Part 32

286 16 0
                                    

Selamat menikmati cerita datar bin gaje ini.






______________________________________

Palembang,

Noval mendudukkan tubuh lelahnya di atas sofa empuk di rumah kelahirannya. Rumah minimalis dengan bahan utama kayu yang di pernis mengkilap. Dengan halaman yang cukup luas ditumbuhi berbagai tanaman hias. Di sepanjang jalan setapak dari pintu masuk ke pintu utama di payungi anggur hijau yang menjalar.

Beruntung sang Ayah belum menjual rumah ini atau mungkin tidak akan pernah dijual. Rumah yang penuh dengan aksen khas rumah adat Palembang ini memiliki banyak kenangan. Saksi tempat Noval menghirup udara pertamanya di dunia.

Noval segera membersihkan diri. Cukup lama terbang di atas udara membuatnya ingin segera membenamkan diri diantara guyuran air.

Selesai mandi Noval menarik laptop-nya dari dalam sangkarnya dan mendial panggilan cepatnya.

Memeriksa e-mail yang dikirimkan detektif swasta yang sengaja di sewanya untuk menyelidiki kasus surat kaleng serta menunggu seseorang menjawab panggilannya dari seberang lautan sana.

Hingga dering ketiga barulah panggilan itu jawab.

"Assalamualaikum Bby."

"Waalaikumussalam Bang, udah sampe ?"

"Udah sekitar setengah jam lah. Daon lagi apa ?"

"Lagi main sama bang Al, Abang makan dulu gih. Jangan langsung ngurusin kerjaan."

"Kok tau bby ?"

"Taulah, bunyi ketikkan Abang itu jelas banget tau."

"Iya iyaa bentar lagi makan."

"Awas-

Tokk tokk tokk

"Bentar bentar Bby, aku buka pintu dulu." potong Noval.

Noval menyimpan laptop di atas tempat tidurnya. Dengan tangan yang masih menggenggam HP di dekat telinga Noval beranjak menuju pintu. Di sana berdiri pria paruh baya dengan rambut kebanyakkan putih menampilkan senyum hormatnya ketika wajah Noval terlihat sesaat setelah pintu terbuka.

"Pailah kite makan kudai, kereh cengki sudem bejalan jaoh naek pesawat. Bibik ngulai pindang nila tempoyak." ajak Mang Arpa - yang mengurus rumah keluarga Anggara di Palembang - dengan bahasa khas daerah Lahat salah satu kabupaten di Palembang.

"Pailahh Mang amen mak itu. Lah lame dek makan tempoyak aku ni. Kele aku nyusol." balas Noval tak kalah dengan mengikuti bahasa serupa dengan Mang Arpa.

Noval menutup pintu kamarnya setelah bayangan Mang Arpa hilang di balik dinding ruang makan.

"Halo, masih ke sambung kan bby ?" Tanya Noval membuyarkan lamunan Dinda yang masih mencerna percakapan suaminya dengan seseorang yang tidak ia ketahui.

"Ehh iya iya Bang masih."

"Kek kaget gitu, kenapa hm ?"

"Gak, itu tdi Abang bicara sama siapa ? Trus tadi ngomong apa sih?"

"Itu Mang Arpa yang jaga rumah kita di sini. Tadi beliau ngajak makan katanya ada pindang nila tempoyak. Trus Abang iyain dah ajakkannya karna udah lama juga gak makan tempoyak."

Dinda menggerakkan kepalanya ke atas dan bawah. Sadar Noval tidak akan melihatnya ia malah salah tingkah menyadari kebodohannya.

"Ah kirain sama siapa. Tempoyak apaan bang ?"

"Kamu gak tau tempoyak ?" tanya Noval heran.

"Eheheh iyaa gak tau bang." Dinda nyengir malu.

"Tempoyak tuh olahan dari daging buah durian yang difermentasikan selama beberapa minggu. Buatnya juga gak sembarang ada tekniknya."

"Jadi dari durian bang ?" mendengar kata durian disebutkan Noval membuat Dinda bergidik ngeri. Pasalnya Dinda keturunan Jawa asli yang enggan sekali berdekatan dengan buah berduri itu. Kepalanya bisa langsung pusing dan muntah-muntah cuma karna mencium baunya. *Tidak semua orang Jawa begini, hanya orang-orang tertentu*

"Iya, dari durian bby. Udah dulu ya Abang mau makan dulu gak enak sama Mamang. Kamu makan juga sama Daon. Salam sayang buat Daon. Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam"

Sambungan telepon terputus. Menyisakan Dinda yang masih merinding membayangkan Noval memakan durian yang di campur dengan ikan.

Noval duduk lesehan di gazebo yang disulap Bik Evi menjadi tempat makan. Membasuh tangan kanannya di air kran yang mengalir. Lalu menduduki kaki kiri dengan cara melipatnya dan menekuk lutut kaki kanan hingga posisi lutut sejajar dengan dada ( Duduk Sunnah ).

Noval menyantap nikmat hidangan makan siangnya yang tertunda. Tanpa tau di seberang lautan sana terjadi keributan yang tak terduga.

-----------------------

Di waktu bersamaan namun di tempat yang berbeda dengan Noval sedang terjadi kericuhan.

Berselang 5 menit dari berakhirnya panggilan dengan Noval. Dinda yang masih duduk santai di tepi ranjang harus terlonjak kaget mendengar teriakkan Albert disusul teriakkan lainnya yang memanggil-manggil Daon.

"Din, Daon ke kamar kamu gak ?" teriak Albert dari depan pintu kamar. Dinda tergesa membuka pintu yang melihatkan raut panik Albert dengan gerak gelisahnya.

"Gak Bang, Daon gak ke sini. Emang tadi dia pamit ke mana ?" Dinda berusaha tenang ditengah suasana panik yang menjalar di setiap insan bernyawa di rumah ini.

"Ya udah sekarang kamu tenang aja, biar Abang sama yang lain keliling nyari Daon." Albert berlalu dari hadapan Dinda dengan nafas memburu.

Dinda tak tinggal diam. Ia ikut keliling rumah mencari keberadaan Daon namun hasilnya tetap nihil.

------------------------

Noval merogoh saku celana depannya. Mengambil HP yang sudah ia anggurkan selama beberapa jam. Banyak notif panggilan tak terjawab dari Dinda dan juga Albert.

Dengan sigap Noval menekan tombol gagang telepon di barisan nomor Dinda.

"Assalamualaikum" pada nada sambung ketiga barulah panggilan tersambung.

" wa'alaikumussalam... hiks bang " Suara Dinda bergetar menahan isakkan yang serta merta menerobos keluar.

"Hey kenapa hm ? Kenapa kamu nangis ? cerita Bby jangan buat aku khawatir."

"Bang... Hiks bang maaf -

Noval menegakkan punggungnya siap mendengar berita yang akan terucap dari bibir sang Istri.

-Daon hilang hiks... bang banggg halo bangg." Noval dapat seolah mendengar dentuman petir saat kata hilang diucapkan. Kakinya lemas dan Handphone-nya meluncur sempurna di lantai. Nyawa-nya seakan tercabut dan ia lupa cara bernafas.

Teriakkan teriakkan Daon memenuhi gendang telinganya bersautan dengan suara Dinda yang mengucapkan kata hilang. Pandangannya gelap hingga ia melupakan sejenak masalah yang menghantam jiwanya.

-------------------------

Tbc

22/08/18

Duh makin absurd ae ini cerita. Udah lama gak publish. Ada niatan mau unpublish ini cerita.

WHAT'S WRONG WITH PAK NOVAL (?) (SELESAI - Belum Revisi)Where stories live. Discover now