Tangan Zayn terulur untuk mengetuk pintu. Setelah Zayn mengetuk sebanyak tiga kali, Zayn bisa mendengar langkah kaki dari dalam. Zayn mendengar suara kunci diputar, dan detik berikutnya, pintu dibuka.

 “Aaron?”

***

 “Aaron, itu pasti Zayn. Bisakah kau bukakan pintunya? Aku benar-benar tidak bisa meninggalkan masakanku,” pinta Katya.

 Aaron menurut saja. Ia langsung bangkit dari kursi meja makan dan langsung berjalan ke arah pintu. Aaron memutar kunci, kemudian menarik pintu agar terbuka. Begitu pintu terbuka, di hadapannya ada Zayn Malik, yang sudah lama tidak ditemuinya.

 “Aaron?”

 Aaron meneliti wajah Zayn. Cowok itu terlihat bingung setengah mati, tetapi matanya memancarkan kehangatan, bukan kegetiran. Aaron bisa mengatakan kalau Zayn senang melihatnya berdiri disini, bukan justru sebaliknya.

 “Silahkan masuk, Zayn,” kata Aaron ramah. Zayn mengangguk singkat, kemudian langsung masuk ke dalam sementara Aaron menutup dan mengunci pintu. “Kau langsung kesini tadi?”

 Zayn mengangguk. “Ya,” sahutnya. “Katya menyuruhku langsung kesini, jadi aku langsung kesini.” Zayn meletakkan tas selempang adidasnya di atas karpet, kemudian ia sendiri duduk di atas sofa. “Senang melihatmu kembali, Aaron.”

 “Senang bertemu lagi denganmu juga.”

 Tiba-tiba Katya muncul dari arah dapur sambil membawa makan malam mereka. “Hai, Zayn,” sapa Katya riang. Katya meletakkan makan malam di atas meja ruang tengah (karena meja makan di flat Aaron cuma bisa untuk dua orang) kemudian adiknya itu mencium pipi Zayn. “Bagaimana latihannya?”

 Zayn tersenyum. “Baik-baik saja,” sahutnya ringan. “Bahuku masih agak sakit, tetapi aku sudah bisa bermain seperti biasa. Kau masak pasta?”

 Katya mengangguk. “Bagaimana kalau kita duduk di bawah saja?” usul Katya. Katya dan Zayn langsung duduk bersebelahan di atas karpet, sedangkan Aaron memilih untuk duduk di hadapan Katya. Katya mendorong piring berisi spageti yang masih panas ke arah Aaron.

 “Katya bilang dia tinggal denganmu sekarang,” Aaron membuka obrolan. Matanya menatap Zayn intens, tetapi cowok yang ditatapnya itu tampaknya tidak terlalu mempermasalahkan tatapan mengintimidasi Aaron.

 “Ya,” sahut Zayn singkat.

 Aaron mengangguk. “Baiklah.”

 “Kau tidak keberatan?” tanya Zayn. “Maksudku, kalau kau keberatan tentu saja Katya akan kembali tinggal bersamamu lagi. Aku tidak akan memaksa. Aku hanya tidak ingin dia tinggal sendiri, itu saja.”

 “Tidak, tidak apa-apa,” kata Aaron ringan. “Aku senang dia tinggal denganmu. Walaupun aku pasti akan merindukan masakannya yang enak.”

 Katya tersenyum. “Tidak usah dramatis, Aaron. Aku bisa datang kesini setiap hari dan membawakanmu masakanku.”

 “Ide bagus.”

 Kemudian mereka bertiga tertawa.

***

 Setelah mengucapkan ucapan perpisahan singkat kepada Aaron, Katya dan Zayn kembali ke flat Zayn. Katya masih tetap meninggalkan setengah dari barang-barangnya di flat Aaron, agar ia bisa berkunjung kesana kapan saja. Aaron juga masih memberikan Katya kunci ke flatnya.

 Katya benar-benar lega Aaron masih ada. Maksudnya, dari awal sebenarnya juga dia tidak pernah percaya kalau Aaron sudah tidak ada. Katya menolak untuk percaya. Dan nyatanya, Aaron memang masih ada. Itu adalah fakta terbaik di seluruh dunia, setelah fakta kalau Zayn Malik sekarang adalah pacarnya.

 Mereka sampai di flat Zayn sekitar jam 8 malam. Zayn langsung masuk ke kamar mandi seperti biasa, sedangkan Katya membereskan barang-barang dan yang lainnya. Setelah itu Katya duduk di sofa, lalu beberapa menit kemudian Zayn datang dan duduk di sebelahnya.

 “Apa kau jadi merayakan thanksgiving di Bradford?” tanya Zayn. Handuk masih menggantung di lehernya. Cowok itu tidak memakai atasan seperti biasa—hanya boxer. “Maksudku, kalau kau mau merayakannya bersama Aaron, tidak apa-apa,” lanjutnya.

 Katya menggeleng. “Aku sudah berbicara tentang itu dengan Aaron tadi,” katanya. “Aaron bilang mungkin dia tidak akan libur saat thanksgiving, jadi aku tetap bisa ikut denganmu ke Bradford.”

 “Bagus,” kata Zayn singkat.

 Katya menatap Zayn. “Kau terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu, Zayn. Ada apa? Apa ada yang salah?”

 “Tidak.”

 “Yang benar?”

 Zayn tersenyum. “Tidak apa-apa, Katya. Aku tidak apa-apa. Hanya memikirkan latihan....kurasa. Aku kan akan melawan Manchester City akhir minggu ini, dan Jose Mourinho bilang aku dipasang menjadi starter. Aku hanya takut mengecewakan beliau.”

 Darah Katya langsung berdesir saat Zayn memanggil namanya. Katya pernah berpikir kalau namanya jelek dan payah, tetapi entah kenapa saat Zayn menyebut namanya, Katya merasakan sensasi yang tidak biasa. Namanya jadi tidak terdengar buruk saat Zayn yang mengucapkan.

 “Kau tidak akan mengecewakan,” janji Katya. “Kau kan selalu bermain bagus, Zayn. Kau pasti bisa.”

 Zayn tersenyum lagi. “Terima kasih.”

 Katya mengerutkan keningnya. Zayn jelas-jelas sedang menutupi sesuatu darinya. Tetapi, Katya tidak ingin bertanya. Ia merasa kalau Zayn memang ingin menceritakan masalahnya, cowok itu pasti bercerita. Tetapi...

 “Kat?”

 Katya menoleh. “Ya?”

 “Cium aku?”

 Katya menyeringai lebar. “Baiklah,” katanya, sebelum kemudian Katya beringsut mendekat untuk mencium Zayn lembut.

***

VOTE VOTE VOTEEE

kalo banyak nanti malem satu lagideeeeh x)

For You, I am.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang