39 🏀 Cieee

776 72 6
                                    

Guanlin tau saat-saat seperti ini akan terjadi. Sejak dulu Guanlin tidak menyukai Minho dan berusaha memisahkan Minho dari Elin. Segala aturan telah Guanlin berlakukan untuk Elin agar tidak dekat-dekat dengan Minho.

Elin selalu manurutinya dan takut padanya. Tapi sekarang gadis itu beruabah. Guanlin tidak dapat mengontrolnya lagi. Terlebih setelah Guanlin tau kalau ternyata Elin sering bertemu dengan Minho selama Guanlin tidak ada, bahkan membolehkan lelaki itu mengunjungi apartementnya. Guanlin mendapat informasi ini dari Eunseo setelah beberapa kali memaksa.

Guanlin merasa telah gagal mempertahankan Elin di sisinya. Namun ia lebih geram pada Elin. 

Kesal, marah, kecewa, dan cemburu. Paket komplit sakit hati yang menuntun Guanlin melampiaskannya ke dunia malam, yaitu club malam. Setahun lebih Guanlin tidak pergi ke tempat tersebut karena Elin melarangnya. Tapi malam ini hatinya merasa inilah tempat yang tepat untuk menghibur dirinya. 

Guanlin pergi seorang diri dengan suasana hati kacau balau. Elin masih belum juga pulang. Guanlin tidak peduli lagi dimana Elin berada sekarang.

Guanlin mengambil tempat duduk di kursi dekat meja bertender.

"Red wine!" pinta Guanlin.

Bartender yang berada di sekitar sana hanya mengangguk mengiyakan pesanan Guanlin. Pria itu sudah sering melihat pelanggan stres yang datang ke club malam dengan penuh emosi. Tak jarang ia juga mendapat teriakan dan makian, kadang bartender tersebut juga mendengarkan curhatan mereka. Walau lebih banyak yang ia tidak pedulikan daripada ia dengar.

"Tambah!"

"Lagi!"

"RED WINE DUA GELAS LAGI!"

Guanlin terus menambah tanpa memikirkan kondisinya yang sudah sangat mabuk. Guanlin sudah menghabiskan sepulus gelas tapi tetap ingin menambah. Kalau bisa, Guanlin ingin menghabiskan dua botol. Tidak pedulikan harganya mahal, Guanlin memiliki banyak uang.

Setelah berada pada batasnya, Guanlin akhirnya tertidur di meja dengan lengan yang ia gunakan sebagai bantal. Guanlin memang stres tapi Guanlin tidak ingin mati karena nekat melewati batas alkohol yang mampu ditahan tubuhnya. Guanlin tidak mau mati konyol.

Bartender disana hanya menghela napas. Sekali lagi, banyak pelanggan disini yang bernasib sama seperti Guanlin. 

Melihat mereka sebenarnya cukup membuat pria tersebut merasa kasihan. Tapi bukan haknya untuk mencampuri urusan mereka. Biarlah mereka sibuk dengan urusan mereka sementara bartender tersebut mengurusi pekerjaannya.

"Kalo aja gue keterima jadi PNS, gak bakal gue kerja disini." gumam bartender tersebut sambil melayani minuman pelanggan lainnya.

🏀

Pertarungan kecil pun terjadi. Elin dan Minho saling membasahi satu sama lain sampai Minho medorong air dalam volume lumayan besar ke arah Elin sehingga seluruh wajahnya terkena air.

Elin reflek menutup matanya untuk mencegah air garam masuk ke matanya.

Ketika sibuk mengusap air di permukaan wajahnya, tiba-tiba ada sesuatu yang menempel pada bibirnya. Membuat mata Elin yang semula tertutup langsung terbuka lebar.

CUP

Benar, Minho menciumnya tepat dibibir. Sedikit menggerakan bibirnya sehingga air garam yang berada di bibir Elin habis tak bersisa.

Setelah meciumnya selama 3 detik Minho menarik kepalanya dan tersenyum.

Elin menyentuh bibirnya sendiri. Dia tidak percaya apa yang baru saja Minho lakukan padanya. Ekspresi terkejut tercetak jelas di wajahnya.

Different - Lai Guanlin [COMPLETE]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें