Part 29. Cinta tak bisa dipaksakan

869 73 14
                                    

Bulan berganti tahun, tak terasa dua tahun berlalu sejak fakta terungkap mengenai klan iblis dan vampire.

Lucya kini sudah bisa menerima keadaan dimana dirinya dan Edward adalah saudara sedarah, dan tidak diperbolehkan untuk menjadi sepasang kekasih untuk selama-lamanya.

Sedangkan Morino yang masih memiliki dendam belum muncul ke hadapan musuh-musuhnya untuk menuntut balas, ia hanya menggunakan Valerie untuk mengetahui kabar dan kelemahan para musuhnya diam-diam.

Arsel sendiri tak pernah bosan memberikan perhatian dan kasih sayangnya pada Lucya, walaupun gadis itu terang-terangan menolak keberadaan Arsel.

Hingga suatu hari...

"Sampai kapan kau akan mencampakkan Arsel?" Suara Lucy yang lembut seolah mendamaikan hati Lucya yang gundah saat ini. "Dia begitu mencintaimu, Cya..sampai kapan kau akan selalu menolak cintanya?"

Lucya menghela nafas, ia juga tak tahu kenapa ia tidak bisa membalas perasaan Arsel. Tiap saat pria itu selalu mencoba untuk merubuhkan benteng dalam hatinya, namun benteng itu terlalu kokoh hingga Arsel tak bisa sedikitpun untuk merubuhkannya. "Entahlah bu, rasanya aku sulit menerima kehadirannya. Mungkin karena hatiku terlebih dulu mencintai Edward sebelumnya, itu membuat aku jadi tidak ingin membuka hatiku untuk yang lain." sahutnya dengan tidak berani memandang wajah ibunya.

"Kau tidak memiliki sedikitpun perasaan padanya, sayang? Dia begitu mencintaimu, dia mencintaimu sejak kalian masih anak-anak hingga saat ini kalian beranjak dewasa?"

Lucya menengadah memandang langit hitam di atasnya. "Aku tidak bisa mencintainya bu, bukankah cinta tidak bisa dipaksakan? Aku benar-benar bosan dengan sikap lemah Arsel yang selalu mencoba mendekatiku, aku tidak suka dan selamanya tidak akan suka, bu!"

Arsel baru tiba beberapa saat lalu dan mendengar semua percakapan mereka. Jantungnya berpacu cepat, seolah ada benda keras menghantam ulu hatinya, ia hendak berbalik sebelum akhirnya Lucy menyadari kehadirannya.

"Arsel? Kau disitu? Sejak kapan?" ia menghampiri Arsel lalu tersenyum ramah. "Kau ingin menemui Cya? Di__"

"Tidak, sepertinya aku salah telah datang kemari." Arsel melirik ke arah Cya yang tengah menunduk dengan menggigit bibirnya. "Aku berjanji tidak akan mengganggu kalian, apalagi kau..Lucya!"

"Apa yang kau katakan Arsel? Bagaimana kabar keluargamu? Tunggu!" Lucy menahan lengan Arsel yang hendak pergi. "Kau mau kemana? Singgah dulu ke rumah kami, Arsel. Perjalananmu begitu jauh hingga sampai kemari. Jangan kau ambil hati kata-kata Cya, dia hanya tengah kalut." Lucy tersenyum ramah.

Arsel tersenyum lalu menepis dengan lembut lengan Lucy, tanpa bisa di cegah oleh Lucy, vampire itupun kembali melesat pergi meninggalkan rasa cintanya yang telah di tolak mentah-mentah untuk yang kesekian kalinya.

Lucya berdehem untuk menghilangkan rasa gugupnya, ia harusnya tenang karena pria menjengkelkan itu tak akan lagi menemui dan mengganggu dirinya. Namun di lubuk hatinya yang paling dalam, ada setitik rasa bersalah dan penyesalan pada apa yang telah ia lakukan pada pria itu.

"Ah sudahlah, aku harus bahagia karena dia tak akan menganggu aku lagi!" ucapnya dengan senyum mengembang.

Lucy menggeleng. "Jangan kau sesali nantinya, Lucya!"

Valerie mondar mandir di tepi danau, ia tengah menunggu seseorang saat ini. Seseorang yang entah sejak kapan ada di hatinya. Biasanya orang itu muncul di danau ini dengan teriakan kesalnya karena seseorang masih mencampakkan dirinya. "Gadis itu bodoh, selalu mencampakkan cintamu yang begitu besar." ucapnya tiap kali Arsel berteriak kesal karena ulah Lucya.

Senyum Valerie merekah, pria itu baru saja tiba. Namun ada perubahan yang begitu siginifikan pada dirinya. Biasanya ia datang lalu berteriak, kini ia hanya duduk diam sembari menendang kerikil ke dalam air, membuat ikan ikan yang tengah berenang di dalamnya berenang tak karuan karena ketakutan.

"Apa yang terjadi padamu?" tanya Valerie yang kini berada di samping Arsel. "Kau di tolak lagi?" tanyanya dengan memandang wajah Arsel yang terlihat dingin.

Arsel menatap Valerie, gadis di hadapannya ini pernah beberapa kali mengatakan jika ia menyukainya, tak di pungkiri. Ini pertama kalinya Arsel menatap Valerie, membuat gadis itu terlihat gugup karena di pandang olehnya. "Kau menyukaiku bukan?" tanya Arsel tiba-tiba.

Valerie tersentak, ia mengerjapkan matanya berulang-ulang kemudian mengangguk. "Ya, kenapa? Apa itu membuatmu tidak nyaman? Tenang saja, aku hanya menyukaimu, aku tidak akan memaksakan hati seseorang ji__" ucapan Valerie terhenti saat bibirnya di kecup oleh Arsel. Matanya melotot memandang wajah Arsel yang begitu dekat dengannya.

Arsel sendiri hanya memenjamkan matanya, entah kenapa ia begitu berani melakukan ini pada seorang gadis, ia tak tahu apa yang terjadi padanya tiba-tiba mencium seseorang, namun kelembutan bibir Valerie membuat ia sendiri merasa nyaman. Tangannya yang bebas terulur ke wajah gadis di hadapannya, menangkup pipi putih pucat Valerie dan menekannya agar tetap berciuman dengannya.

Valerie sendiri menempelkan lengannya pada dada bidang Arsel, keharuman yang Arsel miliki seolah membuat ia mabuk. Ia benar-benar menikmati sentuhan lembut dari bibir Arsel. Ia tak menyangka, pria dingin ini kini tengah menciumnya. Masa bodoh jika ia hanya sebagai pelampiasan. Toh, ia sendiri tidak keberatan karena memang ia menyukai Arsel.

Lama berselang ciuman lembut mereka berlangsung, akhirnya Arsel melepaskan pagutannya. Ia memandang Valerie yang masih memenjamkan matanya lalu membenarkan anak rambut yang sedikit berantakan di dahi gadis itu. "Maaf, aku terbawa suasana." ucapnya dengan lembut.

Valerie membuka matanya, ia tersenyum manis lalu mengecup lembut bibir Arsel. "Tidak masalah, aku menyukainya."

Arsel sendiri ikut tersenyum lalu berbalik, memunggungi Valerie yang menekuk keningnya dalam. "Ada apa?" tanyanya tak mengerti.

"Aku menyerah.." sahut Arsel dengan suara serak.

"Apa?"

"Aku akan menyerah.."

"Untuk?" tanya Valerie tidak mengerti.

"Untuk mendapatkan cinta Lucya..aku lelah, dan aku tidak akan mengejar cintanya lagi."

"Benarkah? Kenapa? Bukankah kemarin-kemarin kau begitu optimis akan selalu mengejar cintanya dan mendapatkannya? Kenapa sekarang kau mundur?"

Arsel berbalik dan memandang Valerie yang tengah memandangnya. "Karena cinta itu tidak bisa dipaksakan, Vale..cukuplah perjuanganku kemarin, aku akan berhenti dan menyerah. Dia tak akan pernah membalas perasaanku. Aku seperti manusia busuk yang tidak bisa mengencani orang lain karena bertumpu pada satu gadis, aku akan membuang perasaanku padanya dan berhenti mengejarnya."

Valerie tersenyum hangat, sekali lagi ia mengecup bibir Arsel. Namun kini agak lama hingga akhirnya Arsel juga membalas ciumannya.

To be Continue

Maaf ya, update nya jarang gini..
Karena responsnya yang menurun dari reader bikin aku jadi ga semangat ngetik juga..

Btw, aku lupa alurnya..jadi agak aneh gini ya, hehe
Saking lamanya ngetik, jadi lupa sama alur ceritanya..

Mohon koreksiannya, aku kehabisan ide..bisa bantu kasih ide bagus buat chapter selanjutnya?

Trims..

The Vampire DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang