-34- Setelah kepergian Ferdy

56 1 0
                                    

Awalnya ku kira akan mudah, menjalani hari hariku tanpamu. Seperti dulu ketika aku belum mengenalmu. Sayangnya tanpamu hari-hariku menjadi sepi.

Karena kamu adalah bagian dari kenangan indah dihidupku.
Namun kadang kala aku pun mencoba untuk melupakanmu.
Karena semakin indah kenanganku bersamamu, semakin menyakitkan pula setiap kali aku mengingatnya.

Kamu seorang yang baru saja masuk kedalam kehidupanku belum lama ini. Kenapa begitu sulit untuk melupakanmu? Kenapa begitu sulit untuk menghapusmu dalam keseharianku? Kenapa begitu sulit terbiasa tanpamu?

Lia, risa, anggi dan akbar seringkali mencoba menghiburku. Namun usaha mereka sia-sia. Rasa kehilangan ini begitu dalam. Perpisahan yang samasekali tidak ku duga. Aku masih belum siap.

Hari kenaikan kelas pun tiba.
Hari yang begitu ramai disekolahku.
Diadakan pensi setelah pengambilan raport. Namun itu sama sekali tak membuatku tertarik.
Aku hanya bisa berdiri dibalkon alih alih menyaksikan pensi, aku malah memandang sekitar. Mengamati sudut sudut sekolah. Memandang tempat tempat yang biasa ku tuju bersama ferdy.

Kenapa semuanya begitu cepat berlalu fer?

Risa, lia dan anggi mengajakku ikut menyaksikan pensi dilapangan. Namun alu menolak ikut, merekapun mengerti dan memberikanku waktu sendiri.

Kini akbar berdiri disampingku sambil menatap panggung pensi dilapangan.
Kami diam tanpa kata sampai akbar memulai percakapan.

"Ay, mau sampe kapan gini terus?" tanya akbar masih memandang lurus ke lapangan.

Namun aku hanya diam membisu.

"Tuh kan, lu balik lagi ke aya pas pertama kali gua kenal" ucap akbar yang masih memandang kearah lapangan.

Lagi lagi aku hanya diam.

"Nih ya Ay, Ferdy emang udah gaada. Tapi hiduplu masih berlanjut. Lu gabisa ngejauhin orang orang yang deket sama lu. Ferdy itu udah lalu. Dan lu masih punya gua, masih punya risa, lia, anggi. Janganlah lu terlalu fokus sama kehilangan ferdy dan lu malah milih buat jauh dari kita. Kita semua juga kehilangan. Inget, Ferdy pasti bakal sedih ngeliat elu yang begini gara-gara dia" ucapnya sambil menatapku yang masih diam membatu.

"Inget, lu masih punya kehidupan" ucap akbar lalu pergi meninggalkanku.

Akbar dan semua perkataannya benar. Aku memang terlalu egois. Bagaimana tidak? Aku hanya memikirkan perasaanku saja. Aku tau mereka juga merasa kehilangan, tapi mereka berusaha menghibur diri sendiri dan bahkan mencoba menghiburku. Namun aku yang egois ini malah berusaha menjauhi semuanya. Menjauhi semua orang yang dekat denganku hanya karena alasan aku tak mau merasakan kehilangan lagi. Aku memang bodoh.

Akupun bergegas turun menuju lapangan, menghampiri para sahabatku.
Aku menemukan mereka diantara kerumunan siswa lain.

"Hei, maafin gua ya" ucapku pelan setelah menepuk pundak risa.

"AYAAA, HAH? BILANG APA TADI?" ucap risa dengan suara cemprengnya itu, membuat lia dan anggi ikut menoleh.

"Gua minta maaf" ucapku sedikit mengeraskan suara, yang masih kalah berisik dengan suara speaker.

"HAH? APASIH?" ucap risa kembali

dengan sedikit terganggu oleh suara risa, lia pun mengajak kami menjauh dari panggung.

"Kenapa ay?" tanya lia.

"Gua minta maaf yaa" jawabku.

"Loh minta maaf kenapa? " tanya anggi dengan polosnya.

"Gua minta maaf udah ngejauh dari kalian, gua udah egois, gua tau sebenernya kita semua juga pasti kehilangan, guanya aja yg terlalu mellow" ucapku.

"Ululu, gapapa ay, gua maapin kok, guakan sayang elu" ucap risa lalu memelukku, diikuti oleh lia dan anggi.

"Akhir liburan nanti maen kerumah gua ya, abang gua mau ngadain pesta ulangtahun katanya, butuh bantuan" ucap Lia yang disambut antusiasme dari risa.

Yah beginilah kami, cepat memaafkan karena kami saling mengerti.
Cara terbaik menyelesaikan masalah dengan orang lain adalah dengan meminta maaf.

Aku bangga punya mereka yang selalu mengerti bagaimana diriku ini.

Tenang saja Fer, aku pasti akan bahagia.


---------------------------------------------------------

8 Juni 2019
PeronaT 👸🏻

Thanks Ferdy!Where stories live. Discover now