Chapter 21 (Banyu)

953 158 6
                                    

Gue mendengar selintingan kabar mengenai Ayu yang pergi sendiri ke Prau dan memangkas habis rambut kesayangannya. Gue yang pernasaran akhirnya diam-diam ke kosan dia untuk memastikan. Tapi ya gitu, akhirnya gue benar-benar terkejut karena menemukan drama yang dilakoni Ayu dan Arga.

Well, kalau dibilang sakit hati, mungkin gue nggak akan memungkirinya kalau gue memang sakit hati. Sisanya, ya gue juga sadar diri. Memangnya sekarang, gue ini siapanya Ayu sih? Pacar bukan, teman? Lo kira gue setabah itu buat temenan sama mantan pacar gue yang lagi sama cowok lain? Nggak lah!

Akhirnya setelah gue puas mengetahui akhir drama Ayu dan Arga, gue memutuskan untuk kembali pulang ke kosan dan sibuk dengan sisa satu mata kuliah di semester pendek gue yang berjalan lancar. Gue jadi merasa bersalah karena menyia-nyiakan waktu kuliah gue dulu.

Selesai dengan diktat, catatan dan tugas yang langsung gue libas dalam satu hari ini, hati gue tiba-tiba tergerak untuk merapikan semua barang-barang yang ada dalam kamar kos gue. Mulai dari lemari yang super berantakan, puntung rokok yang dulu suka gue buang sembarangan di kamar, tisu bekas ingus, plastik-plastik indomie, sampai kertas kuliah penuh coretan merah dan huruf D. Semua gue kumpulin, gue beresin, gue bakar. Kamar gue terasa sepuluh kali lebih luas setelah gue tata sedemikan rupa. Nyokap gue pasti bangga dengan prestasi gue membersihkan kamar seperti ini.

Selesai membersihkan kamar, gue mandi dan mengepak beberapa barang yang akan gue bawa ke Semarang untuk sementara waktu. SP gue sudah mau selesai, mungkin besok siang juga beres. Gue juga sudah merasa nggak punya masalah lagi di Jogja. Maka tawaran nyokap kemarin soal membantu Om Haryo langsung gue sambut dengan baik.

Besoknya, usai kelas. Gue buru-buru pulang ke kosan, tapi ternyata niat itu gue urungkan sedikit karena gue bertemu dengan Arga dan Ayu di parkiran. Gue cuma senyum bego dan say hi ke mereka, sementara mereka menganggap aneh gue.

"Kemana, Bay?" Ayu menanggapi sapaan garing gue tadi.

Balik lah, menurut lo gue mau kemana?

"Oh, mau pulang nih. Kalian tumben ke kampus?"

"Mau ke himpunan." Sahut Arga jutek.

"Oh, ya udah. Gue duluan ya." Balas gue tak acuh. Gue akhirnya meninggalkan mereka di parkiran begitu saja. Inget Bay, mereka udah bukan urusan lo lagi. Lo nggak harus sibuk dengan asumsi lo soal mereka.

*****

Dengan motor kesayangan gue, gue akhirnya tiba di rumah Om Haryo di Semarang. Tipikal rumah joglo yang sangat kental nuansa jawanya. Om Haryo ini adik kandung nyokap. Persis banget lahir setahun setelah nyokap. Dulu nyokap sering cerita kalo Om Haryo ini sering dijadiin tameng buat kondangan. Biar nggak kelihatan jomlo katanya. Hehehe.

"Dari Jogja jam berapa, Bay?"

"Oh, jam empat tadi, Om. Nyelesein SP dulu." Sahut gue dengan suara mengecil diujung kalimat. Om Haryo menepuk bahu gue, "semester besok sudah skripsi?"

"Iya, Om."

"Syukur kalau begitu. Kasian mama mu itu khawatir sama kamu, sama kuliahmu. Mana kamu sering sakit juga, kan." Gue meringis kecil, nyokap pasti banyak curhat sama adik kesayangannya ini.

"Rahayu apa kabarnya, Bay?" Pertanyaan Om Haryo tiba-tiba membuat gue tersedak, astaga. Gue lupa kalo beberapa keluarga gue tahu soal hubungan gue dan Ayu. Salah satunya Om Haryo yang kekeuh manggil dia Rahayu.

"Oh, baik, Om." Jawab gue kikuk, "dia nggak kenapa-napa kalau kamu kerja dulu di sini?"

"Nggak, Om. Santai aja." Sahut gue senatural mungkin. Semoga aja Om Haryo nggak ngeh kalau gue kesini buat escape dari kenyataan.

*****

TGIF! 🍻

NavyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang