Wattpad Original
Ada 5 bab gratis lagi

Dua: si Kerdil

163K 13.2K 749
                                    

Kita berada pada titik buta, akan hubungan yang terbangun tanpa pondasi.

Laki-laki itu sedang berada di kantin fakultas bersama segerombolan anak senat. Kebetulan, kantin di FIP dekat dengan lokasi perpustakaan fakultas. Jadi, seorang Laksamana sering melihat Namita di sekitar sana, karena perempuan kutu buku itu bisa dipastikan akan mengunjungi perpustakaan setiap hari, selama ada jadwal kuliah tentu saja.

"Sa, dua minggu lagi akan banyak Ospek jurusan yang diadakan di luar kota. Dan, seperti biasa kita mendapat undangan untuk mengunjungi kegiatan Osjur."

Yanto mengangsurkan ponselnya yang berisi jadwal Osjur pada Laksa. Ospek jurusan memang biasanya diadakan pada awal semester genap sekaligus sebagai penutup seluruh rangkaian Ospek. Yanto adalah ketua pada komisi empat yang bertugas untuk menjalin kerjasama serta komunikasi dengan seluruh Ormawa kampus.

"Suruh Mega buat jadwal bergilir, semua barus kebagian mengunjungi Osjur."

Laksa menyesap kopi hitam tanpa gula di depannya setelah mengembalikan ponsel Yanto. Matanya berkelana, dan berpusat pada satu titik, di mana seseorang yang ia kenal sedang berjalan beriringan dengan Ardhan—anggota senat fakultas.

"Oke, nanti aku WA si Mega. Mau ambil yang mana?"

"Osjurnya BK sama psikologi, di Pacet," jawab Laksa langsung, tanpa pikir panjang.

Yanto mengangguk, dan mulai menghubungi Mega—sekretaris senat universitas—yang bisa juga dibilang sekretaris MPM (Majelis Permusyawaratan Mahasiswa), namun karena mayoritas mahasiswa di sini terlanjur mengenal MPM sebagai senat, mereka para anak MPM memang lebih sering disebut sebagai anggota senat kampus tingkat universitas, sedangkan anak DPM (Dewan Perwakilan Mahasiswa) yang menjabat di tingkat fakultas disebut sebagai senat fakultas. Meski, secara undang-undang resmi Ormawa, nama resminya bukan anggota senat.

"Kuperhatikan, kamu itu selalu ambil bagian BK sama Psikologi, ada apa memang?"

Yanto bertanya, setelah selesai mengirim pesan WA pada Mega. Laksa tidak memberi jawaban, ia hanya mengangkat kedua bahunya, membiarkan Yanto berpikir sendiri. Laki-laki itu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja, lalu mengirimkan pesan pada Namita.

"Belakangan ini, banyak anak Ormawa yang melihatmu berangkat dan pulang bersama si anak BK itu. Pacar barumu?"

"Halah bukan urusanmu, Yan."

Yanto berdecak, Laksa yang sangat cuek memang sulit dikorek informasi pribadinya, padahal Yanto sudah berjanji membantu salah satu adik tingkat yang naksir dengan Laksa, untuk mencari tahu kebenaran hubungan Laksa dengan si anak BK itu.

"Suruh Mega kirim jadwalnya setelah selesai," ucap Laksa, laki-laki itu lalu beranjak pergi dari kafetaria. Ia ada satu kelas hari ini.

Sebagai anggota senat, memang tidak sesibuk anggota BEM. Akan tetapi tetap saja menjadi mahasiswa merangkap anak organisasi bukan hal yang mudah. Laksa dituntut untuk bisa mendedikasikan dirinya menjadi mahasiswa yang bisa dijadikan role model oleh mahasiswa lainnya. Terlebih, rektor kerap menugaskannya bersama Ghazy—Presiden BEM U, untuk mengikuti berbagai acara yang diadakan baik secara resmi milik pemerintah maupun tidak resmi milik swasta. Beberapa kali, ia juga diundang untuk mengisi seminar kemahasiswaan atau menjadi perwakilan kampus untuk beberapa urusan.

***

Namita tiba di kosnya pada pukul sembilan malam. Seharian ini, ia menghabiskan waktu dengan Dena. Memangkas penat di kepala karena padatnya tugas kuliah dan hubungannya yang seakan jalan di tempat dengan Laksa.

Namun, napas Namita yang baru lega sesaat setelah mematikan ponselnya seharian dan lepas dari Laksa menjadi kembali sesak setelah mendapati mobil Laksa berada di depan indekosnya.

Ketua Senat ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang