30 🏀 Breakfast

965 91 7
                                    

Begitu Elin melangkah ke dalam apartement, dia melihat Guanlin sedang duduk bersantai sambil menonton TV di ruang tamu.

"Gue pulang..." 

Elin terbiasa mengucapkan salam ketika pulang. Beberapa detik dia menunggu jawaban dari Guanlin, tapi lelaki itu tidak mengatakan apapun. Biasanya, minimal dia menjawab dengan deheman sekalipun sedang sibuk. 

Oleh karena itu Elin mendekat ke arah Guanlin. Lelaki itu sedang memejamkan mata sementara tangannya memegang remote TV di atas pahanya. 

"Guan?" Elin menyentuh pelan bahu Guanlin.

Tidak disangka Elin, Guanlin langsung tersentak kaget seperti baru bangun tidur.

"Guanlin? Lo ketiduran disini?" kata Elin sambil menahan tawa.

"I--Iya... Mungkin..." jawab Guanlin dengan suara pelan dan lemah. 

"Nungguin gue ya? Maaf gue pulangnya kemalaman." 

"Hm, itu ada cokelat di meja tadi gue beli. Gue mau ke kamar."

"Oh iya, thx." 

Sebenarnya Guanlin tidak tertidur. Tadi dia sedang melamun dan berpikir dengan mata tertutup. Dia tidak sadar jika Elin sudah masuk ke dalam apartement, jadi Guanlin kaget tiba-tiba Elin berdiri di depannya. 

Guanlin belum siap berhadapan dengan Elin. Dia panik bagaimana harus bersikap di depannya. Dan bingung harus dia apakan perasaannya ini.

Ketika Elin selesai membersihkan diri dan masuk ke kamar, Guanlin masih tetap melamun menatap kosong ke arah langit. Sesekali berkedip karena terlalu lama membuka mata. Dia tidak bisa tidur walau  tubuhnya sudah merasa lelah.

Elin juga tidak bertanya. Dia pikir mungkin itu efek kaget karena Guanlin baru bangun tidur. Elin berpikir Guanlin pasti akan normal lagi besok pagi.

Tapi dugaan Elin salah. Esok paginya Guanlin justru berubah makin aneh. Dia jadi pendiam, sedikit dingin, dan seolah menghindari Elin terutama menghindari kontak mata.  

Seperti pagi hari ini saat sarapan. Pagi itu setelah selesai mandi dan mengenakan seragamnya, Guanlin terburu-buru keluar dari kamar sambil memakai ranselnya. Tanpa mengatakan apa-apa dia berjalan cepat menuju pintu keluar. Kalau pada saat itu Elin tidak memanggil, Guanlin pasti langsung pergi. 

"Guanlin?" panggil Elin.

Guanlin menoleh. 

"Gak sarapan dulu? Mau kemana?"

"G--Gue diajak Jihoon sarapan di luar. Lo sarapan sendiri aja."

"Tapi gue udah masak nasi goreng. Gak mau nyoba? Dua sendok aja."

"Enggak. Gue duluan." hanya itu yang dikatakan Guanlin kemudian dia langsung keluar. 

Elin merasa ada yang aneh dari Guanlin. Setau Elin, Guanlin tidak pernah menolak nasi goreng, itu makanan kesukaannya. Selain itu kalau dia memang diajak Jihoon sarapan di luar, seharusnya dia memberi tau Elin semalam. 

Elin cukup cerdas untuk menebak bahwa Guanlin berbohong. Jihoon tidak pernah bangun pagi. Lantas bagaimana dia bisa mengajak Guanlin sarapan bersama? Tiba di sekolah sebelum pagar ditutup saja merupakan kebanggan bagi Jihoon.

Apa yang terjadi pada Guanlin, itu pertanyaan terbesar dalam kepala Elin.

Di sekolah pun sama. 

Saat jam istirahat, Elin melihat Guanlin, Jihoon, dan Wooseok tengah mencari meja yang kosong. Karena meja yang ditempati Elin dan Eunbin masih cukup ruang, Elin melambai mengisyaratkan tiga sahabat tersebut untuk duduk bergabung.

Different - Lai Guanlin [COMPLETE]Where stories live. Discover now