Wattpad Original
There are 6 more free parts

Satu: Mas Laksa

245K 13.4K 381
                                    

"Nanti pulang bareng!"

Namita menatap datar sosok yang ada di depannya. Laksamana Tirtoadji, sosok ketua Majelis Perwakilan Mahasiswa atau yang lebih dikenal dengan senat kampus. Laki-laki itu bersedekap di depan pintu mobilnya yang terparkir rapi di halaman kampus—tepat di depan Gedung H-1 yang menjadi markas anak-anak senat.

Sebagai ketua senat, Laksa benar-benar menjadikan Gedung Ormawa menjadi rumah keduanya. Laki-laki itu bahkan hanya pulang untuk mengistirahatkan badan. Meski sebenarnya, Laksa bukan anak Fakultas Ilmu Pendidikan seperti Namita. Ia mengambil Jurusan Ilmu Ekonomi di Fakultas Ekonomi—fakultas yang tepat berada di samping fakultasnya. Namun, karena Gedung Ormawa berada tepat di lingkungan fakultas Namita, Laksa memang lebih sering terlihat di fakultas Namita.

"Aku bisa pulang sendiri. Lagian aku mau ke perpus."

"Lagi?"

Alis Laksa bertaut. Ia heran dengan kebiasaan Namita yang satu ini, perempuan berambut sebahu itu lebih sering mengunjungi perpustakaan fakultas daripada jalan dengannya. Walaupun selama ini, Laksa sendiri juga jarang mengajaknya jalan. Oh, sekadar informasi, Laksamana adalah seseorang yang dekat dengan Namita belakangan ini, kedua orang tua mereka saling mengenal dan, ya, memaksakan mereka untuk lebih dekat, mereka bahkan sudah saling bertukar cincin—bahasa lainnya sih, mereka sudah bertunangan.

"Duluan," ucap Namita, lalu pergi meninggalkan Laksa.

Tidak ada yang tahu tentang kedekatan mereka, bisa dibilang mereka memiliki sebuah hubungan yang cukup rumit. Namita sendiri adalah junior Laksa di kampus. Awal perjumpaan mereka bukan sesuatu yang cukup berkesan. Saat itu, Namita adalah mahasiswa baru yang mengikuti serangkaian Ospek universitas, di mana Laksa menjadi salah satu panitia pengawas yang mendampingi BEM menjalankan program kerjanya—Pengenalan Lingkungan Kampus—yang biasa disebut Ospek.

Ketika itu Namita yang sudah lelah luar biasa dan hampir pingsan di tengah lapangan, kebetulan Laksa di sana dan bisa ditebak jika laki-laki itu yang memapahnya karena kebetulan ada di dekat Namita, membawa Namita menuju ruang kesehatan. Namun, siapa sangka, itu adalah awal dari segalanya.

Mendadak, Tante Shinta—Mama Laksa yang juga sahabat lama almarhumah ibu Namita datang ke kosannya pagi itu. Tante Shinta memintanya untuk tinggal bersama, dan mengatakan jika dulu, sebelum meninggal, almarhumah ibunya akan sangat bahagia jika bisa berbesanan dengannya. Rasanya memang cukup klise, tapi hal itu benar-benar terjadi padanya.

Untuk merealisasikannya, Tante Shinta, dan ayah Namita meminta Namita untuk lebih bertunangan dengan Laksa, syukur-syukur nantinya bisa lanjut ke pernikahan, tentu setelah menjalani proses pendekatan selama satu tahun dengan Laksa—yang hasilnya nihil, mereka masih tetap menjadi dua orang yang canggung satu sama lain.

Ting!

Namita mengambil ponselnya. Nama Laksa tertera di notifikasi ponsel android miliknya. Kerutan di dahi perempuan itu bertambah banyak sewaktu ia membaca rangkaian kalimat bernada perintah dari seorang Laksamana Tirtoadji.

Mas Laksa: Nanti pulang bareng, jangan ngebantah.

Namita tak membalas pesan dari laki-laki itu. Ia terlalu sulit untuk mengerti jalan pikiran Laksa. Sebagai anak organisasi yang pandai bernegosiasi, Laksa akan selalu berhasil untuk memaksanya. Namita tahu, bakat negosiasi laki-laki itu mungkin diturunkan dari papanya. Papa Laksa adalah seorang anggota perwakilan dewan di tingkat provinsi.

"Namiiiii ... tugas kamu sudah selesai belum?"

Dena membawa setumpuk makalah dari arah kelas Namita. Dena adalah penanggung jawab mata kuliah Dasar-Dasar BK yang diajar Pak Ryan.

Ketua Senat ✔Where stories live. Discover now