Part 30

317 18 0
                                    

KYAAA!!! SAYA BACK DENGAN CERITA GAJE GAJE KLUB. MAAFKAN SEMUA KHILAF, TYPO, DAN ABSURD DALAM PART SEBELUM INI DAN KALI INI.

GOMAWO WES NYEMPETIN BACO CERITO SAYA. 😆😆😆

---------------------------###-------



















"Bang Noval !!"teriakkan kedua Dinda sudah menurun setengah oktaf sedangkan Noval yang masih berdiri setia dekat pintu menampakkan cengirannya serta jari tengah dan telunjuk yang membentuk huruf v tanda damai.

"Ehehehe sorry bby, ini bisa buat aku tidur nyenyak."

"Tapi gak gini juga ish, mana stiker sama miniatur kesayangan aku ?" Dinda memasang tampang cemberutnya.

"Udah abang beresin jadi Dinda tenang aja gak bakal cape-cape lagi kok buat beresinnya." ucap Noval dengan nada bangga padahal saat ini hatinya was was takut Dinda murka. Walau ia belum pernah melihat Dinda murka tapi sama saja pikirnya.

Setiap orang murka pasti menyeramkan kan ? Sangat menyeramkan apalagi seorang wanita.

Sisa hari libur Noval dihabiskan dengan pukulan boneka Doraemon yang dilakukan istrinya.

Berdoa saja semoga Daon tidak melihat adegan berbahaya ini. Jika Daon melihatnya, bisa dipastikan Dinda habis ditangan Daon karena menyiksa Ayahnya.

------------------######

'Eughhhh'

Seorang pria muda melenguh panjang di kursi yang telah di dudukinya selama 4 jam ini. Mengusap kasar wajahnya yang mulai menampakkan kelelahan.

Pria itu berdiri, memutar tubuhnya 180 derajat dan langsung disuguhi pemandangan kota pada sore hari. Macet di sepanjang jalan menjadi hiburan tersendiri baginya.

"Maaf tuan, hari ini kami tidak melihat keberadaannya. Sepertinya dia tidak datang hari ini." seorang pria masuk ke dalam ruangan. Membungkukkan badannya 45 derajat.

Umur lebih tua tidak menjamin untuk bisa melihat orang membungkuk di depan kita tapi pangkat / Kekuasaan / dan posisilah yang menjamin itu di dunia ini.

"Keluar!" Ucap pria yang dipanggil tuan tadi. Nadanya tidak bersahabat lebih terkesan mendesis kesal.

Orang itu keluar ruangan menyisakan pria yang masih asik mengamati jalanan macett di bawah.

"Kau ingin mengabaikanku. Tidak akan aku biarkan." Kini pria itu menyeringai menyeramkan.

--------------

"Maafin dong, kan ini semua biar abang bisa tidur dengan nyenyak, tentram, dan damai. Ya ya ya maafin yaa." Noval sedang membujuk Dinda untuk mau memaafkannya. Pasalnya sudah satu setengah hari penuh Dinda puasa bicara sama Noval. Terhitung dari kemarin saat Noval menyelesaikan pekerjaan mengecat kamarnya sampai sekarang mereka yang mau tidur lagi karena hari sudah malam.

Daon melihat tingkah kedua orang tuanya hanya menggelengkan kepala. Jika ada sesuatu yang menyangkut Noval maka Dinda dengan senang hati menyuruh Daon menyampaikannya dengan Noval.

"Dosa loh diemin suami sendiri." Sindir Noval dengan tampang tanpa dosanya.

"Dosa loh buat istri sendiri ngambek."

"Cieee yang udah gak puasa ngomong lagi. Ehemm ehemmm takut dosa ya bby." goda Noval yang kini tengah menjawil hidung kelewat minimalis Dinda.

"Tau ah ngeselin banget jadi orang. Untung ganteng kalo gak udah tak jadiin ubab dari dulu."

Dinda melengos membuang muka, merebahkan badannya ke kasur menghadap ke samping. Membelakangi Noval.

"Yee untung piyik coba kalo gak udah tak jadiin pembersih noda." balas Noval tak mau kalah.

"Yee untung gede coba kalo gak udah tak giles dalem mesin cuci." Dinda berbalik menghadap Noval memberikan tatapan sengitnya.

"Yee untung cinta coba kalo gak udah tak tendang dari sini."

Dinda diam tidak membalas. Bahkan kini seluruh permukaan wajahnya memerah sempurna. Dinginnya AC tidak cukup untuk meredam hawa panas yang tiba-tiba dirasakan Dinda.

Cinta ? Dinda tidak salah dengarkan ? Padahal kata cinta yang diucapkan oleh Noval terkesan bercanda dan tidak ada kesan romantisnya tapi dapat membuat Dinda salah tingkah.

"Kok gak bales lagi Din ? Ciee kalah ehemm ehemm." Noval menaik turunkan alisnya menggoda Dinda yang masih bersemu.

"Apaan sih dasar abstrak."

Dinda langsung menaikkan selimutnya hingga menutupi kepala. Dia belum tidur tapi pura-pura tidur agar Noval berhenti menggodanya. Melihat lawan bicaranya sudah tenggelam dalam selimut Noval memutuskan untuk mengistirahatkan matanya. Terlelap.

Dinda menurunkan selimutnya. Bergerak perlahan menghadap Noval agar sang suami tidak terjaga. Mengelus surai lembut Noval dengan penuh kasih. Hatinya sudah ia berikan sepenuhnya pada seorang pria yang dingin dihadapan orang luar tapi seperti anak belasan tahun saat bersama keluarganya.

"Tidur yang nyenyak Bang, nice dream." Dinda menyandarkan kepalanya di dada Noval tidak lupa tangannya yang melingkar penuh di pinggang Noval.
---------------#######

Tbc

30/06/18

WHAT'S WRONG WITH PAK NOVAL (?) (SELESAI - Belum Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang