Chapter 2 (Jati)

2.2K 308 23
                                    

O, Drupadi ...

Siapakah yang sesungguhnya kau tunggu?

Jika bukan para Pandawa, lantas siapa yang merajai hatimu?


Sejujurnya, Ning sudah termasuk sebagai list calon cewek gue sejak SMA. Ning itu murid yang agak invisible, tapi kalo ada event gede-gedean yang sukses dan meriah, gue jamin dialah dalang dari segalanya. Ning ini kependekan dari Rahayuning Bhuana, mantan anak OSIS yang gue gak tau masuk sekbid mana. Pokoknya dia agak invisible kalo nggak benar-benar teliti.

Ning bukan cewek dengan fisik spesial, tapi dia lucu menurut gue. Tingginya cuma sebahu gue, kayak anak kecil. Kadang kalau kita lagi kebetulan jalan bareng, dia sering dikira adik gue sama orang-orang.

Mengenal Ning sangat menyenangkan. Actually, dia cerdas, kritis, rajin ngampus juga rajin ngerjain tugas. Dia bahkan jadi pemegang IPK tertinggi satu angkatan selama lima semester berturut-turut. Gue minder? Dikit, sih. Tapi lebih banyak bangga aja. Nggak tahu kenapa.

"Wut, santai dong bro matanya. Cewek orang tuh." Fajar mengingatkan satu fakta paling mengesalkan saat gue memperhatikan Ning yang lagi ketawa bahagia sama Banyu.

"Ah, sialan. Memangnya lo pikir mata gua gimana?"

"Melotot, nyaris keluar kalo nggak gue cegah."

"Diem lo, asu." Fajar malah ketawa nggak karuan. Dia menyulut rokoknya disamping gue lalu ikut-ikutan memperhatikan Ning dan Banyu.

"Nih, sebat dulu. Kudu rileks kalo ngeliatin orang pacaran."

Entah teori ngawur darimana, tapi gue akhirnya mengikuti ucapan Fajar dengan ikutan merokok juga. Fajar mengembuskan asap rokok sesuka hatinya sambil menatap Ning.

"Agak susah, Ga. Kalo kata gue, lo tuh cadangan dia doang."

"Maksudnya?"

"Ya lo liat aja. kalo si Banyu dateng, dia nggak akan nyamperin lo, kan? Boro-boro nyamperin, inget aja kaga kali."

Kali ini ucapan Fajar agak gue pikirin. Sedikit sih. "Menurut lo gitu?"

Fajar mengangguk. "Susah kalo nggak ada gerakan, Ga. Lo pikir si Ayu bakalan ngeh kalo lo suka sama dia sejak lama?"

Gue mengedikkan bahu, "nggak tahu juga."

"Tapi, Jar. Gue kan udah sering sama dia sejak kami masuk. Masa dia nggak ngeh, sih?"

"Terus ya, Ga. Menurut lo, si Ayu sama Banyu udah berapa lama emang pacaran? Katanya mereka legend di SMA lo?" gue mau nggak mau akhirnya mengangguk. Biar gimanapun, ucapan Fajar benar. Oh iya, yang cuma manggil Ning dengan sebutan 'Ning' itu hanya gue. Orang-orang memanggil dia Ayu, dari Rahayuning. Begitupun Ning, cuma dia satu-satunya orang yang menggil gue Jati. Semua orang memanggil gue Arga dan gue merasa punya sedikit space spesial karena panggilan-panggilan tersebut.

"Gue bukannya mau bikin lo pesimis, tapi kenyataan itu kejam, bro. Nggak indah kayak ekspetasi."

"Iya, bacot." Potong gue cepat. Gue sejujurnya nggak mau ngedengerin spekulasi-spekulasi sialan dari Fajar, tapi balik lagi. Yang dia omongin ada benernya. Gue gak bisa nyelip Banyu gitu aja karena kami aktif di MAPALA, selain itu, gue dan Banyu ada di tim futsal yang sama di fakultas. Rasanya agak aneh aja kalo tiba-tiba kita harus ribut.

"Lo liat dah, kemana tuh mereka." Gue otomatis menoleh dan mengikuti gerak-gerik Banyu dan Ning sampai mereka menghilang di koridor fakultas teknik.

"Banyu sering nginep-nginep asik di kosannya Ayu ya, Ga?"

"Mana gue tau, kampret!" semprot gue kesal. Lagi-lagi, nggak tau kenapa gue jadi auto kesal ngeliat mereka berdua. Gue cemburu. Iya. Gue pengecut. Iya. Dan satu hal lain yang cukup gue sadari adalah, gue kalah dari si kampret Banyu!

*****

Alhamdulillah, part 2 Aisyah juga istiqomah. Semoga selanjutnya bisa istiqomah jadi istri mas Fahri.

Thanks buat yang udah baca part kemaren. Luv :*

Ps. Ada visualnya Jati di mulmed part kemaren wkwk :* Tolong kasi saran dong buat visual Ning. Butuh cewek2 lucu macem ulzzang di pewayangan jawa.

NavyWhere stories live. Discover now