Wattpad Original
Ini bab cerita gratis terakhir

Tujuh: Sepucuk Kekalutan

168K 10.9K 455
Penulis: aristav oleh aristav
                                    

Di saat kita sibuk meraba perasaan, mempertanyaan apakah itu cinta atau sekadar rasa nyaman, di saat itulah kita tidak pernah tahu, kehilangan mungkin saja sedang berada di antara kita.

Namita menghela napasnya lega. Ia baru saja keluar dari ruang sidang senat kampus untuk menjalani wawancara tahap satu pertukaran mahasiswa yang akan dilaksanakan di Thailand. Menatap langit-langit ruangan, Namita tersenyum tipis walau masih ada sesuatu yang mengganjal di kepalanya, membuatnya gelisah semenjak beberapa hari kemarin.

Semenjak dulu, ia sangat ingin mengikuti program pertukaran pelajar di luar negeri. Alasannya, ya karena ingin mencari suasana baru. Kebetulan, pihak kampusnya membuka pendaftaran bagi mahasiswa yang ingin mengikuti program tersebut—dengan berbagai persyaratan, seperti minimal IPK di atas 3,5, sudah lulus IELTS dan berbagai persyaratan lainnya.

Namita hendak melangkahkan kakinya menuruni anak tangga ketika ia mendapati Laksamana sudah berdiri di sampingnya dengan raut wajah kecut. Laki-laki itu tak mengucapkan sesuatu padanya. Tahu-tahu, sudah menarik tangannya menuju lantai satu, lalu bergerak menuju tempat parkir mobil—Laksamana memarkirkan mobilnya di depan gedung Ormawa seperti biasa.

"Jadi kamu ikut program itu dan nggak ngasih tahu aku?"

Namita menoleh pada laki-laki itu. ia menyandarkan tubuhnya di jok mobil milik Laksa, sementara laki-laki itu mulai mengemudikan mobilnya, meninggalkan kampus.

"Kenapa harus ngasih tahu?"

Mendengus, Laksa mempercepat laju mobilnya. "Kamu itu siapanya aku sih, Nam?"

Pertanyaan bernada kesal juga frustrasi keluar dari mulut laki-laki itu. Dahi Namita berkerut-kerut, hingga membuat tumpukkan dengan alisnya yang sedikit naik.

"Memang harus aku jawab? Aku pikir cincin ini sudah menjawabnya."

Namita menunjuk cincin yang ada di jari manisnya. Baru dipasang lagi pagi tadi, entahlah setelah sebelumnya ia jadikan bandul kalung. Toh, walaupun ia pakai cincin itu mungkin hanya akan dianggap temannya sebagai cincin biasa yang lumrah digunakan oleh perempuan. Teman-teman di kelasnya banyak yang memakai cincin untuk sekadar hiasan jari. Satu lagi, Namita bukan sosok yang suka berbasa-basi, seperti menjawab pertanyaan yang sudah jelas-jelas Laksa tahu jawabannya.

"Kamu itu Nam ... Ya Tuhan!"

Laksa mengeluh, ia sedikit memukul setir menyalurkan rasa kesalnya pada Namita.

"Onhoorbaar groeit de padi, tak terdengar tumbuh lah padi. Kamu tahu Mas itu kalimat milik siapa dan apa maknanya?"

Laksa menatapnya sekilas lalu fokus pada jalanan. Daerah HR Mohammad sedang ramai siang itu. Hiruk pikuk kendaraan saling berlomba-lomba membuat padat jalanan.

"Milik Multatuli, salah satu kalimat yang diagungkan oleh Pak Hatta. Kamu tahu kenapa? Mungkin ada manusia tampak diam, tampak tak bisa apa-apa, ya tampak biasa saja, tapi tanpa diketahui oleh orang lain, sebenarnya dia sedang membangun mimpi-mimpi besarnya, hingga tahu-tahu orang sudah melihat hasilnya, tanpa tahu kapan dia bertumbuh dan berkembang."

Laksamana menggeleng-gelengkan kepalanya. Efek Namita sering membaca, dan kutu buku inilah yang kadang membuatnya pusing menerjemahkan maksud dari perkataan gadis itu.

"Aku ingin seperti itu, Mas. Aku nggak mau gembar-gembor dulu, aku mau kayak padi yang nggak pernah disaksikan bagaimana dia tumbuh, tahu-tahu sudah merunduk dan berisi."

"Demi Allah, Nam. Kalau kamu lulus, kamu akan tinggal di sana selama setahun."

"Memang kenapa?"

Laksa membelalakkan matanya tidak percaya, ia melihat Namita dengan raut wajah keruh dan ekspresi kesal. Lalu setelah tak ada lagi percakapan, ponsel laki-laki itu berbunyi. Nama Mega tertera di sana.

icon lock

Tunjukkan dukunganmu kepada Arista Vee, dan lanjutkan membaca cerita ini

oleh Arista Vee
@aristav
Ketika Laksamana Tirtoadji sang Ketua Senat dipertemukan dengan Namit...
Buka akses bab cerita baru atau seluruh cerita. Yang mana pun itu, Koinmu untuk cerita yang kamu sukai dapat mendukung penulis secara finansial.

Cerita ini memiliki 23 bab yang tersisa

Lihat bagaimana Koin mendukung penulis favoritmu seperti @aristav.
Ketua Senat ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang