-33- Aku Menyayangimu

57 2 0
                                    

Setelah Ferdy siuman, suasana sekolah kini menjadi lebih hidup, bagiku.
Rutinitas setelah ujian kenaikan kelas adalah classmeeting. Hal ini membuat sekolah menjadi ramai. Siswa yang biasa bolos saat jam pelajaran pun tidak mau kelewatan dengan acara sekolah kali ini.
Aku, Risa, Anggi dan Lia tak mengikuti mata lomba apapun. Sehingga kami hanya berkumpul di kantin sambil menghadap kearah lapangan futsal karena kelas kami baru saja bertanding melawan kelas 12. Akbar, Malik, Rian, Raka dan Wawan yang mewakili kelas kami sehingga kami bisa lolos ke babak selanjutnya.

"Gimana tadi? Gua keren pan?" tanya Akbar sambil berjalan menuju meja aku, Lia, Risa dan Anggi dengan badan penuh keringat.

"Weiss yang menang sombong" ucap Lia.

"Harus lah.. Geser dikit" ucap Akbar sambil mengambil minuman milik Risa.

"Eh bazeng lu ya minum gue tuh, bau keringet tau" ucap Risa, meskipun begitu tetap saja mau geser untuk Akbar duduk.

"Wajarlah abis olahraga, emangnya elo jalan aja pake jatoh, ditengah lapangan lagi.. Malu-maluin" ucap Akbar yang langsung mendapat cubitan di perutnya. Membuat aku, Lia dan Anggi ikut tertawa.
Aku teringat kembali kejadian tadi pagi ketika Risa berjalan entah karena apa ia terjatuh di tengah tengah lapangan dan kalian pasti tahu kalau dia sangat teramat malu karena mendapatkan tertawaan dari banyak orang tanpa terkecuali kami.

"Uhuy Aya udah bisa ketawa lagi sekarang" ucap Risa.

"Atuh iya... Kan si Ferdy udah siuman" jawab Anggi.

"Eh Bar lu nyaman apa kumpul sama kita?" tanya Lia.

"Lah emang ngapa?" tanya Akbar.

"Noh liat anak anak basket pada disebelah sono dan elu malah kumpul sama kita para cewe cewe" ucap Lia sambil menunjuk gerombolan anak basket kelas kita.

"Lah emang kenapa? Kan kalo disini gua yang paling ganteng.. aww cucok deh cyinn" ucap Akbar sambil menirukan gaya banci yang disambut dengan tawaan jijik dari kami.
Akbar ini ada ada saja.

"Wey bar hp lo bunyi!!" teriak Rian dari mejanya.

Akbar pun langsung berlari menghampiri Rian.
setelah menerima telpon, akbar datang menghampiriku.

"Ay anter gua ke RS yuk" ucap Akbar tiba-tiba.

"Lah ngapain?" tanyaku yang rada bingung.

"Kaki gua keseleo kayaknya" jawabnya.

"Lah alay amatlu bar, keseleo mah diurut" ucap Anggi sambil tertawa garing. Risa dan Lia hanya saling memandang.

"Udah ayok" ajak Akbar memohon.

"Yaudah sono ay, kasian" ucap Lia. Aneh, rasanya ada yang aneh.

"Ahh lama, udah sono" ucap Risa sambil memdorongku.
Akupun berdiri dan mengikuti Akbar menuju rumah sakit.

"Loh ini kan mau ke ruangan Ferdy Bar?" tanyaku berasa ada yang aneh dari Akbar.

"Iya Ay, maaf gua boogin lu" ucapnya sambil membuka pintu ruangan Ferdy.

Disana ada Rina yang tengah menangis, dan om Nata yang sedang menenangkan putrinya itu.
Ada apa ini? Seketika rasanya tubuhku lemas.
Tidak mungkin.
Air mata menetes begitu saja.
Ferdy gamungkin meninggal.
Kemaren kan dia udah sadar.
Ini mimpi. Mimpi.
Kini pandanganku memudar, menghitam dan gelap. Semuanya berubah menjadi gelap dan sunyi.

Sunyi..

Gelap..

"Aya, Terimakasih.."

Suara itu terdengar jelas dalam kesunyian ini. Ya aku kenal suara itu. Amat teramat sangat. Itu suara Ferdy.
Pandanganku menjadi putih, ku lihat wajah ayah sedang menatapku cemas, sedangkan mamah tengah menangis tersedu-sedu sambil memandang kesuatu arah.

"Yang tabah ya" ucap ayah sambil mengelus kepalaku.
Wajahnya begitu sedih.
Aku beranjak dari tidurku. Aku berjalan menuju seseorang yang terbaring di atas ranjang dengan iringan tangis disekelilingnya .
Aku masih tidak percaya ini nyata sampai aku berada disampingnya. Melihat wajahnya yang seolah olah tersenyum padaku itu sedang terbujur kaku. Dengan mata tertutup yang seolah oleh melepas lelah dan beban selama hidupnya. Tanpa kata dan tanpa nafas.

Ferdy sudah pergi.

Pergi untuk selama lamanya.

Air mataku mengalir begitu derasnya.
Hingga aku tak mampu berkata-kata lagi.

Bagaimana bisa aku melanjutkan hidupku dengan tawa?
Sementara kau sang pembuat tawaku kini telah pergi.

Kemarin kita masih berbincang Fer, kenapa tibatiba begini?

Entah bagaimana jadinya nanti.

***

Ferdy adalah anak yang baik. Banyak sekali yang datang melayatnya. Teman sekelas, kakak kakak OSIS, Keluarga besar warung bi Edah, teman smpnya, teman komunitas motornya, om om bengkel, dan masih banyak lagi.
Melihat bi Edah menangis, aku ikut menangis kembali. Padahal Lia dengan susahnya meredakan tangisku.

"Atuh si kasep bibi mah kehilangan pisan, pan kemaren udah baikan kenapa malah gini..." ucap bi Edah dengan isak tangisnya.

Ferina terlihat berusaha setegar mungkin sambil menyapa tamu yang melayat bersama mamah. Ayah dan om Nata sedang mengurus pemakaman Ferdy. Ibu tiri Ferdy dan keluarganya om Nata tengah dalam perjalanan. Dan aku hanya bisa menangis dipelukan Lia.
Keluarga besarku baru tiba, sayangnya Ika sedang tak disini. Ia sudah pindah ke kalimantan mengurusi kuliahnya.

Rasanya begitu menyakitkan. Disaat aku sudah mulai percaya lagi pada seseorang. Disaat aku sudah membuka hatiku kembali. Namun aku ditinggalkan kembali. Lagi, dan lagi.
Akankah hidupku kembali berwarna Fer?
Semoga saja aku bisa tanpamu.

Selamat jalan Fer, aku bahagia telah mengenalmu.

Terimakasih telah menciptakan kenangan dan kebahagiaan dalam hidupku.

Aku menyayangimu.

---------------------------------------------------------

8 Juni 2019
PeronaT 👸🏻

Thanks Ferdy!Where stories live. Discover now