Chapter 57

932 114 4
                                    

A piece of Joshua's story '2'
.
.
.
.
.

Pukul 08.00 pm, Joshua melihat dirinya dari cermin. Pria itu tengah merapihkan dasi yang dikenakannya.
Pria itu menatap wajahnya yang begitu tidak bergairah hari ini.

Brangg...

Terdengar suara piring pecah membuat Joshua berlari kecil menuju asal suara.

Tepat didepan kamar sang Ibu yang tak jauh dari kamarnya,tengah berada Sang kakak yang menangis.
Joshua memasuki kamar sang Ibu menatap Jason dan Chika lalu menatap sang Ibu yang tengah tertidur pulas.

"Kak,kau sudah menggangu Mamah."ucap Joshua.

Jason memegang tangan sang Ibu,menangis begitu terisak. Begitu juga dengan Chika,wanita itu menangis seraya merangkul pria itu. Joshua berjalan pelan,mendekat kearah sang Ibu.

"Ada apa sebenarnya?."tanya Joshua kepada Joshua.

Jason melepaskan tangan sang Ibu,berjalan menghampiri sang Adik lalu memeluknya dengan manangis terisak.

Joshua menautkan alisnya.

"Kau tau,sekarang kita hanya berdua."ucap Jason seraya terisak.

Joshua melebarkan matanya. Pria itu langsung melepaskan pelukan sang kakak. Dia melihat begitu dekat sang Ibu.

Joshua meraih tangan sang Ibu,dia menoleh kebelakang melihat kakaknya yang menangis. Lantas,pria itu menangis saat mengetahui karena orang yang dicintainya pergi untuk selamanya.

Pria itu menangis seraya mencium punggung tangan sang Ibu.

Kau tau...
Ibuku,wanita terhebat yang berkorban mempertaruhkan nyawanya untukku.
Ibuku,wanita terbaik didalam keluarga kami.
Ibuku,Wanita penyebar aura positif untuk orang yang berada disisinya.

Dan...
Ibuku,sangat mencintai pria yang meninggalkannya.

Dihari ini,Hari dimana Ibuku dilahirkan dan dipanggil oleh yang maha kuasa.

Selamat ulang tahun,mam. Terima kasih sudah merawat kami sampai akhir hayat mu.

Pria itu menangis,walaupun dia berusaha menahannya namun air mata itu menetes begitu saja.

***

Pukul 11.00 pm, Joshua merasakan angin malam dari balkon. Pria itu melihat beberapa bangunan begitu kecil dari sana. Pikirannya kosong.

Veir datang menghampiri Joshua. Dia tau apa yang saat ini dirasakan oleh temannya. Sedih. Rindu. Amarah. Veir menghela nafas,"Semua manusia akan merasakan kematian."

"Didunia kita hidup untuk sementara. Diakhirat kita hidup untuk selamanya."ungkap Veir. Pria itu lantas menoleh kearah temannya.

"Diakhirat kita akan bertemu kembali jika kita selalu mendoakan orang yang kita sayangi."

Ucapan Veir membuat Joshua menoleh kearahnya.

Joshua menjongkok,mengacak rambutnya.

Veir mengjongkok dihadapan Joshua. Tangannya lantas meraih bahu Joshua.

"Jo,Lo engga sendiri saat ini. Masih ada gue,Kakak lo,Ka Chika dan Luna. Inget masih ada orang yang akan siap disamping lo dan  membantu lo kapanpun itu."ucap Veir.

Joshua menatap Veir,lantas dia tersenyum tipis.

Tak lama,Jason datang. Pria itu membawa tiga coklat hangat dialasi dengan nampan berwarna hitam.
Dia nampak duduk didekat sang adik.

"Ada yang ingin kakak beritahu padamu."ucap Jason.

Veir yang mendengarnya ingin berdiri,sepertinya ini urusan keluarga.
Jason menahan Veir.
"Veir,Duduk saja."ucapnya.

Veir menuruti ucapan Jason,pria itu lantas terduduk seraya mengambil nampan dari tangan Jason lalu menaruhnya dilantai.

"Apa tidak masalah jika orang lain mendengarnya,ka?."tanya Veir pada Jason.

Jason mengangguk pelan,"bagi saya kamu seperti adik saya sendiri. Jadi,engga masalah."jawab Jason.

Joshua menatap sang kakak,"Beritahu adikmu."ucap Joshua.

Jason menghela nafas,"Sebenarnya..."ucap Jason menggantung.

Joshua menunggu ucapan Jason,begitu pula dengan Veir.

"Mamah mengalami penyakit limfoma ."ucap Jason.

"Lim-fo-ma."gelagap Joshua seraya melebarkan matanya,dia begitu terkejut mendengar ucapan sang kakak.

Jason mengangguk pelan,"penyakit yang membuat mamah mengalami penurunan berat badan,demam. Penyakit itu sudah lama diderita Mamah,bahkan sejak mamah muda."jelasnya.

Joshua menggelng pelan,berusaha menahan emosinya. "Kenapa kakak enggan memberitahuku?."tanya Joshua.

Veir menepuk punggung Joshua pelan.

Jason mendengus,"Mamah menyuruh kakak untuk merahasiakannya dari kamu."imbuhnya.

"Apa papah tau tentang hal ini?."tanya Joshua.

Jason menggelengkan pelan kepalanya,"engga. Hanya aku saja."jawabnya.

Veir yang melihat Joshua,membisik,"Mengikhlaskan lebih baik."

***

Joshua memasuki ruangan kamar tidur. Dimana tempat sang Ibu beristirahat menghilangkan kepenatan disini. Joshua meraih sebuah bingkai foto keluarganya yang tersenyum pada kamera. Siapa sangka dibalik bingkai kayu itu terdapat sebuah gumpulan kertas terjatuh.

Joshua menaruh bingkai itu pada meja rias sang ibu lalu dia mengambil gumpelan kertas itu.

Dia membukanya. Dalam surat itu bertuliskan.

Untuk kedua putraku,Jason dan Joshua. Dua putra kesayangku yang kini telah menjadi pria yang hebat.
Aku,ibumu.
Senang sekali melihat dua putraku tumbuh begitu cepat. Aku teringat dimana aku melahirkan putraku,menimangnya,mengaisnya bahkan membimbingnya.
Dimana aku baru saja memakaikan popok untuk kalian.
Kini,kalian sudah besar. Sudah menjadi pria yang hebat.
Dimana aku melihat dua putraku memakai jas begitu gagah.
Menuntunku ketika berjalan bahkan menjaga ibumu ini.
Aku senang sekali. Diberi umur panjang oleh yang maha kuasa.
Biasa melihat anakku sukses dalam karirnya. Sehat terus ya,dua bayi kesayang Mamah.
Jangan lupa beribadah.

Sebuah pesan terakhir dari sang ibu membuat pria itu menangis setelah membacanya.

Aku putramu. Sangat berterima kasih dilahirkan didunia oleh seorang ibu sepertimu.




LDR  (Completed√)Where stories live. Discover now