Chapter 11: Gibran "Seandainya lo tau.."

642 29 6
                                    

Gibran menarik tangan Syfa. Menggenggamnya erat-erat,seolah-olah ia mentransfer energinya kepada Syfa. Syfa membendung air matanya, wajahnya sangat melukiskan bahwa ia benar-benar sakit kala itu.

" Duduk " tawar Gibran kepada Syfa dan Syfa hanya menurutinya.

" Sekarang lo boleh nangis. Jangan ditahan,lo emang udah jelek,jadi tambah jelek kalo gitu "

" Syfa ga mau nangis,beneran deh Syfa ga kenapa-napa "ucapnya dengan meyakinkan.

" Ga usah pura-pura tegar "

" Ngga "

" Apa yang biasa lo lakuin kalo lagi sakit hati dan sedih? "

" mmm.. Ga ngapa-ngapain. Mungkin cuma diem-diem nangis. Kalo di drama korea, kalo pemeran utamanya lagi sedih atau sakit hati gitu biasanya mereka minum wine ya.. Yang pasti minum minuman yang buat mereka mabuk "

" Dan ga mungkin kan lo ikut-ikutan begitu "

" ya.. Walaupun terkadang Cipa kepingin banget ya.."

" GA BOLEH!!! Lo ga boleh ikut-ikutan begitu, Dasar Bego lo ya tong mau aja ikut budaya mereka "

" Cipa belum selesai ngomong mas "

" arghhh.. Terserahlah. Pokoknya lo sekarang udah ga kenapa-napa kan?"tanya Gibran yang dijawab anggukkan oleh Syfa

" Yakin? "

" ya "

" gue ga yakin lo bisa sekuat itu? Lo udah di caci maki didepan gue. Lo ga malu? "

" Mmm.. Sedikit "

" gue ga abis pikir.... "

" Mas Gibran, ayo kita makan. Syfa butuh energi sekarang " ucap Syfa mengalihkan pembicaraan.

" Iya Hani juga butuh energi,terkuras karena teriak-teriak tadi haha "

" ya udah ayo kita cari makan "

Mereka beranjak pergi untuk mencari tempat makan. Syfa berjalan ling-lung, ia tidak dapat berpikir dengan jernih sekarang. Perkataan Venni benar-benar membuatnya sakit.

***

" mau makan apa? " tanya Gibran,setelah mereka tiba di salah satu restoran yang ada di Dufan.

" steak barbeque sauce "

" Hani juga "

" Mas, mas " Gibran memanggil salah satu pelayan restoran yang kebetulan lewat di dekat meja kami.

" mas, steak barbeque sauce 3 dan minumannya ice lemon tea 3 ya"

" hanya itu? "

" iya "

" Baiklah, sebentar lagi pesanannya diantarkan " ucap pelayan restoran itu dengan ramah dan meninggalkan meja kami.

Gibran dan Hani asik bercengkrama, membuat Syfa semakin terdiam menunduk dengan tatapan kosong.

Saat ini Syfa ingin sekali berteriak dan menangis dalam kesunyian. Tapi,keadaan sekarang berbanding terbalik dengan yang Syfa harapkan. Tak butuh waktu lama makanan yang kami pesan akhirnya segera disajikan pelayan restoran itu.

" Makasih ya " ucap Gibran sembari tersenyum tipis.

Syfa tetap menunduk. Tak menghiraukan sekitarnya.

" Cipa ga mau makan? Kata Cipa tadi, Cipa laper? "tanya Hani dengan suara gemasnya. Namun tak ada jawaban dari Syfa.

" Cip? Cipa? "panggil Gibran. Tetap tak ada jawaban dari Syfa.

Diary untuk calon imamkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang