Aku akan melamarmu lagi

1.1K 57 0
                                    


Sofia menekan tuts yang menghasilkan nada do rendah dengan salah satu jarinya. Ia mengangkat jarinya dari tuts, lalu menekan tuts yang lain, dan mulai bermain. Siang itu ia berniat untuk bermain piano dan menciptakan sebuah lagu.

Tetapi jangankan menciptakan sebuah lagu. Otaknya sedang beku. Buntu. Tak ada satu idepun menyergap di pikirannya. Yang terlintas di benaknya hanyalah Ario.

Sudah mendapatkan perempuan lainkah pria itu? Atau... Ario lebih suka menyendiri? Ah, Ario tidak sulit untuk menemukan perempuan yang sesuai dengan seleranya. Ario memiliki semua yang semua perempuan idamkan.

Sofia bangkit, berjalan ke ruang tengah, dan menonton serial kesukaannya, Gossip Girl. Ia jadi teringat terakhir kali ia menonton serial ini bersama Alano. Saat lelaki itu memasang terjemahannya ke bahasa Cina. Tak sengaja Sofia tertawa mengingatnya.

"Ehm..., sudah gilakah kekasihku tertawa sendiri?"

Sofia menoleh. Alano tersenyum padanya dan duduk di sebelahnya.

"Masih ingin jadi kekasihku kalau aku gila?" Sofia membalas gurauannya sambil menyandarkan kepalanya di dada lelaki itu. "Sekarang kamu jadi dokter yang bandel ya. Bukannya ada di RS malah di rumah kekasihmu!"

"Sekarang kan jam makan siang, Sayang. Aku ingin mengajakmu makan di luar."

"Kenapa? Masakanku sudah tidak enak lagi sampai kamu mengajakku makan di luar, Al?"

"Tidak, hanya saja kita kan tidak pernah makan di luar. Tapi kalau kamu keberatan, aku tidak apa-apa makan di rumahmu. Aku bisa melamarmu di mana saja, kok."

Sofia tertegun.

"Kamu serius, Al?"

Sofia mengangkat kepalanya dari dada lelaki itu. Ia menatap Alano dengan tidak percaya. Kalau tidak mabuk, Alano pasti sangat mencintainya!

"Dulu aku lengah membiarkanmu pergi." Alano meraih tangan kekasihnya dan menggenggamnya dengan erat. "Tetapi tidak kali ini, Sofia. Kita akan ke Indonesia. Aku akan melamarmu lagi."

"Kamu yakin sekali aku akan menerima lamaranmu."

"Aku tahu kamu tidak akan menolak. Sekarang, jawab pertanyaanku. Will you marry me, Sofia Asmaranti Agraprana?"

Sofia menghela nafas panjang. Matanya tak berhenti menatap Alano, seolah meyakinkan dirinya bahwa laki-laki yang ada di depannya ini serius melamarnya.

"Aku hanya tidak ingin kamu menyesal, Alano. Kata buku yang aku baca, penderita Parkinson sulit untuk memiliki anak. Dan jika aku bisa memiliki anak, aku tidak yakin saat itu aku masih sesehat sekarang."

"Hai, listen, aku menerimamu apa adanya, Sofia. Aku seorang dokter. Bagiku kamu penyakitan atau tidak sama saja, Sayang. Aku yakin kok anak-anak kita bisa mengerti. Mereka justru bangga memiliki mama sehebat kamu, Sofia." Alano tersenyum. Melihat senyum itu, keinginan Sofia untuk menolak semakin kuat. Dia tidak ingin Alano menaruh harapan padanya.

"Tapi bagaimana dengan orangtuamu, Al? Mereka tidak tahu tentang penyakitku, kan? Aku yakin orangtuamu tidak setuju jika tahu yang sebenarnya."

"Kamu memikirkan apa yang dipikirkan orangtuaku?" Alano tertawa. "Mereka saja tidak tahu umurku berapa. Kamu tidak perlu mengkhawatirkan itu. Keluargaku cuek, kok."

"Al, bisakah kamu berhenti bersikap santai? Aku ingin tahu reaksi orangtuamu dulu, Al. Aku tidak ingin mereka menyesal memiliki menantu sepertiku."

"Mereka sudah tahu," kata Alano akhirnya. "Mereka tahu kemarin kamu dirawat dan bertanya padaku apa yang terjadi padamu. Aku menceritakan semuanya. Dan mamaku sama sekali tidak keberatan."

That One Person Who Loves Me (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang