Part 16

392 28 10
                                    

Minggu pagi ini semua keluarga besar Anggara dan Gunawan tengah sibuk mondar mandir di hotel yang khusus dibooking Noval untuk menampung semua tamu dan Ballroomnya yang digunakan untuk acara Akad nikah. Pantai Raja Ampat menjadi pilihan untuk menggelar acara resepsi, pantai yang indah serta warna gradasi ait laut yang memukau mata.

Dinda berdiri dibalkon kamar yang ia tempati. Menatap jauh sejauh pikirannya saat ini. Masa sendirinya yang akan terenggut terhitung satu jam dari sekarang.

"Permisi mbak." Dinda menolehkan kepalanya ke samping. Menatap wanita paruh baya yang akan mendandaninya siang ini. Dinda tidak suka bermake up tapi terkhusus hari ini ia harus bisa menahan bahan-bahan aneh yang akan menempel di wajahnya.

"Iya, ada apa buk ?"

"Sudah waktunya untuk mbak dimake up, habis itu baru ganti bajunya dengan gaun."

"Baiklah."

Dinda meminta make up yang tipis tidak terlalu tebal dan berlebihan. Sedikit polesan sedikit lagi dan semua selesai. Dinda juga sudah berganti pakaian dengan gaun yang dipesan khusus oleh Noval.

Sementara itu, Noval tengah duduk di depan cermin yang memantulkan sebagian tubuhnya. Tangan Noval basah karena keringat dan tiba-tiba saja jantungnya berdegup cukup cepat. Albert yang melihat kegugupan adiknya hanya tersenyum geli. Noval yang dikenal dingin kini sedang keringat dingin karena gugup.

"Tenangin diri lu dek, anggap aja ini tender yang harus lu menangin. Jadi lu gak boleh gugup sama sekali," ucap Albert menyemangati sambil menepuk bahunya.

"Percaya diri aja val, Anak akselerasi masa gak bisa ngatasin kgugupan sndri." Akbar baru saja masuk langsung ikut memberi semangat pada Noval.

"Gua takut bang lagian juga ini bukan olimpiade yang cuma ngandalin otak sama strategi untuk menang."

"Ngapain takut, lu gak nyuri kutangnya orang. Jadi gk usah takut kek mau dikroyok sekampung aja."

"Becanda lu gak asik bang," ucap Noval lalu menoyor kepala Abangnya sebelum berlalu keluar karena acara pembukaan dimulai.

Jam tepat menunjukkan pukul 11.30 dan tepat saat ini juga Noval berjabat tangan dengan Pak Gunawan untuk melapaskan Ijab Qabul. Dinda masih berada di ruangan dekat Aula karena ia belum diperbolehkan keluar sebelum semua saksi berkata sah.

Noval melihatkan wajah tenangnya, padahal jantungnya saat ini berdetak sedikit cepat. Gugup yang dirasakan Noval tapi ia berhasil menyembunyikannya dengan wajah tenang mendekati datarnya.

"Bagaimana para saksi sah ?" Penghulu bertanya kepada para saksi sesaat setelah Noval selesai mengatakan TUNAI.

"Sah"

"Alhamdulillah -

Sekarang Noval dan Dinda resmi menjadi sepasang suami istri. Semua yang menyaksikan di Aula tersenyum bahagia bahkan Noval yang jarang tersenyum di depan orang banyak pun kini tersenyum manis dengan lengkungan sudut bibirnya yang tertarik sempurna. Dinda baru saja diperbolehkan keluar dari ruang bersembunyinya. Duduk tepat disamping Noval yang kini sudah menghadap sempurna ke arah Dinda.

Noval tak henti mengagumi wajah wanita cantik dihadapannya ini. Dengan gaun putih panjang dengan hijab yang berwarna senada. Make up yang terlihat simple tapi elegan bersamaan membuat aura kecantikkan Dinda naik berkali-kali lipat.

Tidak berbeda jauh dengan Noval, Dinda yang kini mencuri pandang ke arah Noval pun terkesima dengan aura Noval hari ini. Senyum yang merekah sempurna dipadukan dengan tatapan teduh yang diperlihatkannya.

Noval memakaikan cincin ke jari manis Dinda dan begitupun sebaliknya. Cincin yang mengikat mereka dalam hubungan yang serius.

Lalu Dinda mencium punggung tangan Noval, tangan yang akan menjaganya di hari-hari esok. Selepas Dinda mencium tangan Noval kini giliran Noval yang mencondongkan sedikit badannya. Tepat saat itu Dinda merasakan sesuatu yang lembut menempel dikeningnya cukup lama.

------------------------#####

Siang ini Noval dan Dinda sedang ada di kamar hotel yang khusus disiapkan untuk mereka.

Noval tengah tiduran di kasur sedangkan Dinda masih di dalam kamar mandi. Noval merasa lelah dan butuh tenaga untuk melanjutkan acara nanti sore . Karena kelamaan nenunggu Dinda keluar kamar mandi Noval jadi ketiduran hanya dengan memakai boxer dan kaos putih.

"Kalo mau man-" Dinda yang baru saja akan meneruskan ucapannya berhenti ketika melihat suaminya yang telah lelap tertidur.

Diamatinya Noval dari atas sampai bawah dan ketika pandangannya menyusuri kembali pahatan sempurna di wajah Noval. Alis yang tidak terlalu tebal tapi rapi, hidungnya yang tidak terlalu mancung namun jauh dari kata pesek, dan bibir tipisnya yang berwarna merah muda. Bahu tegap serta tangan kokoh yang selalu berkutat dengan berkas kini terkulai di atas perut, saat turun lebih kebawah lagi Dinda meneguk air liurnya. Baju Noval tersingkap sedikit, hingga Dinda dapat melihat perut Noval yang kotak-kotak.

Dinda membalikkan badannya, mengatur deru nafasnya yang memburu serta degupan jantungnya yang tidak mau diperlambat dan jangan lupakan semburat merah yang menghiasi pipi Dinda.

Pikiran bodoh enyahlah kau, apa kata bang oval kalo aku ketauan melihat absnya, bodoh bodoh, batin Dinda.

Dinda merutuki dirinya yang sempat-sempatnya memperhatikan bentuk tubuh Noval, suaminya. Dinda berlalu menuju balkon, duduk di kursi santai yang menghadap langsung ke pantai tempat acara resepsi di gelar.

--------------------###
Tbc
17/05/18

Mianhae, cerita mentah ini. Mohon dukungannya.

WHAT'S WRONG WITH PAK NOVAL (?) (SELESAI - Belum Revisi)Where stories live. Discover now