“Ah tidak,” Eden mengibaskan tangannya ringan. “Hanya ingin mengobrol denganmu. Omong-omong, kudengar Katya keluar dari tim medis, ya?”

 Zayn mengangguk. Ia benar-benar tidak suka membicarakan Katya dengan Eden, tetapi, yah, sudahlah. “Ya,” kata Zayn pada akhirnya. “Aku yang menyuruhnya.

 Kening Eden berkerut. “Kenapa?”

 “Entahlah. Kupikir harusnya dia fokus pada sekolahnya saja dulu baru kemudian bekerja.”

 Eden mengangguk-angguk. “Benar juga,” gumamnya. “Dia di Oxford, kan?”

 “Ya,” sahut Zayn.

 “Apa dia pacarmu?”

 Zayn menoleh ke arah Eden. “Bisa dikatakan begitu,” Zayn mengangkat bahu. “Minggu lalu aku memintanya jadi pacarku dan dia bilang ya, jadi...begitulah.”

 “Ah, sayang sekali.”

 Zayn tersenyum dalam hati. Untung aku tidak keduluan Eden.

 “Kenapa?” tanya Zayn.

 Eden tersenyum miring. “Aku sebenarnya berniat untuk memintanya jadi pacarku juga,” kata Eden. “Tetapi dia sudah bersamamu sekarang, jadi, yah, yasudah tidak apa-apa. Aku tidak mengambil apa yang sudah jadi milik orang lain, jadi kau tenang saja.”

 Zayn tersenyum. “Oke.”

 “Oke,” sahut Eden. “Jaga dia baik-baik.”

 “Tentu.”

 “Aku kesana dulu,” kata Eden.

 Zayn mengangguk, lalu Eden pergi mencari tempat duduknya. Zayn sendiri juga mencari tempat duduknya. Ternyata dia duduk di samping jendela, tempat yang paling Zayn benci di seantero pesawat. Zayn melihat nama yang tertulis di sebelah kursinya.

 Tomas Kalas.

 Sial.

***

 Katya mengambil kunci lalu membuka pintu flat Zayn. Tadi ia habis ke Oxford, lalu ia dan Cassie berjalan-jalan ke mal untuk mengobrol dan membeli baju. Katya membeli beberapa baju serta tuxedo untuk Zayn karena ia sebal cowok itu cuma punya sedikit baju.

 Katya senang sekarang ia sudah punya teman cewek lagi. Yah walaupun Cassie lebih tua, tetapi muka Cassie sangat awet muda sehingga mereka tampak sepantaran. Cassie juga adalah orang yang sangat baik dan menyenangkan. Dia selalu terbuka kepada Katya, membuat Katya menjadi lebih mudah terbuka kepadanya.

 Saat pintu terbuka, Katya melihat sebuah amplop surat tergeletak di atas lantai yang tidak dilapisi karpet. Katya berjongkok untuk mengambil amplop itu, kemudian membukanya. Senyum Katya mengembang saat mengetahui kalau itu adalah amplop undangan pernikahan Candace dengan Sam.

 Candace dan Sam sangat jauh berbeda. Candace adalah orang yang periang dan mudah berbaur, sedangkan Sam cenderung tertutup. Tapi menurut cerita-cerita Candace selama ini, Sam adalah orang yang sangat sangat romantis. Katya jadi iri.

  Sebelum Katya ingin mengambil ponselnya untuk menelpon Candace, benda itu berdering. Katya merogoh sakunya untuk mengambil ponselnya, lalu senyumnya mengembang begitu ia melihat nama dan foto Zayn terpampang di caller id nya.

 “Hai Zayn.”

 “Hai,” sapa Zayn. “Sedang sibuk?”

 Katya menggeleng. “Tidak.”

 “Bagus,” kata Zayn. “Omong-omong, aku sudah sampai di Swiss. Disini udaranya lumayan. Hotelku ada di dekat kaki gunung alpen, agak jauh dari stadion.”

For You, I am.Where stories live. Discover now