Part 28

303 18 6
                                    

Maafkan semua ke typo an dan ke datar an cerita ini. Semoga suka.

Warning!!!
Ada Kata-kata yang tidak untuk konsumsi anak bawah umur. Jadi bijaklah dalam membaca.

*************

"Appa, Aon tidul thendili oleh ?" tanya Daon lebih ke arah permintaan ditambah mata yang berbinar lucu sambil sesekali mengerjap penuh harap.

"Lalu Appa tidur di mana sayang ?"

"Appa bitha tidul ngan Eomma."

Uhukk uhukkk

Dinda tersedak sup nya saat perkataan polos Daon terdengar telinganya. Membayangkan tidur seranjang sama Noval membuat Dinda merona merah.

"Daon tanya Eomma, apa Eomma bolehin apa tidur di kamarnya."

"Eomma, Appa olehkan tidul thama Eomma ?"

Daon menunjukkan ekspresi memelasnya ke arah Dinda dengan kedua telapak tangan mungilnya yang menyatu di depan dada.

"A- i iya boleh kok sayang."

Dinda tergagap menjawabnya. Bagaimana pun ini akan menjadi yang pertama dalam hidupnya. Dinda tidak berharap lebih selain tidur tapi memikirkan berbagi ranjang dengan Noval suaminya membuat ia bergidik ngeri sekaligus senang.

"Ya sudah, Malam ini Daon tidur sendiri di kamar Appa. Karna Appa gak akan ngizinin Daon tidur di kamar bawah. Kalo Daon takut bisa langsung masuk ke kamar Eomma lewat pintu rahasia yang Appa tunjukkin. Oke ?"

"Aon udah gede Appa nda akut agi thendili. Gomawo Appa."

Daon berpindah duduk dari kursinya ke pangkuan Noval. Dinda yang jadi penonton setia hanya tersenyum melihat tiap adegan suami dan anaknya itu.

"Sama-sama sayang, besok kita renovasi kamarmu."

Noval merasa dekorasi kamarnya tidak cocok untuk Daon yang masih balita. Warna dinding yang di dominasi abu-abu dan furniture warna putih sedikit membosankan untuk diliat anak kecil yang biasanya selalu menggunakan warna cerah dan berbagai animasi kartun.

"Nda mau, Ngan diubah Appa. Aon thuka kamalnya."

Tapi sayangnya Daon bukan anak kecil biasanya. Dia seorang balita yang berbeda dari kalangan usia sebayanya. Dia terlalu Antimainstream.

"Daon makannya sudah kan ? Sekarang naik ke atas tidur ya," ucap Dinda memutus percakapan Ayah dan Anak itu.

Daon turun dari pangkuan Noval, merapikan bajunya yang sedikit tersingkap lalu mendongak melihat manik mata Noval. Mengatakan sesuatu melalui tatapan matanya.

"Abang temani Daon tidur dulu ya Din"

Noval menggendong Daon lalu berjalan menuju kamar yang sekarang milik Daon tanpa mendengar jawaban Dinda terlebih dulu.

Dinda mendengus kesal, lagi-lagi jika berkaitan dengan Daon maka ia tidak akan di lirik Noval sedikit pun.

Cemburu ? Tentu Dinda sangat cemburu walau itu terdengar tidak etis tentunya. Bagaimana bisa ia cemburu sama seorang balita.

Pintu kamar Dinda terbuka lalu tertutup lagi. Noval sang pelaku yang baru saja memasuki kamar Dinda masih berdiri sambil mengamati kamar yang akan ia tempati ini. Noval terbilang jarang memasuki kamar ini karena baginya ini termasuk privasi Dinda.

Kamar berwarna merah muda dengan banyak stiker hello kitty bahkan bukan cuma stiker tapi hampir semua barang di dalamnya berbau animasi kartun kucing yang menyebalkan bagi Noval.

Noval melihat ke arah kasur, di sana juga terdapat  hello kitty lengkap dari bantal sampai bed cover. Noval berjalan mengarah ranjang, melepas sandal rumahnya lalu duduk sambil menyandarkan kepalanya di kepala ranjang.

"Din" panggil Noval mengalihkan pusat fokus Dinda dari Novel yang lagi ia baca.

"Iya bang"

"Ehmm kamarnya besok kita renovasi ya. Abang agak gk suka sama hello kitty."

Noval menatap Dinda penuh harap.

"Gak gak  gak mau. Aku suka hello kitty."  Dinda mengibaskan Novelnya ke kiri dan kanan.

"Ayo dong pliss, kita ubah warna dinding sama sprei kasurnya ya. Bantal sma bed cover juga tentunya."

"Gak mau bang!" Dinda menutup novelnya sedikit keras lalu menyimpannya di atas nakas samping tempat tidurnya.

"Tapi abang susah tidur kalo yang abang liat warna pink apalagi ada hello kitty nya."

"Gak mau dan gak boleh," tegas Dinda penuh tekanan.

Dinda menarik selimutnya sebatas dada lalu balik badan memunggungi Noval yang menatapnya sendu.

Noval membenarkan posisi tidurnya lalu mencoba untuk terlelap. Tapi nihil, Noval tidak bisa tidur sama sekali yang berujung dia bergerak gelisah di atas kasur.

Dinda menyadari pergerakkan Noval yang gelisah di belakangnya. Ia melihat jam dinding dan jarum pendeknya sudah menunjuk angka 1 malam berarti sudah 4 jam usaha Noval untuk terlelap.

Dinda berbalik menghadap ke arah Noval. Menatap Noval yang kini menutup matanya dengan lengan kanan. Lalu berbalik memunggungi Dinda.

"Bang"

"Hmm" Noval berbalik menghadap Dinda. Jarak keduanya sangat dekat. Wajah mereka berdua hanya berjarak kurang dari 10 cm.

"Kenapa belum tidur ?"

"Gak bisa tidur, terlalu terang. Biasanya tidur lampu di matiin."

"Tapi aku gak bisa tidur kalo lampunya di matiin."

"Di tambah warna kamar yang terlalu cerah buat mata aku sakit."

"Yodah besok kita dekor ulang kamarnya." Dinda mengalah. Tentu saja, bagaimana bisa ia membiarkan orang yang mulai mengisi hatinya ini kesusahan.

"Beneran ? Makasih ya bby." Noval yang mendapat lampu hijau mengubah kamar langsung melingkarkan tangannya di pinggang Dinda lalu menarik Dinda lebih dekat. Noval menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Dinda.

Dinda yang mendapat perlakuan itu terdiam. Terlalu terkejut. Jantungnya berdetak terlampau kencang hingga ia takut Noval akan mendengarnya.

"Biarin gini ya, gelap dan wangi. Night bby, have a nice dream."

Noval makin menyembunyikan wajahnya lalu memberi kecupan di leher jenjang Dinda.

WARNING!! BOLEH SKIP BAGIAN INI KE BAWAH BAGI ANAK BAWAH UMUR.


Mencium pelan pangkal leher Dinda diikuti dengan isapan serta gigitan pelan di sana. Membuat kissmark pertamanya.

Dinda yang mendapat serangan mendadak mendesah tertahan dengan wajah yang merona malu. Dinda merasakan deru nafas teratur di tengkuknya. Noval cepat sekali terlelap.

Dinda ikut memejamkan matanya sambil mengusap punggung Noval perlahan.

----------------------------####

Tbc
21/06/18

WHAT'S WRONG WITH PAK NOVAL (?) (SELESAI - Belum Revisi)Where stories live. Discover now