Part 26 (kenyataan tak seindah mimpi)

1.5K 113 27
                                    

"Arsel.." Cya menyentuh bahu Arsel yang tengah membelakanginya.

Arsel berbalik, menatap ke arah mata legam Cya.

Cya sendiri menatapnya dengan tatapan penuh kerinduan. Beruntung luka di tubuhnya telah sembuh bahkan tak berbekas, jika itu berbekas tentu saja itu mengurangi kecantikan tubuhnya. "Kenapa?" tanyanya lembut. Ia menyentuh dada bidang Arsel dan Arsel sendiri memegang tangan Cya yang tengah menyapu dadanya.

"Kenapa apanya Cya?" tanyanya tak mengerti.

"Kenapa aku begitu menyukaimu.." ucap Cya lalu menatap Arsel dengan tatapan sendu.

Arsel sendiri hanya tersenyum, tangan satunya ia naikkan untuk menyentuh anak rambut Cya, membelai rambut legamnya lalu akhirnya mereka saling berpelukan.

"Akupun begitu menyukaimu, Cya." jawab Arsel dengan dada bergemuruh. Akhirnya!

"Aku sangat sangat mencintaimu.." Cya menatap mata Arsel lembut.

Arsel tersenyum. "Aku juga mencintaimu, Cya. Tak ada siapapun yang menempati hatiku selain dirimu. Dari dulu, dari pertama kita bertemu.." ujar Arsel.

"Pertama bertemu? Sejak kapan?" tanya Cya ingin tahu.

"Apa kau lupa? Aku adalah anak laki-laki yang dulu berteman denganmu saat umur kita masih 7 tahun."

Cya mengerutkan keningnya. Lalu ia berbinar. "Benarkah ini kau?" tanyanya antusias.

Arsel mengangguk.

"Oh Arsel!" Cya memeluknya lagi, kini lebih erat.

Dan mereka akhirnya berciuman,

Namun saat bibir Arsel hendak menyentuh bibir Cya, suara panggilan pelan mengganggunya, suara seseorang memanggil.

Ia menggeram, mengabaikan suara itu.

Tapi suara itu lagi-lagi terdengar bahkan lebih keras dari sebelumnya, memanggil namanya.

Arsel yang jengah mendengus. Namun kini di sekitarnya bukan lagi taman bunga, dan di hadapannya bukan lagi Cya, ia melotot, matanya berkeliling mencari dimana Cya berada. Namun semuanya seketika menggelap, dengan kebingungan, Arsel menyapu pandangannya.

"Arsel!"

Lagi lagi suara seseorang memanggil namanya.

Suara ibunya kah?

"Arsel!"

Arsel membuka matanya, ia mengerjap beberapa kali, lalu mendengus sebal saat di lihatnya keluarganya tengah mengelilinginya.

Mereka berada di kastil, di kamar Arsel.

Ia mendengus.

Hanya mimpi!

"Kau baik-baik saja? Kau terlelap saat tadi menyembuhkan Cya, juga Lucy..terimakasih Arsel, kau memang vampire menyembuh yang handal, seperti Evelyn."

Arsel menatap sang ibu yang tengah memujinya.

Ia baru ingat, selepas ia menyembuhkan Cya, matanya tiba-tiba saja menggelap, lalu ia tak sadarkan diri.

Apakah ini di rasakan Evelyn setiap kali menggunakan bakatnya?

"Kau harus lebih bisa menguasai bakatmu, Arsel." sela Albert.

Arsel sendiri melirik ayahnya yang tengah menyandarkan punggungnya di dinding.

"Maksudmu?" tanyanya penasaran.

"Jika kau menggunakan bakatmu tanpa bisa menghalaunya, maka kau akan seperti Evelyn yang setiap menggunakan bakatnya akan langsung tertidur." ujar Albert.

The Vampire DemonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang