05

685 73 29
                                    

Daniel menguap bosan sambil menatap kesekeliling ruangan. Sepi sekali. Hanya ada dia di ruangan itu.

"Aku bocan cekali" gumamnya. Ia memutuskan untuk turun dari sofa dan mulai mengitari ruangan di rumah itu.

"Eoh? Eomma mau kemana?" tanya Daniel saat melihat sang eomma telah berdandan rapi.

"Ah sayang.. Mama akan pergi kerja dulu"

"Aku tinggal cendili?" tanya Daniel dengan wajah cemberut.

"Bagaimana kalau Niel-ie main bersama Jaewhan-ie?"

Mata Daniel membola, tampak semangat.

"Apa Jaeni mau belmain dengan Niel-ie?" tanyanya.

"Tentu saja sayang.."

"Aku main dengan Jaeni dulu~" ucap Daniel sambil berlari meninggalkan sang ibu.

Padahal sebelumnya ia bersikap seolah tidak ingin ditinggal ibunya.

Ny. Kang tersenyum gemas melihat sikap antusias anaknya jika sudah menyangkut bocah berpipi gembil itu. Mereka benar-benar tidak bisa dipisahkan.

"Jaeniiii!!!!!"

Itu teriakan semangat Daniel saat membuka pagar rumah keluarga Kim. Tak lama kemudian, Bibi Kim muncul di depan pintu.

"Ada apa Niel-ie? Kau semangat sekali?" tanya Bibi Kim.

"Niel-ie ingin main dengan Jaehwan-ie" jawab Daniel. Bibi Kim menyuruhnya masuk.

Bocah itu berlari menaiki tangga menuju kamar Jaehwan.

Ia melihat sang sahabat membelakanginya, tengah mengerjakan sesuatu di meja belajarnya.

"Jaeni!!!"

"Aduh, Niel-ie. Jangan mengagetkan aku! Nanti kalau aku terlkena celangan jantung, bagaimana?" gerutu Jaehwan.

"Celangan jantung itu apa?" tanya Daniel sambil menaiki kursi samping Jaehwan dengan susah payah.

"Celangan jantung itu.. Kau tidak akan tau. Lacanya cakit dan kita jadi cepelti ini" jelas Jaehwan lalu meniru gerakan orang sedang sesak nafas.

Memegang dada dengan nafas dibuat terdengar susah payah. Matanya ikut bekerja, melotot ke arah Daniel.

Bocah itu malah tertawa keras melihat ekspresi Jaehwan.

"Jaeni cepelti olang tel-cen..tulum!" serunya, terbata. Namun wajahnya tampak bahagia.

"Bukan telcentulum, tapi cakit jantung!"

"Tapi lebih milip olang telcentulum" Daniel tidak mau kalah.

"Niel-ie, telcentulum itu cepelti ini" dan Jaehwan mulai memperagakan orang tersentrum yang benar menurutnya.

Tangan ke depan yang bergetar abstrak dan mata menatap ke atas.

"Hiiy.. Itu jombie!" seru Daniel, takut.

"Dimana jombie??" Jaehwan ikut-ikutan ketakutan. Matanya menatap sekeliling.

"Jaeni cepelti jombie" cicit Daniel.

Jaehwan terdiam dengan mata berkaca-kaca. Hatinya sedih sekali karena dikatakan seperti zombie oleh sahabat kesayangannya.

"Uh.. Niel-ie..jahat.. Hiks... Hu.. Huwaaaaaaaaa!!!!!"

"Eh?" Daniel hanya bisa menatap bingung sahabatnya yang tiba-tiba menangis.

"Jaeni kenapa menangis??" tanyanya panik. Ia segera memeluk sahabatnya itu erat.

Our MomentsWhere stories live. Discover now