Part 17 (Pilihan Arsel..)

2.1K 241 39
                                    

"Ayah, apa dia akan baik-baik saja?"

Erald terus mengulang pertanyaannya dengan terus duduk di depan meja kerja ayahnya, Xalgairo yang tengah memeriksa beberapa gulungan penting akhirnya menaruh kembali gulungan itu lalu menatap putri satu-satunya didalam keluarganya itu.

"Dia akan baik-baik saja, Erald..cukup kau ganggu ayahandamu ini." Ujar Xalgairo lalu kembali menekuni pekerjaannya yang sempat tertunda.

"Tapi ayah.."

Ucapan Erald terhenti saat pintu besar di ruang kerja ayahnya ini terbuka menampilkan sosok tubuh iblis jantan dengan tanduk di dahinya.

"Yang Mulia Raja.." iblis itu menunduk hormat.

"Ada apa Jill?" Tanya Xalgairo walau tatapannya tak lepas dari gulungan yang tengah ia baca.

"Belati itu memiliki racun mematikan, dan.." iblis itu tak melanjutkan ucapannya hingga Xalgairo terpaksa meliriknya.

"Katakan Jill.." perintahnya tegas.

Jill langsung menunduk dalam. "Dia tak bisa kami selamatkan, Your Majesty.."

Erald duduk lemas dengan airmata mulai menggenang di pelupuk matanya, sedangkan Xalgairo kembali menaruh gulungan yang memang sudah selesai ia baca kemudian menatap Jill. "Baiklah.." ucapnya datar.

Jill menurunkan satu alisnya karena heran dengan jawaban yang di lontarkan rajanya itu.

"Kenapa kau masih disini?" Xalgairo menatap tajam iblis dihadapannya menbuat iblis itu seketika jatuh berlutut dengan wajah menunduk.

"Maaf atas kelancangan saya, Your Majesty bisa menyelamatkannya dengan darah anda. Tapi__"

"Dia tak penting bagiku!" Xalgairo menatap sinis pada iblis yang tengah bersujud di kakinya itu.

Sedangkan Erald menggeleng tak percaya akan apa yang dikatakan ayahnya itu.

"Ayah, dia-dia.."

"Kau begitu menyukainya bukan?" Xalgairo menatap Erald dengan tajam membuat Erald menunduk untuk menutupi wajahnya yang sudah memerah.

"Tak ada rasa suka, rasa cinta maupun rasa sayang di kerajaanku untuk yang lain selain anggota keluargamu sendiri!" Dengus Xalgairo lalu lenyap dari pandangan Erald.

Erald hanya bisa menunduk dengan airmata mengalir di pipi mulusnya, tapi kemudian ia menghapus dengan punggung tangannya dan balik menatap Jill yang masih bersujud.

"Dimana dia?" Tanya Erald datar. "Dimana tubuhnya!" Lanjutnya.

Jill mendongak walau masih menjunjung tinggi rasa hormatnya. "Seperti yang telah anda ketahui, Nona..tubuhnya akan berubah menjadi abu.." ujar Jill yang masih belum beranjak dari sujudnya.

"Berdirilah Jill, bawa aku ke abunya.." pinta Erald lemah.

Jill mengangguk kemudian berdiri, mengulurkan tangan ke depan mengisyaratkan agar Erald berjalan lebih dahulu.

Erald hanya diam saat kakinya terus melangkah, meski batinnya berkecamuk penuh rasa sesal juga menyayangkan jika dia mati secepat itu padahal mereka baru saja bertemu. Namun ia sendiri tahu, itulah resikonya jika berhadapan dengan iblis yang menyimpan banyak dendam hingga apapun akan ditempuhnya meski dengan jalan licik sekalipun.

Kakinya yang terasa berat terus melangkah menyusuri lorong ke menara atas istananya, setelah sampai di depan sebuah pintu kayu usang yang masih terlihat kokoh itu, Jill berjalan lebih dahulu guna membuka pintu kayu itu untuk Nona muda mereka.

Erald memekik saat melihat kepulan abu yang berserakan di lantai, pakaian yang dikenakan pemilik abu itu tergelatak dengn taburan-taburan abu di atasnya.

The Vampire DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang