Chapter 26 (Jati)

1.8K 170 5
                                    

Gue sekarang tahu mungkin Tuhan lagi kencang-kencangnya ngetawain gue karena gue sukses menghancurkan Ning dan Banyu lalu kini gue dijauhi oleh Ning. Gue memang sebajingan itu karena ngejar-ngejar Ning dulu.

Kehidupan gue kini cukup berantakan. Bang Taro keluar dari kosan juga karena dia sudah mau wisuda. Beberapa barang nggak penting miliknya sudah dihibahkan pada gue dan Fajar. Cuma dispenser butut dan rice cooker buat masak mie instan. Nggak ada yang bisa dibanggain.

Fajar sendiri sudah ngebut dengan skripsinya. Kemungkinan besar Fajar bakal dapat kerjaan sebelum dia wisuda. Ah, cuma gue doang memang yang sampai sekarang masih suram. Skripsi gue mandeg dan gue nggak ingin memperbaiki atau melanjutkannya. Sampai-sampai dosbing gue yang nanyain, niat lulus atau nggak. Kalau nggak dia mau studi banding satu semester ke Swiss. Gue iyakan saja. Mana tau nanti pulang dari Swiss dia insyaf.

Bukan. Gue yang harusnya insyaf. Gue mulai lebih mementingkan rokok daripada makanan dan alat-alat hiking yang gue idamkan sejak lama. Nggak tahu kenapa, rokok bikin gue rileks aja.

"Ga! Arga! Masih hidup gak lo?" Gedoran dan teriakan tak berperasaan dari Fajar terdengar mengganggu keasyikan gue saat melamun. Dengan kesal gue membukakan pintu untuknya.

"Bacot banget sih lo, njing. Ada apa?"

"Bu Evelyn ke Swiss!" Teriaknya panik. Fyi, Bu Evelyn adalah dosbing yang gue maksud.

"Udah tau." Balas gue cuek. Fajar menimpuk gue dengan gulungan kertas revisinya.

"Skripsi lo gimana? Woy, gue udah mau bab 5. Lo kemana aja?!"

Gue mencibir, "dih, sombong. Mentang-mentang udah bab 5." Fajar mengerang gemas.

"Si Banyu udah otw bab 3 nih. Tadi gue lihat Pak Pras nge-acc bab 2 nya. Lo move on dong, Ga. Kuliah lo bisa ancur." Cerocosan Fajar cuma masuk kuping kanan keluar kuping kiri aja. Gue udah nggak peduli lagi.

"Semester depan aja gue skripsinya, Jar. Males banget." Fajar berdecak.

"Buruan mandi lo. Bersih-bersih. Gue mau nunjukin sesuatu. Biar lo sadar." Kesalnya.

"Males ah, gue mau tidur."

"Lo kalo sampai lima belas menit lagi nggak mandi, gue ancurin kosan lo nih ya." Gue melotot kesal.

*****

Akhirnya gue dan Fajar berada di tempat antah-berantah di sudut kota Yogyakarta. Nggak tau Fajar mau ngapain, yang jelas dia akhirnya ngajak gue jalan ke gang-gang kumuh yang berakhir disebuah pendopo penuh anak-anak. Mereka menyambut Fajar dengan antusias.

"Mas bawa teman. Kalian mau kenalan nggak?" Tanya Fajar. Anak-anak itu mengangguk sambil berteriak serempak, "mauuuuu!"

Gue mau nggak mau akhirnya maju dan tersenyum canggung. "Nama saya Arga. Saya temannya Mas Fajar." Gue bergidik saat nyebut Fajar dengan kata depan 'mas'. Jijik banget.

"Coba bilang halo sama Mas Arga." Ujar Fajar. Anak-anak itu serempak menyapa gue. Gue tertawa, "hai semuanya." Balas gue.

Seharian ini gue menemani Fajar untuk mengajar matematika di pendopo yang penuh anak-anak.

"Sebentar lagi ada Mbak Riyana yang mau mendongeng. Yang selesai duluan tugasnya, bakal mas kasih hadiah." Fajar langsung persuasif. Anak-anak itu nurut dengan ucapan Fajar. Sampai nggak lama kemudian muncul seorang perempuan bertubuh mungil, nyaris mirip dengan Ayu menghampiri kami.

"Halo semuanyaaa!" Sapanya ceria. Gue tiba-tiba tersenyum dan merasa bahwa teriakan anak-anak itu nggak lagi terdengar. Gue terdistrak sama cewek di depan gue.

"Hai, aku Riyana." Sapanya ceria. Gue melongo bego sampai Fajar menyenggol lengan gue. "Saya Arga." Balas gue kikuk. Riyana tertawa.

Kok jantung gue berdebar dengar dia ketawa?

*****

End of Arga Chapter

NavyWhere stories live. Discover now