofia berani bersumpah, selama hidupnya, masa-masa seperti inilah yang paling sakit. Bahkan kesakitannya saat pernikahannya batal tak sesakit ini.

Setelah suapan terakhir, barulah Ario bicara. Dengan nada yang lembut, tidak seperti tadi. "Kamu sudah mengkonsumsi obatmu hari ini?"

Sofia menggeleng. "Setelah makan baru aku memakannya, Yo."

That One Person Who Loves Me (COMPLETED)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن