Chapter 16

3.3K 220 3
                                    

Evidently
.
.
.
.
.
.

"Lo, enapa sih daritadi diem terus?." tanya Vicky.

Veir yang duduk di hadapannya melototinya sangar.

Vicky mengendus kesal, "Kalau ada masalah cerita deh, gue risih di pelototin kaya begitu." Celetuk Vicky.

Joshua-Rayn tengah asik bermain game box di ponsel nokia lantas beralih menatap kedua temannya secara bergantian.

Vicky dan Veir saling melototkan matanya.

Di tempat makanan cepat saji yang ramai di hari libur ini, ke empat anak laki-laki tersebut berkumpul di tempat ini.
Pasti tau, kalau para remaja berkumpul di tempat makanan cepat saji apa yang mereka inginkan.
.
.
.
.

Joshua menyantap es lilim seraya memperhatikan kedua temannya tengah beradu mata.
Sama dengan Rayn yang duduk di hadapan Joshua, dia menikmati strawberry yang di campuri gula halus seraya memperhatikan kedua temannya.

Joshua mengunyah makanannya seperti tak selera dengan cepat menelannya.

"Mau sampe kapan begitu terus?." tanya Joshua kesal.

Kedua anak laki-laki itu tak menyahuti ucapan Joshua.
Rayn hanya diam, dia takut salah ucap yang ada hanya akan memperkeruh suasana.

Joshua mendecak kesal, "Ck, Semakin di pikir-pikir lo berdua malah bertingkah seperti anak SD." kata Joshua kemudian menyantap kembali es lilinnya.

Rayn mengangguk setuju.

Vicky dan Veir yang mendengar ucapan Joshua menoleh kearah Joshua.

"oke, gue yang salah. tiba-tiba emosi engga jelas." kata Vicky

Veir menatap Vicky kemudian tersenyum lebar.

Rayn memperhatikan Veir, hal itu membuat anak laki-laki bernama Veir Ahta ini menoleh ke arahnya.

"Kenapa?." tanya Veir.

"Gue boleh nanya sesuatu, engga?." Timbal Rayn.

Veir menautkan alisnya, "boleh, mau nanya apa?."

Vicky dan Joshua menjadi penasaran, mereka mendengar secara seksama.

"Lo udah ngaku sama Maya?." tanya Rayn.

Veir menoleh kearah Joshua-Vicky secara bergantian lalu menatap Rayn.

"Ngaku apa?." Ucap Veir pura-pura tidak tau.

"Tentang perasaan lo." sahut Rayn.

kedua temannya ini menatap Rayn tak percaya, "Ko lo nanya begitu, Rayn?." tanya Joshua.

Rayn menatap Veir nanar, "soalnya Maya mau pindah ke jepang." katanya memperjelas.

Veir tersenyum, tersenyum menyakitkan. Hatinya di ambang ke bingungan, rasa kecewa di campur dengan senang akan hal gadis itu kalau sudah tau tentang perasaannya.

"Udah." Jawab Veir singkat.

Sontak ketiga temannya menatapnya secara berbeda. Rayn yang berekspersi bangga karena Veir sudah mengakuinya. Vicky yang melongos cengo akibat tak percaya Veir melakukan itu. Joshua menatapnya dengan penasaran karena setaunya yang dia tau Veir hanya bercanda tentang perasaannya kepada Maya.

"Terus apa jawaban dari dia?." tanya Vicky yang satu pemikiran dengan Joshua.

Veir mengacak rambutnya, anak laki-laki itu menjadi salah tingkah.
"Dia bilang untuk saat ini engga bisa mungkin kalau udah dewasa nanti." jawab Veir dengan pipi merah merona.

"Semacam di tolak?." tanya Vicky pada Rayn dan Joshua.

"Di tolak gimana?." tanya Rayn bingung.

"Ya, semacam ucapan "maaf,kamu terlalu baik" seinti tapi beda kata aja." jawab Vicky.

Veir melebarkan matanya, "maksud lo Maya mau nolak gue tapi karena kasian dia ngomong gitu." timbal Veir cepat.

"Mungkin." sahut Vicky

"Tapi bisa aja kan Maya itu malu." ucap Rayn.

Veir mengangguk setuju atas ucapan Rayn.

Vicky mengerutkan keningnya, "Ya, 25%." tandasnya.

Joshua melirik arah Veir, temannya itu berekspresi menjadi sangat kusut.
"Ikutin kata hati lo kalau Maya yang terbaik, lo harus sabar menunggu. Tapi,  kalau lo merasa Maya seperti ucapan Vicky mending lo lupain Maya." imbuhnya.

Membuat Veir yang terlihat murung kembali tersenyum.

"Joshua paling bisa nenangin orang." ujar Rayn.

🔅🔅🔅

Aku menatap langit-langit kamarku. Bagiku, aku sudah membuat kedua orangtuaku sedih. Pasalnya, aku tidak bisa mendapatkan hasil nilai ujian yang bisa menembus ke SMA Negeri, menyedihkan.

"Ko bisa ya, orang seperti Luna bisa memikat hati Joshua?."

Aku teringat ucapan Chessa ketika pengambilan hasil ujian, sebenarnya aku berharap bisa berbaikan dengannya ketika lulus nanti namun sepertinya ketika saat itu, dia masih membenciku. Dia belum terima bahwa akulah yang Joshua pilih.
Aku sebenarnya benci dengan novel yang berkisah pertemanan yang hancur akibat kisah cinta namun sepertinya aku tidak boleh membenci cerita seperti itu. Pasalnya, aku sudah berada di posisi seperti itu.

Aku meraih ponselku yang ada di sebelahku, membuka sms berharap orang itu akan mengsms..

Tak lama seseorang itu muncul.

Luna lagi apa?

Hal itu membuatku senang namun aku selalu bertanya, suatu saat nanti apakah Joshua masih berdiri di posisi yang sama? atau dia akan berpaling dan mencari seseorang yang baru?

Aku berharap, dia seseorang yang pertama dan terakhir yang aku miliki.

LDR  (Completed√)Where stories live. Discover now