Part 23 (dendam membara)

1.9K 193 12
                                    

Arsel duduk termenung memandangi cahaya bulan yang menerpa kulitnya.

Indah?

Jelas itu sangat indah..

Arsel menghela nafas berat, mengingat manusia yang tadi ayahnya bunuh.

Mata itu, mata coklat itu..

Arsel tidak menyukainya, tapi ada keanehan dengan mata coklatnya, apalagi saat ia tak bisa membaca pikiran gadis manusia itu, menyelamatkan atau mengetahui siapa ia sebenarnya.

Sama seperti ibunya, gadis itupun tak bisa ditembus bakat vampire sepertinya.

Gadis yang matanya menyejukan...

Arsel menggeleng, kenapa batinnya meracau seperti ini mengingat gadis itu.

Sahabat lamanya saja tak pernah kembali, untuk apa ia repot-repot memikirkan orang lain?

Apalagi cintanya saja selalu tak terbalaskan oleh Cya...

"Cya..." Arsel bergumam lirih sebelum akhirnya menghembuskan nafas beratnya. Begitu berat memendam perasaan, begitu berat semua yang ia perbuat untuk memendam isi hatinya.

Arsel kian menunduk ketika perasaannya kian menggebu pada Cya, bahkan berapa kalipun gadis itu menggores hatinya, ia tetap mencintainya sepenuh hatinya.

Tak lama, hidung mancung sang vampire menawan yang aroma tubuhnya sedikit demi sedikit berubah menjadi aroma vampire seutuhnya itu mencium wangi tubuh dari ibunya, namun tak sedikitpun ia menoleh hingga pundaknya di tepuk pelan oleh pemilik aroma tubuh wangi tersebut.

"Kau melamun di atap castle sendirian? Ada yang kau rahasiakan dariku?" Tanya Elina lalu duduk di samping Arsel.

Arsel berdehem pelan lalu menyandarkan kepalanya di bahu Elina. "Mom, aku mencintai seseorang..namun seseorang itu tak mencintaiku..." gumamnya pelan.

Elina sedikit terhentak oleh pengakuan anak semata wayangnya itu. "Kau mencintai siapa?" Tanyanya dengan membelai rambut legam Arsel.

"Seseorang yang sejak aku berumur 7 tahun sudah mencuri hatiku mom.." lirih Arsel tanpa menoleh ke arah sang ibu.

"Kau mencintainya selama itu? apa gadis itu tahu kau mencintainya?" Tanya Elina dengan memiringkan wajahnya guna melihat wajah Arsel.

Arsel mengangkat kepalanya dari bahu Elina, menatap mata ibunya dengan tatapan sendu lalu menggeleng.

Elina yang kini menghela nafas beratnya. Dengan penuh kasih sayang, Elina menepuk nepuk punggung tangan Arsel dengan lembut. "Bicarakan padanya bahwa kau menyukainya..." usulnya.

Arsel sontak saja menggeleng. "Tidak mau!" Tolaknya.

"Kenapa?" Elina mengerutkan keningnya.

Arsel menunduk dengan memainkan jarinya atap castle. "Gadis itu memiliki kekasih hatinya sendiri.." gumamnya pelan.

Elina mengusap bahu Arsel dengan lembut. "Lucy tak menginginkan Cya dengan Edward.." ujarnya pelan.

Arsel membelalakan matanya. "Mom__"

"Mom tahu kau menyukai Cya..." senyum merekah di bibir Elina.

"Bagaimana mom tahu? Apa Dad yang memberitahumu?" Tanya Arsel.

Elina menggeleng. "Aku ibumu, aku wanita yang susah payah mengandung juga membesarkanmu, aku wanita yang melahirkanmu dengan mempertaruhkan nyawaku, jadi untuk hal seperti ini aku tak tahu? Jelas itu salah, karena aku bisa merasakan perasaanmu sekarang..."

Arsel menunduk kian dalam. Ia tahu merahasiakan apapun pada ibunya sama susahnya seperti merahasiakan sesuatu pada bibinya Evelyn..

"Lucy tak akan menyetujui hubungannya dengan Pangeran iblis yang akan menjabat sebagai Raja, Lucy punya kenangan buruk tentang iblis..jadi..." Elina tak melanjutkan ucapannya, ia menangkup lengan Arsel lalu mengelusnya lembut. "Kau hanya perlu berbicara jujur pada gadis yang memang kau cintai.." ujarnya pelan.

Arsel membeku, ia memang tak pernah mengatakan semua perasaannya pada Cya karena ia sendiri takut jika Cya menolaknya mentah-mentah bahkan menjauhinya karena itu.

"Aku takut ia akan menjauhiku Mom.." gumamnya pelan.

"Apapun resikonya, pria sejati tak akan mudah menyerah!" Elina berdiri lalu menepuk bahu Arsel. "Katakan sejujurnya maka kau akan mendapatkan jawaban yang entah menyakitkan atau membahagiakanmu.." ucapnya terakhir kali lalu berjalan menjauhi Arsel yang kini kembali memandang langit dengan bulan yang bersinar terang.

Sedangkan di kejauhan sana, terlihat Edward yang tak sengaja mendengarkan obrolan Arsel dan ibunya itu.

Sejenak ia berfikir, apakah ia harus melepaskan Cya? Padahal ia amat sangat mencintainya, walau ia tak tahu kenapa hatinya belum terpautkan pada Cya, padahal mereka saling mencintai..

Bukankah pasangan sejati akan saling menautkan hatinya?

Lalu kenapa mereka belum saling menautkan hati mereka?

↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭↭

"Valerie, apa kau tahu tugasmu sekarang?" Morino duduk dengan kaki disilang dan segelas anggur di tangannya.

Gadis yang kini kulitnya semakin memucat itu mengangguk meski sebenarnya keberatan mengikuti perintahnya.

Seolah tahu jika gadis yang terikat dengannya itu keberatan, Morino melesat ke arahnya lalu membawanya ke dalam pelukannya. "Kau mengerti Valerie Doullas?" Morino menekankan ucapannya.

Valerie mendesah kasar karena risih berada dalam pelukan Morino. "Bisakah aku hanya balas dendam dengan vampire itu? Bukan mencoba menggoda pangeran iblis dan menghancurkan kerajaannya?" Tanyanya mencoba menegosiasi.

"Vampire itu bukan urusanku!" Sentak Morino membuat Vale menegang seketika. "Kau terikat dengan darah denganku!" Ucapnya tajam. "Apapun yang aku suruh padamu, harus kau lakukan! Jika tidak!" Morino mendekatkan bibirnya di telinga Valerie. "Kau akan mati dan menemani kedua orangtuaku di neraka selamanya!" Ucapnya dingin.

Valerie menelan pahit salivanya, gadis yang selama hidupnya mendekatkan diri dengan Tuhan kini malah bersekutu dengan iblis, semua ini gara-gara vampire itu! Vampire yang membunuhnya padahal ia tak memiliki salah apapun pada mereka!.

"Vale!" Morino menghempaskan Valerie ke ranjang hingga gadis itu terlentang di ranjang besar milik Morino.

Morino mendekat dengan kemeja yang ia buka hingga dada toplesnya terbuka membuat Valerie memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Malam ini, temani malamku!" Morino melepas kemejanya dan menarik sabuk di celananya.

Valerie memalingkan wajah dan memundurkan tubuhnya hingga terbentur kepala ranjang. "Kau tidur disini, aku akan tidur di luar.." Gadis itu hendak turun namun kakinya di cekal Morino membuatnya tak bisa berkutik.

"Temani aku malam ini, karena terikat darah denganku maka kau harus memuaskan gairahku selama sisa hidupmu!"

Valerie bergidik ngeri saat tangan Morino membelai paha mulusnya.

Dan ia tahu mengapa seluruh pakaian yang Morino siapkan semuanya gaun dengan potongan paha sedikit pendek.

Karena dengan mudah iblis itu menyingkap gaunnya, menciumi lekukan pahanya membuat Valerie bergetar karena rasa yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Aku mendekatkan diri dengan Tuhan dengan menjauhi hal seperti ini, lalu karena perbuatan vampire brengsek itu aku harus menerima ikatan darah dengan iblis dan harus siap hidup di neraka selamanya!" Batinnya menangis saat Morino melesatkan kebanggaannya kedalam tubuh bawahnya.

Sedikit meringis, gadis itu hanya menggigit bibirnya dengan lelehan airmata yang mengalir dari ekor matanya.

"Aku akan membalaskan dendam atas semua yang telah kau lakukan hingga aku menjadi sangat hina seperti ini!"

"Tak peduli aku akan hidup mengenaskan di neraka, demi kedua orangtuaku yang vampire itu bunuh, demi hidupku yang bergantung pada seorang iblis dan demi kehidupan bahagiaku yang di renggut oleh vampire brengsek itu!"

To be Continue....

▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓▓

The Vampire DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang