07

553 77 37
                                    

Daniel menatap wajah manis yang sedikit pucat itu dengan ekspresi khawatir. Kedua tangannya menggenggam tangan kanan Jaehwan.

Saat pintu terbuka tadi, Jaehwan langsung terjatuh. Daniel panik sekali dan segera membawanya ke kamar.

Daniel tidak tau apa yang harus ia lakukan untuk orang yang sedang demam. Ia terpaksa hanya membaringkan Jaehwan dan menunggu sampai sahabatnya itu sadar kembali.

Ia tidak mau menghubungi Jisung dan Minhyun karena itu akan mengganggu kedua namja itu.

Daniel bangkit dan berjalan menuju dapur. Ia memeriksa kulkas dan mendapati beberapa buah apel.

Namja bermarga Kang itu segera mengupas dan memotongnya kecil-kecil. Ia juga memanaskan kembali bubur buatan Jisung, membawa secangkir teh manis lalu membawanya ke kamar.

Daniel kembali duduk di sisi ranjang. Tangannya terulur, mengusap wajah Jaehwan yang berkeringat dingin. Bibirnya masih pucat.

Pemandangan dihadapannya membuat Daniel cemas.

"Kumohon, cepat sadar Jae" gumamnya pelan dengan nada memelas.

Karena bosan, ia memainkan game diponsel. Hingga sebuah pergerakan tertangkap di matanya dan Daniel langsung memfokuskan pandangannya ke arah Jaehwan.

"Uh~" Jaehwan mengernyit saat merasakan kepalanya berputar.

"Jae? Kau sudah sadar? Masih pusing?"

Jaehwan menoleh pada Daniel.

"Niel-ie" gumamnya lemah. Daniel membantu Jaehwan duduk sambil menumpuk bantal di punggung Jaehwan.

"Kenapa tidak memberitahuku?" tanya Daniel lalu merapikan poni Jaehwan yang acak-acakan. 

Jaehwan tidak menjawab. Ia masih pusing, tidak berniat untuk menjawab pertanyaan Daniel.

"Baiklah, makan saja dulu" ujar Daniel. Jaehwan menggeleng.

"Hambar sekali, Niel.. Aku tidak suka"

"Lalu kau mau apa?"

"Es krim? BIG NO!" tegas Daniel tanpa sempat Jaehwan menjawab.

Tapi memang itu yang akan Jaehwan ucapkan. Bibirnya melengkung dan mata menatap Daniel memelas.

"Niel-ie, aku butuh yang manis-manis untuk lidahku yang mati rasa iniii~~" rengeknya. Tangannya menarik-narik baju seragam Daniel dengan lemah.

"Andwae, Jae. Kau demam! Pikirkan kesehatanmu bodoh!" Daniel mengetuk dahi Jaehwan sedikit keras agar anak itu sadar akan kondisinya.

"Ak! Sakit, Niel-ie~"

"Suruh siapa nakal begini?" sahut Daniel acuh, tapi tangannya bergerak mengelus dahi yang ia ketuk tadi.

"Aku hanya ingin makan es krim, apa itu termasuk nakal?" bela Jaehwan.

"Iya kalau kau sedang demam" Daniel mengulurkan sendok berisi bubur ke depan wajah Jaehwan.

"Tidak mau!" tolak Jaehwan.

"Harus Jae!" Daniel melotot seraya berucap tegas. Jaehwan menutup mulut dengan kedua tangan dan menggeleng sok dramatis.

Daniel menghembuskan nafas. Jaehwan dan demam adalah kombinasi terburuk. Anak itu akan berubah manja dan keras kepala. Walaupun aslinya memang sudah keras kepala.

"Jae, makan bubur ini atau kucium?" ancam Daniel akhirnya.

Wajah Jaehwan merah padam mendengar ancaman Daniel. Ia tau itu hanya sekedar ancaman, tapi entah kenapa jantung dan wajahnya bereaksi diluar dugaan.

Our MomentsWhere stories live. Discover now