Chapter 32

1.9K 168 0
                                    

Antara Masalalu dengan Masa Depan '2'
.
.
.
.
.
.

"Loh, daritadi disini toh." ucap Veir yang berdiri menghalangi pintu yang terbuka di kamar anaknya.

"Bimo, kamu ada tugas?." tanya Citra kepada putranya.

Bimo menengok kemudian mengangguk-anggukkan kepalanya, Citra bangkit, mengelus puncak kepala putranya lalu menarik lengan Veir menuju kamarnya.

Veir terduduk di kursi kerjanya, Citra terduduk disisi ranjang. Mereka saling berhadapan. Citra mengelus dagu Veir.
"Ada apa sih?. ko wajahnya keliatan murung gitu, Yah?." tanya Citra.

Veir menghela nafas, "Seandainya aku punya mesin waktu." ucapnya.

Citra menautkan alisnya, "memangnya buat apa mesin waktu?." tanya Citra penasaran.

Veir terdiam, Citra yang melihat ekspresi suaminya langsung menghampirinya dan memeluknya.
Lantas pelukan hangat Citra membuat Veir menangis. Pria itu menangis tersedu-sedu.

"Aku ingin kembali ke masa lalu untuk merubah semuanya." pekiknya.

Citra menghela nafas tanpa dia sadari air mata menetes begitu saja.
Dia mengelus puncak kepala suaminya.

"Seandainya aku lebih peka pada situasi saat itu mungkin saat ini tidak akan terjadi." ucap Veir.

Citra berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah lagi, "Yah, apapun yang terjadi saat ini jangan salahkan semuanya padamu." ucap Citra.

***

Semua murid SMA Cendera pada sibuk melihat-lihat mading sekolah untuk melihat daftar kelas. Luna dan Citra yang terselip di beberapa geromboran para murid berniat melihat daftar kelas. Luna melihat setiap lembar kelas XI, bibirnya terukir senyuman saat melihat namanya terdaftar di lembar yang terpasang di mading, Dia menarik Citra. Citra tengah mencari namanya tertarik oleh Luna.

"Lun, gue belum nemuin nama gue." kata Citra.

Luna tersenyum, "kita sekelas, Cit." ucap Luna senang.

Citra yang mendengarnya tersenyum lalu kedua anak perempuan itu berpelukan ria.
Semua murid yang berada di koridor pada mengarah padanya.

"Ky, telphone Joshua dong." ucap Vicky kepada Melky.

Melky mengangguk lalu mengeluarkan ponselnya dan menelphone Joshua.

Veir memajukan bibirnya dengan memicingkan matanya. Mario yang melihat ekspresi Veir, menyikut temannya itu. "Lo kenapa, Veir?." tanya Mario kepada Veir.

"Padahal kan ada gue, tapi kenapa engga nanya dulu ke gue." sungut Veir kemudian anak laki-laki itu menduduki tempat duduk yang berada di sisi koridor.

Mario pun duduk di samping Veir.
"Emangnya lo ada pulsa?." tanya Melky penasaran.

Veir menengok kearah Mario dengan mata melebar, "ngeremehin amat sih." katanya.

"Ada?." tanya Mario lagi.

Veir mendelik, "adalah."

"Yaudah telphonenin cici gue (Kakak Perempuan)." kata Mario.

"Ada dikonter pulsa."kata Veir.

"KO KESEL YA." teriak Mario yang langsung beranjak dari tempat duduknya.

Marlo yang memperhatikan kedua temannya hanya tertawa, Mario yang melihatnya langsung menyelapat lengan Marlo. Tawa itu reda, Marlo meringis kesakitan akibat selepatan Mario.

***

Tuuuttt...tuttt...

Tuuuttt...tutt...

"Siapa sih." kata anak laki-laki dengan mata kantuknya.

Dia mengambil ponselnya dengan meraba-raba di tempat tidurnya lalu mengambil ponselnya dan menerima panggilan.

"Hallo siapa ini?." ucapnya dengan nada mengantuk.

"Woi, udah pagi masih molor aja."

"Siapa ini?." tanyanya.

"Jangan bilang nomor gue engga lo save."

Anak laki-laki melihat nama yang panggilan yang tertera.
'Joke a Melky."

"Ky, ini jam berapa sih?."

"Udah pagi Jo. Yang pastinya matahari udah terang menerang."

"Oh, begitu ya. Yaudah dulu ya."

Joshua langsung mematikan panggilannya lalu menempelkan kembali wajahnya pada bantalnya.

"Pagi apanya orang masih gelap begitu." katanya

Joshua kembali mengambil ponselnya,mengangkat wajahnya seraya memencet tombol Home pada ponselnya.

"YALLAH GUSTI NUAGUNG. MAMAH JOSHUA TELAT."

Joshua dengan cepat mengambil handuknya dan berlari ke kamar mandi.

***

"Kita juga sekelas sama Joshua CS." ucap Luna senang.

Citra tersenyum, "beneran?!." serunya membuat Luna terkejut dengan ekspresi Citra.

"Iya, lo kelihatannya seneng banget. Jangan jangan karena sekelas sama Veir." tebak Luna.

"Engga ko." kilah Citra.

"Yuk ke kelas." ajak Luna.

Citra yang berjalan beriringan dengan Luna, bibirnya terukir tersenyuman.

Rasa yang sudah lama tidak aku rasakan kini kembali terasakan hanya karena seorang anak laki-laki.

***

Joshua berjalan menuju ruang makan. Joshua yang melihat sang Ibu yang tengah menselaikan roti, dia menduduki salah satu kursi. Hirata menyambutnya dengan senyuman.
"Loh, memangnya hari ini sudah masuk sekolah?." tanya Hirata.

"Iya." sahut Joshua.

Hirata menyodorkan tiga roti yang di alasi piring putih denga segelas susu. "Maaf ya, mamah tidak membangunkan kamu." ucapnya merasa bersalah.

Joshua tersenyum, "engga pa-pa ko, Mah. Lagian ini salah Joshua yang lupa masang alarm." jelasnya lalu menyantap rotinya.

Hirata terduduk manis di samping putranya seraya mengelus-ngelus puncak kepalanya penuh sayang.

Joshua menelan makannya, "Mah, Papah ko engga pernah pulang?." tanya Joshua.

Hirata tersenyum, "mungkin Papah sibuk dengan pekerjaannya." jawabnya.

Demi uang dia bahkan rela meninggalkan keluarganya.

LDR  (Completed√)Where stories live. Discover now