Part 07 (dendam)

4.3K 382 30
                                    

Elina menyentuh batang bunga Deasy namun seketika saja bunga tersebut hangus karena sentuhannya.

Gadis itu mendengus, hampir setengah dari luasnya kebun bunga milik Evelyn hangus olehnya. Ia sendiri tidak tahu, kenapa dari hari ke hari kekuatannya semakin bertambah. Bahkan ia tak bisa menguasai kekuatannya sendiri. Apapun yang ia pegang selalu hangus karena sentuhannya. Hingga ia tak berani menyentuh anggota keluarganya karena takut hal serupa akan menghanguskan anggota tubuh yang Elina sentuh.

Dari jauh Evelyn pun terlihat gusar, bagaimana tidak jika tanaman kesayangannya hangus begitu saja.

"Bibi, apakah Mommy akan baik-baik saja?"

Evelyn menunduk dan mendapati Arsel berada di sampingnya, menatap ke arah dimana Elina berada. Pandangan Evelyn kembali tertuju pada Elina yang kembali menghanguskan tanaman-tanamannya.

"Sepertinya ibumu belum bisa menguasai kekuatannya, Arsel. Itu sebabnya Mommy-mu selalu menghanguskan apapun yang disentuhnya.". 'Apalagi itu tanamanku!' Dengus Evelyn dalam hatinya.

"Apakah nanti Mommy bisa menguasainya Bibi?" Tanya Arsel lagi.

Evelyn menghela nafas pendek lalu mengendikkan bahunya. "Entahlah, kau doakan saja semoga Mommy cepat menguasai kekuatannya!" Ujar Evelyn.

Arsel hanya diam sambil terus memandangi Elina yang masih berusaha memegang dengan selembut mungkin apapun yang di sentuhnya. Namun usahanya tetap gagal karena apapun yang ia sentuh akan langsung hangus seolah sentuhannya mengandung api besar hingga sanggup membumihanguskan kastil mereka.

**

Malam menjelang disinari cahaya bulan yang begitu indah, namun tidak untuk Elina. Wanita muda itu terlihat merenung di balik jendela batu di kamarnya hingga suara pintu terbuka lalu tertutup dan terkunci terdengar oleh indera pendengarannya.

Albert tersenyum, ia amat sangat merindukan kekasihnya itu. Langkahnya pasti mendekati Elina, tangan kokohnya terulur hendak merengkuh pinggang Elina namun secepat kilat Elina beralih menjauh membuat Albert menautkan kedua alisnya bingung atas penolakan kekasihnya itu.

"Kenapa? Ada apa? Kau tak merindukanku?" Tanya Albert lirih. Tatapan sendunya menatap Elina intens membuat Elina memalingkan wajahnya.

"Albert..." sergah Elina ketika Albert berusaha untuk meraih tangannya.

"Kau tak menginginkanku?" Tanya Albert parau.

"Albert kau salah!" seru Elina. "Albert kau tahu sendiri aku tak dapat menguasai kekuatanku! Apapun yang aku sentuh selalu terbakar dan hangus. Aku tak ingin melukaimu!" Elina frustasi hingga ia jatuh terduduk, tangannya menelungkup menutupi wajahnya.

"Elina.." panggil Albert lalu perlahan menyentuh bahu Elina. Rasa panas seketika menyerang tubuh Albert, panas dari jari-jarinya yang menyentuh Elina. Namun Albert menahan sengatan panas yang membuat peluhnya bercucuran.

Elina mendongak, menatap wajah tegang Albert yang banyak mengeluarkan peluh itu membuat Elina keheranan. Hingga tatapannya beralih pada tangan Albert yang menyentuh bahunya. Langsung saja Elina menepis hingga Albert sedikit terhempas kesamping.

"Kau rasakan sekarang? Itulah aku! Aku yang menakutkan ini!" Erang Elina kemudian terisak. Tangannya mulai menutupi wajahnya ketika airmata mulai berjatuhan ke pipinya itu.

Albert mendesah lalu kembali menyetuh Elina bahkan kali ini ia memeluknya erat meski Elina berusaha berontak.

Tubuh Albert makin tegang saat Elina berontak, api yang menyengatnya seakan bertambah kuat dan hebat hingga seluruh tubuhnya menegang kuat. Rahangnya mengetat hingga peluh mulai bercucuran dari tubuhnya.

The Vampire DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang