Chapter 44

1.4K 159 2
                                    

Sesuatu yang baru diketahui
.
.
.
.
.

Rudy memasuki kamarnya. Wanita itu yang tengah menatap ponselnya kini beralih menatap Rudy yang sudah berbaring disampingnya.
Jane, wanita berusia 20tahun itu kini memeluk Rudy.

"Aku akan selalu disampingmu, mas. "katanya.

Saat itu senyum terukir dibibir pria itu.

***
Tuk...

Tuk...

Tuk...

Citra yang melihat Luna tengah membolongi kertas yang disebeknya merasa temennya itu sangat kurang kerjaan. Dengan cepat dia mengambil kertas itu dari tangan Luna.

Luna yang diganggu oleh Citra hanya memonyongkan bibirnya. Ngambek. Merasa temannya itu sudah mengganggu dirinya.

"lo ngapain sih Lun?."tanya Citra seraya mendengus.

Luna mendompangkan dagunya,"Cit, ko perasaan gue engga tenang ya. "katanya pelan.

Citra menatap Luna, "maksudnya?. "tanya Citra tak mengerti.

Luna menghela nafas lalu menghembuskannya, "Dari kemarin loh, firasat gue engga enak."

"itu kan cuma firasat, Lun."sahut Citra.

Luna menatap Citra, "Begitu ya."katanya.

Citra menganggukkan kepalanya, "iya, semoga aja firasat lo engga bener, ya, Lun. "kata Citra.

Luna menatap papan tulis putih, "iya. "
***
"Vick, tumben siJoshua belum dateng. "ucap Veir seraya melihat arlojinya.

Vicky yang melihat jam dari ponselnya mengiyakan ucapan Joshua. "udah setengah delapan,tuh anak belum dateng."katanya.

Vicky yang saat itu tengah memegang ponselnya, terlintas untuk menelphone temannya. 

"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihibungi. "

Vicky mendengus, lalu menatap Veir yang kini menatapnya penasaran. Vicky memasukkan ponselnya kedalam saku bajunya.

"Gimana?. "tanya Veir.

"Susah dihubungin nih. "jawab Vicky.

Veir mengeluarkan ponselnya dari saku celananya.

"mau ngapain lo?. "tanya Viccky.

Veir yang kini menatap ponselnya,membuka mulutnya, "gue mau chat Joshua. "katanya.

"oh, oke. "

***
Seorang wanita tampak terduduk menghadap jendela,melihat suasana luar dengan kedua tangan yang memegang cawan berisi teh hangat.
Wanita itu terus memperhatikan seisi jalan.

"Mah,beneran engga mau tinggal disini?. "

Suara itu membuat Hirata menoleh kebelakang, mendapati Jason yang berdiri disampingnya.

Jason meraih kursi, lalu menaruh kursi itu tepat disamping sang ibu.

Hirata menaruh kepalanya dipundak Jason. Hati pria ini bergetar, sudah berapa lama dia tidak pernah merasakan ini?

Jason memejamkan matanya, mengingat saat dirinya masih anak anak. Dimana sang ibu selalu memeluknya dengan hangat, dimana sang ibu selalu menyambutnya dengan senyuman.

Kini dia bisa melihat kembali senyum itu.

"Mamah rindu suasana dulu. "ucap Hirata seketika membuat Jason membuka matanya.

"Semua telah usai. "ucap Hirata.

Jason menghela nafas, "Semua belum usai, Mah. Mamah engga akan sendirian disini,karena Mamah masih punya dua putra yang hebat. "jelas Jason.

Hirata tersenyum, "iya, Mamah masih memiliki harta yang berharga yaitu Jason dan Joshua. "ucapnya.

Jason menangkap Chika yang berdiri tidak jauh dari tempatnya bayangan jendela.

Hirata mengangkat kepalanya,melihat arloji yang melingkar dilengannya kemudian beranjak dari tempat duduknya.  Saat Hirata ingin membalikkan badannya,dia mendapati Chika. Chika saat itu hanya tersenyum pada Ibu Jason.

Hirata meraih lengan Chika, "Jason. Mamah dan Chika tunggu dimobil ya. "katanya.

"loh?. "

"Mamah mau curhat sama menantu. "goda Hirata membuat Chika tersipu malu.
.
.
.
.
"Chika, menurut kamu Jason itu pria seperti apa?. "tanya Hirata.

Chika yang saat itu terlihat kikuk, sedangkan Jason yang ingin mendengar jawaban Chika memasang indera pendengarnya lebih tajam.

"Ko diem?. "ucap Hirata menggoda.

Chika membuka bibir atasnya, "Jason itu pria baik."jawab Chika pelan.

"Mah, denger engga sih?. "ucap Jason.

"aduh, Mamah engga denger nih. "jawab Hirata.

"Kamu ngomong apa sih Chik?. "tanya Jason dengan mata yang tengah fokus menyetir.

"Jason itu pria yang baik. "ucap Chika menambahkan volume suaranya.

"tuh, kan. Pelan suaranya. "sahut Jason.

Chika menutup mulutnya, Hirata yang melihat ekspresi Chika. Tersenyum.

"Kamu ini seneng banget bikin Chika kesel."Ucap Hirata kepsds putranya.
"Seharusnya kamu jujur aja kalau Jason itu nyebelin seperti papahnya. "katanya dengan sedikit ditambahkan gelak tawa.

Jason yang mendengar kata Papah diakhir kalimatnya,merubah ekspresinya menjadi datar.

Dia bahkan sama sekali tidak ingat padamu, Mah.

***
Kringg...

Kringg....

Bel istirahat berbunyi membuat para siswa/i pun bergegas memasukkan bukunya kedalam tasnya, Begitu pula dengan Citra. Gadis itu yang sudah selesai memasukkan bukunya kini menatap temannya tengah termangu.

Citra menoyor pelan bahu Luna, sontak Luna menoleh.

"Masih kepikiran?."tanyanya.

Luna mengangguk pelan, "firasat gue makin menjadi,Cit."jawabnya.
"Apalagi Joshua engga masuk hari ini, gue makin khawatir sama dia."

Citra tersenyum, "mungkin dia kesiangan,Lun."kata Citra.

Citra beranjak dari tempak duduknya.
"mau kemana?. "tanya Luna

"kantin. Yuk, kita makan. Laper nih gue."ucapnya seraya menseringai dibibirnya.

Luna beranjak dari tempat duduknya.

***
"gue harus tinggal dimana?. "

Gumam anak laki-laki tengah berdiri diterotoar menatap sekitar dengan ling-lung.

LDR  (Completed√)Where stories live. Discover now