-18- Tangisan Risa

64 2 0
                                    

"Ay gua duduk disini yah, hihi" ucap Lia setibaku dikelas.

Pelajaran Udah dimulai, meja depanku kosong, dan kursi disampingku diisi Lia. Entah apa yang terjadi.

Ferdy sama Azid bolos, aku ngga ngerti sama mereka berdua. Ngga niat amat sekolah, mana duduknya didepan. Kan biasanya anak badung milihnya dipojokan belakang.

Dan risa? Dia dibelakang sama Selvi. Yahh biarinlah biar Dia semaunya.

Berita tentang Angga dan Linda juga udah menyebar, mereka menjadi topik pembicaran para siswa yang suka ngegosip. Dan tak sedikit pula namaku ikut terbawa dalam gosipan mereka.

Ada yang bersimpati padaku, ada pula yang membenciku dan mengatakan aku terlalu berharap.

Yahh bodoamat, masalah itu sudah lewat.

Sekarang yang ada dipikiranku cuma cowok yang di pantai.

Cuma Dia.

Sampe-sampe seharian aku ngga fokus belajar.

Cuma gara-gara kakaknya Nayla itu.

Aku penasaran sekali.

Dan ini Udah pulang sekolah, aku masih kepikiran aja.

Sekolah Udah lumayan sepi, soalnya siswa disini pada ngebet pulang. Dan Ferdy ngga datang-datang.

Tadi pagi Dia bilang tunggu aja di taman, Dia mau nganter pulang. Karena emang Sekarang Ferdy nganter-jemput aku lagi.

Karena bete, aku keluarin earphone, dan dengerin lagunya Shawn Mendes. Aku suka banget sama lagu-lagunya.

"Ay!" Ucap seseorang terdengar samar sambil menepuk pundakku.

Aku yang lagi asik-asiknya dengerin suara emasnya Mendes jadi keganggu kan -_-

Akhirnya dengan malas, aku menoleh pada pemilik suara itu sambil melepas earphone.

Aku kaget Saat melihat ternyata orang tersebut adalah Risa.

Risa Riyanti!!.

"Maafin gua Ay" ucap Risa terdengar tulus.

Aku hanya diam membatu.

"Harusnya lo cerita sama gue kalo lo gamau gua temenan sama Selvi, kalo Selvi itu orang yang udah bikin hiduplu hancur. Harusnya lo bilang Ay" ucap Risa.

Deg.

Dari mana Risa tau soal itu?
Aku memang salah ris, aku cuma seorang pengecut!.

"Aya! Ngomong dong jangan diem aja" ucap Risa sambil mengguncangkan tubuhku.

"Dari mana lu tau itu ris?" akhirnya aku mengeluarkan kata-kata.

"Ferdy yang bilang, tapi dia ngga nyeritain detailnya, dia bilang lo yang akan ceritain semuanya" ucap Risa.

"Apa segitu susahnya lo bagi beban lo ke gue? Apa segitu susahnya lo buat terbuka sama gue? Ay, gue minta maaf selama ini gue yang salah" ucap Risa dengan mata yang berkaca-kaca.

" Lo harusnya kasih tau gue, jangan malah nyuruh gue ngejauhin lo Ay" ucap Risa yang kini sudah menangis.

"Maaf Ris" hanya itu yang bisa terucap dari mulutku.

Risa malah tambah menangis, sebisa mungkin ia menyeka air matanya.

"Kita baikan yah Ay" ucapnya sambil memelukku.

Air mataku pun menetes.

Akhirnya kami berbaikan.

"Pas gue denger Angga sama Linda jadian, gue khawatir sama lo Ay. Kan gue yang bikin lo jadi baper sama Angga" ucap Risa diselingi tawa dalam tangisannya.

"Tau lu, kan ngeselin" jawabku ikut tertawa.

Kami tertawa bersama.

Akhirnya satu persatu masalahku terselesaikan.

Ini semua berkat bantuan Ferdy.

Terima Kasih Fer.

"Gue gamau tau, lo harus ceritain soal Selvi. Sekarang gantian, gua yang bakal jadi pendengar yang baik" ucap Risa melepas pelukannya.

*****


Ferdy's POV

Aku yang sudah gemas melihat Risa dan Aya yang tak kunjung berbaikan pun akhirnya melancarkan Aksi.

Dengan sengaja, aku menarik Risa menjauh dari Selvi dan menceritakan apa yang sebenarnya pada Risa.

"Lu tau, lu temenan sama orang yang salah. selvi yang lu liat sekarang. Ngga se suci selvi yang dulu! Selvi yang dulu, udah ngancurin hidup Aya!" ucapku pada Risa.

"Terserah lu mau percaya gue ato ngga, yang jelas, lo salah Ris! Salah besar" tambahku.

"Terus kenapa Aya ngga cerita sama gue?" ucap Risa masih bingug.

"Yakali dia cerita disaat lu lagi seneng-senengnya dan bangga-banggain Selvi didepan dia. Lagian Aya juga butuh waktu Ris" jawabku.

"Dan elu malah dengan teganya ngejauhin dia, yaudahlah sekarang terserah elu. Yang penting gua udah bilang. Bye ris" ucapku lalu pergi meninggalkan Risa.

"Fer, Aya sekarang dimana?" tanya Risa.

Yes, caraku berhasil.

"Ditaman lagi nungguin gue jemput" jawabku mantap.

Tanpa berkata apa-apa, Risa langsung berlari menuju taman sekolah. Akhirnya mereka akan berbaikan juga.

Saat Risa pergi, kini aku mengurus Selvi.

"Wihh merasa menang yah lu, udah bisa ngerebut Risa dari Aya" ucapku pada Selvi.

"Apaan sih lo gajelas" ucapnya ketus.

"Ye santai aja kali, gimana kabar lo abis Aya pindah sekolah? Bahagiakah atau ikut menderita?" tanyaku.

"Tau dari mana lo?" tanya Selvi kaget.

"Yaelah, gapenting itumah. Tenang aja Aya ngga bakal nyebarin aib lu. Dia ngga sejahat lu" jawabku dengan mantap.

"Eh, Asal lo tau yah! Abis Aya pindah, gue jadi ngerasa bersalah. Ditambah lagi ngga ada kabar dari Tedi" ucap selvi.

"Manusia juga lu ternyata, gue kira lu mayat hidup yang ngga punya hati sampe bikin anak orang jadi Hampir gila" ucapku lalu pergi.

Aku sengaja membuatnya bertanya-tanya apa maksudku. Agar ia berfikir apa yang ia lakukan benar-benar salah.

Saat tiba di taman, sepertinya Aya sedang menceritakan pada Risa tentang Selvi dan masalalunya.

Akhirnya mereka berbaikan juga.

Ferdy's POV End

****TBC****

______________________________________________

2 September 2016
Perona 👸

Thanks Ferdy!Where stories live. Discover now