“Baju itu yang kupakai saat aku tertembak,” Aaron mengangkat bahu. “Surat dan uang itu sudah kusiapkan dari jauh-jauh hari. Mereka memintaku menyiapkan benda-benda itu saat aku pertama masuk militer. Kau taulah. Untuk berjaga-jaga.”

 Katya merasa seperti beban seberat bumi diangkat dari pundaknya. Ia merasa sangat lega saat melihat Aaron. Katya merasa tidak sendirian. Ia merasa semangat lagi, bahagia lagi. Ia bahkan melupakan Ethan yang masih tersungkur di atas karpet.

 Katya melepaskan pelukannya. “Ethan...”

 Aaron mengangguk. Kakaknya itu mengangkat kerah baju Ethan, dan memaksanya untuk duduk. Katya membekap mulutnya sendiri saat melihat darah mengalir keluar dari hidung Ethan. Aaron pasti meninjunya sangat keras.

 “Listen, asshole,” kata Aaron tajam. “Kalau kau berani mendekati adikku lagi, kalau kau berani menyentuhnya, akan kubuat kau menyesal seumur hidupmu.” Aaron menyeret Ethan ke luar flatnya. “Bastard,” umpatnya, kemudian menutup pintu.

 “Aaron, kau tidak harus melakukan itu.”

 Aaron mengangkat sebelah alisnya. “Kurasa dia pantas mendapatkannya,” katanya sambil mengangkat bahu. “Dia membuatku frustasi 3 tahun lalu, dan sepertinya melayangkan tinju tepat di wajahnya sepadan dengan perbuatannya.”

 Katya memeluk Aaron.

 “Jangan kemana-mana lagi,” pintanya.

 Aaron tersenyum. Ia mengelus rambut Katya lembut. “Iya, Kat,” katanya. “Aku datang ke pangkalan angkatan udara kemarin. Mereka kaget aku masih hidup. Komandanku tidak menganjurkan aku untuk pergi lagi. Dia memintaku menjadi instruktur disini.”

 “Instruktur?”

 “Ya, menjadi semacam pelatih untuk calon angkatan udara nanti,” kata Aaron lagi. “Kebetulan aku ahli sniper, jadi mungkin aku akan jadi instruktur sniper. Pekerjaan mudah. Sangat tidak berbahaya kecuali mereka sengaja menembakku karena aku galak.”

 Katya tertawa. “Kau orang baik,” gumamnya. “Aaron, ada banyak sekali hal yang perlu kuceritakan kepadamu saat kau tidak ada.”

 “Kau bisa mulai cerita sekarang,” kata Aaron.

 Aaron mengisyaratkan Katya untuk mengikutinya dan duduk di atas sofa. Katya duduk di samping Aaron. Ia menyandarkan kepalanya di bahu Aaron sambil memeluk sebelah lengan Aaron.

 “Baiklah,” kata Katya. “Kurasa semua cerita berawal dari....aku sudah tidak tinggal disini lagi.”

***

 Zayn mendapat pesan dari Katya kalau cewek itu berada di flat Aaron sekarang. Katya juga menambahkan kalau Zayn harus langsung kesana selepas latihan. Latihan selesai sekitar jam 6 sore karena kebetulan mereka baru memulai latihan sekitar jam 3 sore.

 Audi Zayn masih terparkir rapi di parkiran. Zayn mengeluarkan kunci dari dalam saku celana trainingnya. Zayn membuka pintu mobil kemudian duduk di kursi pengemudi. Sedangkan tas selempang adidasnya diletakkan di kursi penumpang di sampingnya.

 London agak dingin hari itu, tetapi Zayn tidak merasakannya karena ia sendiri masih kepanasan sehabis latihan. Zayn tadi sudah mandi di ruang ganti, tetapi tetap saja ia akan mandi lagi begitu sampai di flatnya.

 Beberapa menit kemudian, Zayn sampai di depan flat Katya. Ia memarkir audinya di pinggir jalan seperti biasa, kemudian melenggang masuk ke dalam gedung flat. Zayn memilih untuk naik tangga ketimbang menunggu lift, karena lift pasti lama dan ia agak malas menunggu.

 Zayn berhenti di kamar 204. Tiba-tiba ia merasa jantungnya berdetak beberapa kali lebih cepat dari biasanya. Zayn samar-samar bisa mendengar suara Katya di dalam, sedang bercengkrama dengan seseorang. Siapa?

For You, I am.Where stories live. Discover now