15 🏀 Mad

1.3K 124 5
                                    

⚠ warn: mature ⚠
⚠ 16+ ⚠

Dalam perjalanan menuju apartement, Guanlin tidak mengatakan apa-apa. Di sepanjang koridor hanya terlihat pintu-pintu apartement milik orang lain dengan nomor berisi tiga digit angka.

Guanlin berjalan lebih cepat sampai Elin harus berlari kecil agar langkah mereka sejajar. Tapi tetap saja, lebih sering Guanlin berjalan di depan dan Elin tertinggal di belakangnya. Guanlin benar-benar marah.

"Guanlin, maaf."

Berkali-kali Elin mengucapkan maaf tapi tidak ditanggapi oleh Guanlin. Sampai masuk ke dalam apartement, Guanlin melepas sepatunya cepat lalu segera berjalan masuk ke kamarnya.

Elin membutuhkan waktu untuk melepas ikatan tali sepatunya, jadi dia berseru kencang. Mencegah Guanlin masuk ke kamarnya.

Setelah sepatu terlepas dari kakinya, Elin berlari menarik lengan Guanlin.

"Guanlin, gue mina maaf."

"MAU LO APA SIH?!"

Elin melangkah mundur sedikit karena kaget. Juga sedikit takut karena Guanlin menjawab dengan teriakan membentak.

"Gue udah bilang, jauhi Somi, dia ngebawa pengaruh gak baik. Lo mau jadi cewek berandalan kayak dia?"

"..."

"Kalo seandainya gue gak datang, gimana nasib lo hah? Mau jadi jalang?"

"Maaf. Gue cuma pingin tau gimana serunya ikut nonton balapan. Pingin coba seru-seruan bareng temen."

"Lo inget Jinsol?"

Ekspresi Elin blank seketika. Dia total lupa kalau Jinsol disuruh Guanlin untuk menjaganya di bar tadi.

"J-Jangan marahi dia, gue yang salah."

"Gue gak marahi dia. Gue tau dia gak salah, tapi apa lo inget sama dia?"

Elin menunduk.

"Jinsol nyari lo kemana-mana, dia panik karena lo gak bisa dihubungi. Lo gak mikir?" Guanlin mendorong dahi Elin dengan telunjuknya.

"Lo itu pinter, dipake dong otaknya!

"Lo masih lugu, gak usah sok-sok-an ngikutin trend anak gaul. Mabuk-mabuk-an, nonton balapan, dan kelyururan gak jelas malam-malam, pulang subuh." sambil berkata demikian, Guanlin mendorong Elin. Bergantian mengenai dahi dan pundaknya. Sampai mentok tembok, Elin tidak bisa mundur lagi.

"Tolol!"

Hati Elin memanas. Dia tau dia salah, tapi dia pikir Guanlin terlalu melebih-lebihkan. Elin merasa tak seharusnya Guanlin menyudutkannya seperti ini, Guanlin bukan orang tuanya, mereka saudara kembar yang berarti umur mereka sama.

Elin tau dia berubah, sudah tidak sesabar dulu. Malam ini, semua makian dan cacian Guanlin membuat emosinya tersulut. Tiba-tiba dia merasa tidak mau disalahkan.

"Emang apa salahnya kalo gue berubah?! Gue ngikutin perkembangan jaman, apa itu salah?! Somi juga baik kok sama gue, dia gak pernah maksa gue ngelakuin ini, gue sendiri yang mau, jadi jangan salahin Somi!!!"

Dahi Guanlin berkerut. "Udah salah, masih berani nyolot?"

"Coba lo introspeksi diri. Apa cuma gue yang sering keluyuran malam-malam? Lo juga, bahkan lebih sering! Gue cuma beberapa kali, lo hampir tiap minggu!"

"Tapi gue cowok, jadi aman-aman aja. Lo cewek, jelas beda! Lo gak malu sama tetangga?"

Elin terkekeh mengejek. Dia melipat tangan di depan dada kemudian berkata "Image selalu jadi yang utama ya, buat lo? Selama gue gak ngelakuin hal buruk kan gak papa? Biarin orang lain nethink, nyatanya gue gak ngelakuin hal yang salah kan?"

Different - Lai Guanlin [COMPLETE]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें