Chapter 18 (Banyu)

943 157 9
                                    

Gue selalu punya sugesti bahwa gue dan Ayu sudah bubar. Tapi kelihatannya Ayu masih belum nerima itu. Oke, bukan bubar. Tapi take a break. Sebentar. Gue mau ngejar kuliah yang selama ini terbengkalai begitu saja. Dan ternyata, sugesti gue nggak begitu nyangkut di otak sehingga saat Ayu tiba-tiba ngehubungin, gue iya-iya aja nyamperin dia. Gue memang segampang itu.

Akhirnya apa? Akhirnya ya gue ke kosan Ayu, jagain dia, nenangin dia. Terus aja sampai otak konslet gue ini makin rusak. Man, gue butuh pergi. Tapi ternyata alam bawah sadar gue nggak mau melakukannya. Dasar emang pengkhianat!

"Yu, aku pulang dulu." Gue berpamitan saat kondisi Ayu sudah mulai membaik. Ayu mengangguk lemah sembari mengucap terimakasih. Ini kalo masih pacaran, bakal gue kasih kecup kening sambil bilang, "yaudah. Gak apa-apa. Get well soon ya, Yu." Tapi cut the scene. Nggak ada kecup kening. Cuma kalimatnya aja yang gue ucapkan.

Ayu gue suruh tidur saja tanpa harus nganter sampai ke gerbang. Dia awalnya nggak mau, tapi akhirnya nurut juga. Jam di tangan gue sudah menunjukkan pukul sebelas malam. Gue bahkan belum merasa ngantuk. Gantinya, gue malah belok ke angkringan dan nongkrong disana. Ada rokok dan secangkir kopi di tangan gue.

Angkringan yang nggak begitu ramai mendukung pola hidup nggak sehat gue. Rasanya rileks. Banget. Apalagi saat gue ngisep rokoknya pelan-pelan dan ngembusin asapnya. Gue merasa jadi orang paling adem ayem tanpa masalah di dunia ini.

Gue pulang ke kosan menjelang subuh. Karena gue mau bertaubat, gue mandi dan bergegas ke Masjid. Lagi-lagi bapak-bapak di masjid terpana, meski sebagian bapak-bapak melayangkan tatapan meremehkan dengan 'halah, paling seminggu doang." Atau gini, 'halah, ini anak mau skripsian udah pusing kayaknya. Liat aja habis sidang juga nanti ngilang.'

Emang serem tatapan bapak-bapak ini. Gue tetap berusaha stay cool dan masuk shaf yang lumayan di depan. Selesai subuh, gue kembali ke kos. Gue ngelamun sebentar sebelum akhirnya masuk kamar.

Nyokap tiba-tiba telepon saat gue hampir mematikan ponsel. "Iya, halo Mama. Ada apa?"

"..."

"Iya, abang ini lagi SP. Paling minggu depan kelar. Ada apa, Ma?"

"..."

"Nggak tau, Mam. Ada apa emangnya?"

"..."

"Dimana? Baru buka banget?"

"..."

"Oh, oke. Pasti abang bantu, Ma. Nanti abang kesana. Mama kirim aja kontak Om Haryo-nya."

"..."

"Iya, Mama. Abang mau tidur dulu ya. Capek banget."

"..."

"Beneran, Mam. Nggak aneh-aneh. Udah ya, Mam? Abang mau tidur bentar."

Telepon ditutup oleh nyokap. Gue tersenyum. Kalo informasi yang dibilang nyokap bener, kelar SP gue jadi bisa sibuk nih. Semoga aja pas sibuk nanti otak gue bisa sinkron.

Nggak lama, ponsel gue berbunyi. Ada pesan dari nyokap. Isinya kontak Om Haryo. Gue tersenyum lebar. Sebelum benar-benar mematikan ponsel, gue menyimpan kontak Om Haryo terlebih dahulu. Setelah itu gue baru mematikan ponsel gue. Nggak lupa sambil men-chargenya.

Tiba-tiba gue merasa sangat ngantuk dan jatuh tidur dengan damai. Ini adalah tidur paling nyaman yang gue dapatkan pasca putus dengan Ayu sejak dua minggu lalu.

Gue merasa ini tidur yang memang seharusnya gue dapatkan sejak dua minggu lalu.

Au revoir.

*****

Have a good Sunday guys! Jangan lupa berbahagia! 💚💕💕

Navyحيث تعيش القصص. اكتشف الآن