Chapter 5 (Jati)

1.4K 221 23
                                    

Sialan!

Gue nggak berhenti mengumpat saat melihat Ning tiba di kampus dengan penampilan super glowingnya. Anjing! Pasti si Banyu menang banyak karena nginep di tempatnya dia. Rasanya gue pengen banget nonjok wajah Banyu tadi pagi pas rapat MAPALA. Sok banget!

Sebelumnya gue nggak pernah mempermasalahkan wajahnya Banyu. Tapi ternyata, lama kelamaan, enek juga jadi babunya dia. Kalo nggak inget pesennya Bang Taro, udah gue hajar pokoknya dia.

Susah memang kalo jadi orang macem gue. Cintanya sepihak, terus harus tahan pula karena sering ketemu cowoknya cewek yang gue taksir.

Niat gue kini menjahili Ning sudah terlaksanakan dengan bonus tabokan Ning ke kepala gue. Its okay kalau ini jadi cara biar gue bisa terus deket sama Ning. Gue nggak pernah mau jadi peran antagonis dihubungan mereka, tapi gue juga punya perasaan. Seperti kata Fajar beberapa hari lalu yang bilang kalau gue itu cuma cadangannya Ning aja. Its hurt, man. Tapi lagi-lagi dia benar. Gue hanya cadangannya Ning.

"Ga, sering banget ngelamun. Kabur lagi noh ceweknya." Fajar tiba-tiba muncul lagi, udah titisan setan memang begini. Susah mau digimanain juga.

"Eh, setan. Gue nggak peduli, lah. Biarin aja." sahut gue santai. Fajar menggelengkan kepalanya sambil berdecak ala bapak-bapak yang tau kalo anaknya mulai nakal.

"Ga, Selvi buat gue aja, ya?"

"Ambil, Jar. Kalo lo suka sama bekasan gue, sana gih pungut." Fajar tergelak, "ah sialan emang ini bocah. Pantesan aja dari dulu hidupnya cuma gini-gini aja."

"Jar, gue kesel banget deh tadi liat mukanya si Banyu."

"Lah, tumben?"

"Kok tumben?" gue balik nanya karena heran. "Iya tumben gak langsung dihajar. Biasanya kan lo suka agak bar-bar gitu. Senggol bacok." Jawab Fajar sambil terbahak.

"Setan!"

****

Niat mulia gue untuk tidur di ruang MAPALA harus kandas saat gue melihat Ning dan Banyu lagi peluk-pelukan, berani taruhan bentar lagi si brengsek bakal bawa Ning ke ruangan MAPALA nih. Harus gue cegah.

Sampai Banyu bergerak untuk membawa Ning ke dalam ruangan, gue pura-pura jalan santai seolah nggak melihat apapun dan bersiap membuka ruang MAPALA.

"Eh, ada orang? Bang, buka. Ini gue Arga." Ujar gue setengah teriak, sambil akting tentunya.

Nggak lama, pintu ruang MAPALA terbuka. Demi Tuhan, gue harus nahan diri buat nggak ketawa ngeliat wajah kusutnya Banyu. Gue pura-pura melongo,

"Lah? Gue kira Bang Taro yang disini. Tumben-tumbenan pintu di kunci." Ujar gue santai. Banyu masih memasang wajah tak bersahabat, "ngapain lo kesini?"

"Mau tidur, Bay. Lumayan dua jam."

"Loh? Ada Ning?" gue bertanya dengan nada pura-pura terkejut. Ning melayangkan tatapan paling sadisnya untuk gue. "Eh, sori ya. Aduh, gue kira ada apaan deh."

"Lo ngapain sih, Ti? Ngeganggu aja." ketus Ning. Gue mengerutkan dahi, "emang kalian ngapain? Gue sih jelas-jelas mau tidur."

"Tidur sana, selamanya!" ketus Ning lalu membereskan penampilannya dan bergerak keluar ruangan diikuti oleh Banyu juga.

Yah, gak jadi nonton. Hehehe.

****

NavyWhere stories live. Discover now