-15- Ika's POV

70 3 0
                                    

Ika's POV

"Ika!! Astagaaa, aya pingsan tadi!!" Teriak Firda teman sebangkuku. Ia berlari menghampiriku sambil berteriak.

Pingsan? Aya? Sejak kapan Aya suka pingsan?

Setahuku, pertahanan tubuh aya itu kuat. Hanya lambungnya saja yang bermasalah. Tapi, Ia mungkin Hanya mual tak sampai pingsan.

Terakhir kali aya pingsan Saat Ia SD dulu, dulu Ia memang sering pingsan. Namun setelah pindah sekolah, Ia jadi seperti biasa lagi.

Aku yakin ada masalah yang Ia miliki dulu. Namun Om Farhan, Tante Imel, dan Aya, menutupnya rapat-rapat. Mereka bilang, tunggulah Aya yang memberitahunya sendiri.

Namun Aya tak kunjung memberitahuku sampai Saat ini, Ia berhasil menutupnya rapat-rapat. Bahkan sampai mengurung diri dikamar selama beberapa minggu setelah inseden itu.

"Woy! Bengong lagi" Ucap Firda memecah lamunanku.

"Terus Dia dimana da?" Tanyaku.

"Di UKS noh, elumah jadi sodara gimana --" Ucap Firda.

Akhirnya aku langsung cuss ke UKS, Firda yang lagi ngoceh aku tinggalin.

Aku berjalan menyusuri koridor, Saat tiba di pintu UKS, aku melihat sosok ferdy yang sedang duduk disampingnya. Ferdy begitu khawatir pada Aya.

Deg.

Hatiku sakit melihatnya. Tapi aku harus membuang jauh-jauh perasaan ini.

Akhirnya aku memutar arah kembali menuju kelas.

Firda bingung melihatku yang sudah tiba dikelas dengan cepat.

"Ngga jadi? Kenapa?" Tanya Firda bingung setibaku di bangku.

"Lagi tidur" jawabku singkat.

*****

Siang ini aku berangkat kerumah Aya, karena sudah lama ngga curhat-curhatan lagi. Yah meskipun memang cuma aku yang curhat.

Tapi Aya itu pendengar yang baik, dia juga selalu kasih nasehat sama ngasih tau yang bener yang mana.

Meskipun aku lebih tua dari dia, Tapi sifatnya Aya lebih dewasa dariku.

Saat aku tiba dirumahnya, tante imel bilang kalo Aya lagi ada masalah, entah apa masalahnya. Dia ngurung diri dikamar beberapa hari ini.

Aya emang paling jago nyimpen rahasia. Dia jago banget nyimpen lukanya sendiri.

Saat tiba dikamar Aya, aku berbaring disampingnya. Sejenak kulihat matanya menyimpan kesedihan, kerinduan, dan rasa bersalah. Tapi dia hanya menyimpannya sendiri, Ia tak memberihatuku.

Akupun tak ingin memaksa Aya untuk mengatakannya. Akhirnya aku mengajak Aya pergi jalan-jalan.

Kami have fun seharian.

Namun, kebahagiaan Aya hilang seketika Saat Kami menginjakkan kaki di cafe Angga.

Saat Kami memasuki cafe, Kami mencari tempat duduk yang nyaman untuk Kami.

Namun Saat mencari tempat, aku melihat Angga sedang bersama seorang wanita. Kurasa wanita itu adalah Linda, orang yang Aya benci.

Sontak aku langsung menarik tangan Aya untuk keluar cafe sebelum Aya melihatnya.

"Balik aja yu ay" ucapku.

Raut wajah Aya kebingungan.

"Udah Balik aja yu, uang gua abis ternyata" ucapku sambil nyengir.

Thanks Ferdy!Where stories live. Discover now