~Part 40~

2.2K 148 11
                                    

Devany POV

Gue berharap agar Ciko gak kebawa emosi. Tapi Reiza tetep aja gak mau ngalah. Gue yakin kalau Ciko udah marah banget.

"Cuih.."

Ya ampun. Reiza meludah didepan Ciko? Jahat banget dia. Tapi tunggu,Ciko masih belum berrespon apa-apa.

Salah gue. Ciko secepat kilat menghantam wajah Reiza. Reiza terbang sampai dia terjatuh di atas lantai. Gue yakin itu pasti sakit.

"Ayo Cik..
Habisin aja.."

Nih kawan cowok bukannya misahin kok malah mengompori Ciko sih? Gue gak boleh biarin Ciko berantem lagi. Nanti kalau dia masuk BK,pasti dia bakalan bermasalah lagi. Udah tadi pagi dia gak lengkap,masuk barisan yang melanggar aturan. Gue yakin pasti Ciko bakalan mendapat masalah  besar kalau sempat menghajar Reiza sampe babak belur.

Tapi kalau misalnya gue ngelarang dia? Gue mau bilang apa? Gak mungkin gue sok jadi pahlawan kesiangan. Tiba-tiba memisahkan mereka dan melarang Ciko berantem. Ah,gak mungkin lah. Apa hak gue?

"Jadilah orang yang punya hati.."

Ciko jongkok dan ngomong sama si Reiza. Aduh,apaan sih yang dia bilang? Nih para cowok dadak nutupin Ciko segala lagi. Gue jadi gak jelas denger dia bilang apa.

Tapi gue jadi salut lihat Ciko. Dia tetap bisa ngajarin Reiza pelajaran hidup walaupun udah segitu emosinya. Ciko memang baik.

Akhirnya,Ciko berjalan keluar dari lingkaran itu. Gue lega karena Ciko gak jadi melanjutkan berantemnya.

"Dasar pengemis cinta!"

Belum saja Ciko berjalan tiga langkah dari Reiza,Reiza udah neriakin Ciko dengan ungkapan pengemis cinta?

Gue spontan jantungan ketika Ciko berbalik lagi dan rahangnya mengeras. Tangan kanannya terkepal keras. Dan matanya kembali membara . Dia maju selangkah dan kepalannya bersiap mendarat kepada Reiza lagi.

Oh Tuhan,jangan Ciko. Nanti Lo masuk BK. Gue gak mau.

Gue refleks berlari menuju Ciko. Hanya Ciko. Ada ketakutan dalam hati gue yang gue aja gak tau apa. Yang ada dipikiran dan hati gue hanya Ciko.

"CIKO JANGAN!"

Tanpa ada rasa malu,gue menahan tangan Ciko yang udah melayang di udara. Kedua tangan gue. Astaga,tangan Ciko begitu keras. Gue sampai sedikit mundur karena Ciko benar-benar pengen menghantam wajah Reiza keras.

"Jangan lakuin itu Ciko..
Gue mohon!"

Ciko mendadak diam. Matanya yang tadinya membara mendadak tenang kembali. Mata yang selalu membuat gue nyaman kini telah kembali bersinar. Tangannya yang keras perlahan lemas dan turun kebawah.

Gue ngelepas tangan gue. Sumpah! Sekarang gue pengen ambil roket trus terbang ke planet mars. Tangan gue dingin. Kaki gue kebas banget. Jantung gue deg-degan. Keringat gue kembali bercucuran. Tangan gue juga gemetar.

Oh Tuhan, Devany masih belum kuat buat ngomong sama Ciko. Tapi,kelas sunyi sekejap. Gue makin greget. Bibir gue seakan terkatup rapat.

Tapi,gue harus ngomong sama dia.

"Jangan lakuin hal itu lagi. Terserah orang mau bilang Lo apa Ciko,jangan dengerin omongan mereka. Lo udah janji jadi anak yang baik. Jadi,tetaplah jadi anak yang baik."

Bodoh,bodoh,bodoh. Gue ngomong apa barusan? Gak nyambung banget. Gue gak berani lagi natap matanya Ciko lama-lama.

Langkah terakhir adalah gue berjalan lurus tanpa menoleh sedikitpun kekanan atau kiri. Gue duduk di kursi gue sambil menunduk malu. Pengen banget gue naruh muka gue di laci meja sekarang.

Gue pura-pura buka buku biar gak kelihatan kalau gue lagi malu setengah mati. Tiba-tiba Bu Endang dateng. Dia marah.

Bu Endang manggil Ciko dua kali,tapi gak disahaut sama tuh cowok. Pas ketiga kali,gue refleks lihat si Ciko. Dan sialnya,mata kami kembali bertemu. Dia ngelihat gue masih kebingungan. Sama bingungnya kayak gue. Untung James nyikut perutnya dia. Sehingga gue gak perlu lama-lama lihat mata Ciko.

Si Ciko di interogasi. Reiza juga. Tapi, syukurlah Reiza gak mengadu sama Bu Endang. Dia bilang dia nabrak tembok. Apa tembok? Hahah,tapi yasudah lah.

Gue lega karena Ciko gak dapet masalah. Akhirnya pelajaran dilanjutkan. Kelompok si Maya maju nih. Gue langsung melihat mereka. Gue nyuruh Suji menulis pertanyaan buat mereka.

Oh iya,gue sama Suji gak ada acara diam-diaman. Gue langsung minta maaf sama dia. Dan untungnya juga,dia mau maafin gue. Papa bener. Suji memang sahabat gue. Dia selalu ada buat gue. Gue gak bakalan ngecewain mereka lagi.

Mereka? Yap. Suji dan Ciko.

Sekarang gue lagi gak konsen sama presentasi di depan kelas ini. Gue masih kepikiran sama perbuatan gue tadi.

Keterlaluan.

Gue masih mengumpat kesal karena setiap gue inget kejadian tadi,jantung gue kembali berdetak cepat. Gue masih gak percaya sama apa yang udah gue lakuin.

Tapi tenang Devany. Gue gak bakalan ngelakuin itu lagi. Tapi tergantung situasi sih.

Ah yaudahlah. Gue capek mikirin itu.

                       🏫🏫🏫
Hampir satu jam dua kelompok ini menjelaskan teori mereka. Dan sewaktu kelompok gue mau maju,bel pergantian les berbunyi.

Kelas berteriak kegirangan. Karena saatnya pelajaran olahraga. Macam udah kangen banget nih anak sama pak Barus. Tapi memang sih,kalau dirata-ratakan yang gemar pelajaran olahraga jauh lebih banyak ketimbang pelajaran lain.

Padahal olahraga lebih dominan buat cowok,dan jumlah cewek jauh lebih banyak di dunia ini. Dengan kata lain,ada juga cewek yang gemar sama pelajaran olahraga. Kecuali gue. Garis besar di bold dengan  capslock dan dicetak miring juga. KECUALI GUE.

Mereka suka pelajaran olahraga,atau karena bebas setelah materi sih?

Banyak teman-teman yang pergi atau sekedar lewat dari kelas lain hanya untuk melihat doi mereka.

Dasar,cewek!

Eh,gue cewek juga kan?

Udahlah. Sekarang gue mau ganti baju dulu. Nanti pak Barus marah pula sama gue.

Dan,hal yang paling gue benci. Ciko datengin meja gue dan berdiri dengan ekspresi wajah yang sulit gue tebak.

"Dev,gue mau ngomong sama Lo."

Anjir. Akhirnya gue mengumpat kesal setelah belum pernah mengumpat seperti ini. Jantung gue kembali berdetak kencang. Kenapa ya,setiap Deket sama Ciko jantung gue selalu seperti ini.

James menepuk pundak Ciko lalu meninggalkan kami bertiga. Sama Suji maksudnya. Dan,Suji juga pergi ketika melihat gue sama Ciko bergantian.

Kini,tinggallah gue sama Ciko dalam ruangan kelas. Anak lain udah ketoilet ganti pakaian. Dan gue,dengan bibir membisu menatap Ciko takut-takut.

"Dev,"

Dan sekarang! Andai ada bom nuklir disekolah ini,gue rela ngeledakinnya. Daripada tersiksa batin kayak gini.

Kaki gue mau lari tapi gak bisa gerak. Dan otak gue seakan mati sesaat. Aduh Devany,ayo. Beranikan diri Lo melihat Ciko.

"Mm,ya?"

___________________________________
Next 👉👉👉👉👉

Juara Kelas VS Perusuh Kelas ( Tamat✓)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu