"Gus? " Tanya Gus Raka kembali mengulang kata Gus.

"Maaf.. Nazwa belum terbiasa, bolehkan kalo kita berdua gini manggil nya Gus aja, tapi kalo di hadapan keluarga, Nazwa panggil Mas. Soalnya status Nazwa masih santri jadi takutnya nanti malah kebablasan. " Pinta Nazwa.

"Baiklah. Tapi bukan berati untuk selama nya. " Jelas Gus Raka memperingati.

"Oke Gus. " Cicit Nazwa sembari menyatukan jari jempol dengan telunjuk membentuk sebuah lingkaran, sedangkan jari lain nya di rentangkan.

Gus Raka nampak sedikit tersenyum sembari mengelus puncak kepala istri nya.

"Yasudah kalau gitu kamu siap-siap, saya akan keluar sebentar bertemu Abah dan juga Abi, nanti begitu selesai, segera temui saya di ruang tamu. " Ucap Gus Raka hendak meninggalkan Nazwa, tapi Nazwa langsung memegang pergelangan tangan suaminya.

"Tunggu sebentar Gus. "

"Ada apa? "

"Ada yang perlu Nazwa omongin sama Gus Raka. "

"Tidak bisa di bicarakan setelah shalat subuh? " Tanya Gus Raka seperti nya sedikit buru-buru.

Dengan ragu Nazwa sedikit menggelengkan kepala, takut kalau Gus Raka akan marah kepada nya. Namun ternyata dugaan nya Nazwa salah, pria itu tersenyum lalu meraih jemari Nazwa menggandeng nya untuk duduk di tepi ranjang.

"Ada apa? " Tanya Gus Raka pelan.

"Nazwa mau bilang sesuatu tapi takut Gus Raka marah sama Nazwa. " Lirih Nazwa menunduk sambil memainkan ibu jari Gus Raka.

"Saya tidak akan marah jika kamu bilang kepada saya. Sebenarnya ada apa Nazwa? "

"Nazwa mau izin tinggal di Rayon bersama santriwati lain nya, Gus. Karena Nazwa fikir Nazwa masih santri, tidak adil saja jika Nazwa harus tinggal di Ndalem.. Nazwa tidak ingin dibeda-bedakan, Gus.. Nazwa juga masih belum sanggup jika harus mendapat gelar Ning di depan nama Nazwa. " Lirih Nazwa semakin menundukkan kepala, bahkan ia tak sanggup menatap wajah Gus Raka saat ini. Nazwa sudah Terima jika Gus Raka akan marah pada nya.

"Nazwa. " Panggil Gus Raka.

"Iya Gus? " Jawab Nazwa masih saja menunduk.

"Lihat wajah saya! " Tangan Gus Raka terulur mengangkat dagu Nazwa supaya wajah cantik Nazwa dapat terlihat. Mau tak mau Nazwa harus menatap mata tegas milik suaminya, mata yang begitu indah untuk di pandang.

"Apa kamu benar-benar ingin seperti itu? " Tanya Gus Raka dengan nada serius.

"Iya Gus."

"Jadi kita akan tidur terpisah? " Tanya Gus Raka dan dibalas anggukan kecil dari Nazwa.

"Lalu bagaimana kewajiban mu sebagai istri saya? Bagaimana tanggung jawab saya atas kamu? " Tanya Gus Raka kembali.

"In sya Allah Nazwa bakal penuhi kewajiban Nazwa sebagai istri Gus Raka, mulai kebutuhan Gus Raka sampai makanan. Nazwa akan bolak balik Ndalem. " Jawab Nazwa.

Gus Raka hanya terdiam, pria itu melepas genggaman tangan Nazwa lalu bangkit berjalan sedikit menjauh dari Nazwa.

"Ngga boleh ya Gus? " Tanya Nazwa dengan hati-hati.

"Boleh. Kamu boleh tinggal di Rayon. " Ucap Gus Raka.

"Ah yang benar, Gus? " Ucap Nazwa begitu antusias.

"Kamu boleh tinggal di Rayon, tapi ada syaratnya. " Balas Gus Raka mengangguk.

"Apa? "

"Dua hari sekali kamu harus menginap di Ndalem. Kalau tidak, tidak akan pernah saya izinkan kamu kembali ke Rayon. " Jelas Gus Raka mencoba memberi penawaran kepada Nazwa. Lama Nazwa berfikir dan akhirnya ia memiliki jawaban.

"Oke. Cuma dua hari sekali kan? Nazwa setuju kalau begitu. "

"Baiklah. Tapi jika kamu tidak datang, maka jangan salahkan saya, jika saya akan datang langsung ke Rayon putri untuk menjemput mu. " Tegas Gus Raka seakan-akan memperingati Nazwa (maklum guys penganten baru, jiwa memaksa masih tinggi🤣)

"Iya Gus. Berati boleh nih Nazwa nginep di Rayon? " Tanya Nazwa sekali lagi, barang kali tadi Gus Raka cuma ngeprank.

"Iyaa." Jawab Gus Raka.

"Yasudah kalau begitu saya keluar dulu, Assalamu'alaikum. " Pamit Gus Raka bangkit mengulurkan tangan kepada Nazwa.

"Waalaikumsalam." Jawab Nazwa menerima uluran tangan Gus Raka lalu menciumnya, setelah itu di lanjut mencium kening Nazwa sekilas. Kemudian Gus Raka bangkit meninggalkan Nazwa seorang diri.

"Kadang heran. Yang aku nikahin ini Gus Raka dengan sifat dingin dan cuek, atau jelmaan yang menyerupai suami ku, kenapa sikap nya mudah sekali berubah. Eh astagfirullah ngomong apa sih aku ini, dosa Naz ghibahin suami sendiri. " Gumam Nazwa sambil memukul pelan mulutnya sendiri setelah itu ia segera bersiap-siap untuk shalat subuh berjamaah.


Yuhuu kalian apa kabar nih?
Maaf part ini pendek, inspirasi nya lagi dangkal jadi ngga panjang deh hehe..

Oke lusa InsyAllah panjang, tapi ga janji hehhehe

Jangan lupa vote and comment
See you next time

Salam dari Author
Ig:dhnryyy_

Lampung, 6 April 2023

Cinta Untuk Nazwa [TERBIT]Where stories live. Discover now