Part 14 (Cya..)

2.4K 244 10
                                    

Iris merah semerah darah itu mengerjap memandang objek di kanan juga kiri tubuhnya, jantungnya memacu cepat seolah baru selesai berlomba dengan burung unta.

"Kau baik-baik saja?"

Suara yang mengalun lembut itu membuat manik merah itu menatapnya datar.

"Apa kau haus?" Tanya suara itu lagi.

Haus?

Refleks saja sang pemilik manik merah itu menyentuh lehernya, menelan pahit salivanya sendiri dan merasakan jika tenggorokannya begitu panas terbakar.

Ingin air?

Tidak!

Ia kembali menelan salivanya ketika mengingat cairan merah kental yang biasa ia minum dalam cangkir kesayangannya.

Tidak!

Bukan dalam cangkir!

Pria bermanik merah itu menarik sudut bibir membentuk geraman ketika mengingat aliran darah yang mengalir dalam nadi leher kedua sosok yang tengah mengapitnya.

Aku haus!

Tapi bukan minuman seperti biasa yang selalu aku minum!

Tapi darah langsung yang aku hisap dari urat nadi leher seorang manusia!

Manusia?

Sekali lagi manik merahnya menatap tajam dua sosok dikanan juga kiri tubuhnya, menelisik aroma tubuh mereka.

Bukan manusia!

Mereka bukan manusia!!

Geraman kecil keluar dari bibir tipis pria bermanik merah itu membuat Erald juga Elliot mundur selangkah.

"Dia haus, paman!" Bisik Erald yang yang jelas saja masih bisa didengar oleh pria bermanik merah itu.

Elliot menyunggingkan senyum kecutnya lalu menjentikan jari.

Tak lama, muncul 2 orang manusia yang langsung terkejut ketika tiba-tiba saja mereka berada disini.

"Dimana aku?" Pekik seorang lelaki beruban mengenakan kemeja kantor yang awut-awutan, 3 baris kancing yang sudah terlepas juga sabuk celana yang sudah terbuka begitupula retsletingnya.

"Dimana aku?" Pekik seorang gadis muda dengan bertelanjang dada karena gaun yang ia kenakan sudah merosot sampai ke panggulnya.

"Kalian siapa!" Pekik pria tersebut dengan terkejut.

Wanita yang bajunya ia naikan itu berlari ke arah pria beruban dan langsung memeluknya.

"Sudah ku katakan lakukan saja di mottel bukan di dalam hutan!" Bisik wanita muda itu dengan ketakutan.

"Makanlah!"

Pria bermanik merah itu menatap horor ke arah asal suara yang tak lain adalah Elliot sendiri.

"Aku memberimu makan dua orang manusia yang tak berguna!" Ejeknya sambil memandang jijik dua orang manusia yang masih berpelukan itu. "Yang satu tukang selingkuh hingga lupa pada istri juga anak-anaknya, yang satu senang sekali mengganggu kakek-kakek kaya untuk di kuras harta kemudian meninggalkannya setelah hartanya habis!" Lanjutnya dengan seringaian tajamnya.

Rahang kokoh dari pria bermanik merah itu mengeras kala merasakan denyut nadi di leher dua manusia yang wajahnya memancarkan ketakutan.

"Si-siapa k-kalian!" Suara wanita muda itu terbata sambil terus memeluk lelaki beruban yang membalas memeluknya.

Pria bermanik merah itu menarik sudut bibirnya hingga terlihat taring tajam mencuat dengan mata merah menyala.

Lelaki beruban yang semula memeluk wanita muda itu langsung saja mendorongnya hingga sampai ke pelukan pria menyeramkan dihadapannya.

"Bunuh saja dia! Aku-aku masih punya keluarga!" Ujarnya dengan wajah ketakutan.

"B_brengsek k-kau tua bangka!" Maki wanita muda itu dengan mencoba melepaskan cekalan pria bermanik merah yang menatapnya dengan tajam.

Gadis menawan yang hanya duduk diam menonton akhirnya berdiri lalu melenggang meninggalkan kamar dimana eksekusi akan berlangsung.

Elliot yang semula tertarik ingin melihatpun akhirnya mengikuti Erald dibelakangnya.

"Le-lepaskan saya!" Rengek wanita muda itu ketakutan.

Pria beruban itu mundur beberapa langkah hingga mencapai jendela besar lalu meloncat keluar meninggalkan wanita yang tadi bersamanya.

Sedangkan wanita itu kini merintih dengan suara tercekat karena pria bermanik merah itu sedang menancapkan taring tajam di lehernya serta menghisap darahnya.

"T-to-tolong..." rintihnya untuk terakhir kali karena nyawanya sudah melayang sebelum darahnya habis terkuras.

Pria bermanik merah itu menghempaskan mayat kering kerontang dengan perasaan jijik lalu melesat keluar jendela guna mengejar satu mangsanya yang lain.

"Aaaaaaahhhh!" Pria beruban itu menjerit tertahan karena tiba-tiba saja pria menyeramkan itu menancapkan taring di lehernya hingga jeritannya terputus-putus bahkan lenyap seiring lenyap juga nyawanya.

"Paman..dia begitu menyeramkan..." suara memuja Erald membuat pamannya berdecih.

"Kau saja yang sudah menyukainya sejak awal." Ujar Elliot lalu menghilang.

"Yang penting, aku sangat menyukainya.." suara Erald selembut mungkin mengatakannya saat pandangannya tak pernah lepas memandangi pria bermanik merah yang kini menghempaskan tubuh tak bernyawa lelaki tua itu.

____÷÷÷____

"Sampai kapan kau tidak akan meminum apa yang harusnya kau minum?" Suara penuh kecemasan itu keluar dari bibir Morino karena Cya tak kunjung memakan dan meminum apapun dari pertama ia membawanya kemari.

Cya bungkam, ia tetap diam bahkan tak ingin memandang Morino.

"Minumlah..aku janji akan membawamu berjalan-jalan.." ujar Morino lalu mendekatkan cangkir berisi darah ke wajah Cya.

Sekali lagi Cya menepis apapun yang di sodorkan Morino padanya, ia benar-benar menolak apa yang sebenarnya ia inginkan.

"Kau nakal rupanya..." gumam Morino dengan suara sengaja di keraskan.

Cya memekik saat tangan Morino dengan kasar mencengkram rahangnya, memaksanya meminum darah yang tadi ia sodorkan membuat Cya menelan dengan kesakitan karena rahangnya yang terasa begitu panas.

"Kau suka kekerasan rupanya!" Dengus Morino lalu menghempaskan rahang Cya yang penuh dengan bercak darah.

"Kau brengsek!" Umpat Cya lalu memalingkan wajahnya yang penuh airmata juga kotor oleh darah yang membanjiri bibirnya.

"Aku tidak suka penolakan, maka jika lain kali aku meminta apapun__" Morino menjeda ucapannya lalu mendekatkan wajahnya ke wajah Cya yang kini menatapnya karena Morino memaksanya. "Bahkan jika aku meminta kau menjadi pasanganku__"

"Dalam mimpimu brengsek!" Maki Cya memotong ucapan Morino.

Morino menggertakan gigi menahan emosi karena gadis ini masih keras kepala.

Sulur merah keluar dari tubuh Morino lalu membungkus pergelangan tangan Cya juga kedua kakinya. Di ikatkan ke tiap sisi ranjang membuat Cya terlentang dengan tangan dan kaki terikat.

"Lepaskan aku brengsek! Iblis sialan!" Cya menjerit saat pakaian yang ia kenakan di tarik hingga terkoyak dan dilemparkan sembarang arah oleh Morino.

"Sepertinya aku harus memperkosamu agar kau tahu bagaimana jika keinginanku sudah aku ucapkan!" Ucap Morino tajam.

Seketika saja tubuh Cya membeku mendengar ucapan Morino. Tanpa ia sadari tubuhnya kini terekspos sempurna menampilkan seluruh inci tubuhnya yang belum sedikitpun terjamah siapapun.

Apakah hari ini hidupnya akan hancur karena pria brengsek ini?

"Edward..." lirih Cya dengan memejamkan matanya.

Tbc...
¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶¶

The Vampire DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang