26 🏀 Sayur

1.1K 101 10
                                    

Hari-hari Elin berjalan dengan normal. Semua baik-baik saja. Tidak ada masalah apapun.

Kecuali satu hal yang baru-baru ini Elin rasakan berbeda dari Guanlin. Lelaki itu berubah jadi sangat-sangat-neomu-neomu-neomu manjanya kebangetan. Minta susu hangat sebelum tidur, pelukan sebelum tidur--kadang cium juga, minta dimasakkan macam-macam, pokoknya maunya dia itu banyak banget. 

Elin seperti mengurus bayi raksasa yang tingginya 181 cm.

Yang paling parah adalah ketika Elin sudah memasakkan berbagai macam masakan untuk Guanlin, lelaki itu hanya makan setengah porsi karena "Gue gak suka sayur."

Masakan Elin memang hampir semuanya mengandung sayur saat itu. Tapi Guanlin hanya memakan bulgoginya saja.

"Coba icip dulu, sapa tau suka. Gue udah masak banyak lho ini." kata Elin dengan suara kecil. Dia kecewa.

"Kan gue gak minta."

"ISH! Hargai orang lain bisa gak sih?! Katanya tadi gue disuruh masak yang banyak. Udah masak, gak dimakan." Elin menaikkan nada bicaranya.

"Gue mana tau kalo lo masak pake sayur semua?" Guanlin ikut menaikkan suaranya. 

Elin menghela napas. Repot kalau mereka saling meneriaki seperti ini. Sama-sama tidak mau mengalah.

"Masuk kamar gih sana, nanti ini gue beresin."

Elin mencoba menekan emosinya, berusaha menghadapi ini dengan kepala dingin. Tapi tetap saja ucapannya terdengar dingin. 

Tanpa mengucapkan maaf, Guanlin berdiri lalu pergi sesuai yang diperintahkan Elin.

Setelah yakin Guanlin sudah masuk ke kamar, Elin membanting sumpitnya pelan mengenai pinggiran mangkuk. Emosinya ingin meluap namun Elin tidak tau bagaimana cara menyalurkan rasa kesalnya ini. Hatinya terlanjur panas.

Habisnya tadi Guanlin minta dimasakan banyak makanan. Saat ditanya masak apa, jawabannya terserah.

Mana Elin tau kalau Guanlin tidak suka sayur. Sebaiknya bilang saja dari awal kalau dia tidak suka sayur. Kan Elin tidak perlu menghabiskan persediaan sayur satu minggu dalam satu malam.

Elin menyimpan semua makanan di kulkas, mencuci piring disertai suasana hati yang tidak enak. Kalau tau mubazir begini, lebih baik Elin tidak menuruti kemauan Guanlin tadi.

Ketika Elin masuk, Guanlin sedang bermain HP di tengah kasurnya. Tidak peduli akan hal itu, Elin langsung berbaring di kasurnya bersiap untuk tidur.

Elin masuk tanpa berkata apa-apa. Itu hal yang cukup aneh untuk Guanlin. Dia melirik beberapa kali ke arah Elin yang meringkuk dalam selimut. Butuh beberapa detik berpikir barulah Guanlin paham kalau Elin sedang marah.

Dia langsung berhenti bermain game kemudian meletakkan HP nya ke nakas. 

"Mau tidur?" tanya Guanlin asal.

"Hm." jawab Elin singkat karena lagi malas bicara.

"Tumben, biasanya begadang main HP."

"Capek." 

"Oooo." 

Kepala Guanlin buntu. Dia tidak tau harus berbuat seperti apa pada perempuan yang sedang ngambek. Tidak ada satu ide pun yang muncul bagaimana cara membuat Elin tidak marah lagi padanya. 

Guanlin tau kalau dia menunggu beberapa hari kemarahan Elin akan menghilang dengan sendirinya. Tapi Guanlin tidak mau tiga hari selalu makan di luar karena Elin mogok masak.

"Lin... mau cuddling." pinta Guanlin blak-blakan.

Mata Elin langsung melotot. Untungnya saat ini dia sedang mebelakangi Guanlin jadi perubahan ekspresinya tidak kelihatan.

Different - Lai Guanlin [COMPLETE]Where stories live. Discover now