Chapter 53 💕 Mengagumimu sedemikian ini

18.6K 2.1K 616
                                    

Sebenarnya Runa tidaklah betah tinggal di Pondok. Semua orang sama saja. Selalu menghakimi dan menyudutkannya. Entah itu dari cara mereka memandangnya, memperlakuannya, dan ia sering mendapati orang-orang--seolah sedang membicarakannya di belakang.

Sebetulnya Runa sudah sering diperlakukan begitu, harusnya ia kebal. Tapi nyatanya tidak! Setiap ia mendapat perlakuan buruk, keinginan bunuh dirinya kambuh lagi. Tapi sejak malam itu, malam di mana Runa menyaksikan dan mendengarkan sendiri, Khaira berdoa untuknya. Runa berubah pikiran. Ia yang tadinya tidak ingin mempercayai siapa pun itu, mencoba memberi Khaira kesempatan.

Ya. alasan dirinya menurut saja untuk tinggal di pondok, dan tidak kabur adalah Khaira. Ia samasekali tidak ingin mengikuti keinginan orang tuanya yang sangat ia benci. Kak Khaira membuatnya merasa aman.

Sejak hari pertama Runa di pondok. Khaira adalah orang yang pertama yang tersenyum padanya-yang membuat Runa kembali percaya, bahwa orang baik itu, masih ada. Khaira lah yang membantunya menyesuaikan diri, beradaptasi dengan lingkungan pesantren.

Misalnya, saat ada tugas piket. Perlu diketahui Pondok Az Zubair merupakan pesantren yang berbeda dengan pondok kebanyakan. Ketika pondok lain mengusahakan segala sesuatu serba beres bagi semua santrinya; makan tinggal makan, baju tinggal laundry, tak perlu memikirkan hal lain, selain belajar dan menghafal.

Maka Pesantren Az Zubair adalah kebalikannya. Pondok Az Zubair selain mengusahakan agar santrinya berilmu dan berakhlaqul kharimah, Mereka juga sangat menekankan tentang kemandirian.

Oleh karena itu, semua sudah dipastikan. Para santri mestilah mencuci pakaiannya sendiri, tak ada laundry atau orang yang bisa diupah untuk mencucikan. Kemudian khusus untuk santri putri, maka merekalah yang harus membeli keperluan dapur, hingga memasaknya.

Di Az Zubair para santri belajar bagaimana mencukupkan uang belanja yang sengaja diberi untuk satu minggu ke depan. Memutuskan menu dan lauk apa saja yang hendak dimakan saat sarapan, siang, malam untuk satu minggu. Belajar me-list daftar belanjaan, belanja-menawar di pasar, hingga nanti bahan makanan itu dieksekusi untuk dimasak.

Khaira yang merupakan senior dan termasuk tangan kanannya Musyrifah, pembimbing asrama, adalah yang bertugas menyusun jadwal piket. Khaira selalu memilih untuk piket berbarengan dengan Runa, dan itu sangat membantu banyak bagi Runa. Piket apapun. Apakah itu piket kamar mandi, menggosok WC, piket asrama, piket masak, piket goro (gotong royong, read), piket masjid, piket kelas dan lain sebagainy.a

Ketika piket masak misalkan, sudah diputuskan masing-masing kepala, mesti menggiling cabe merah dua puluh buah.

"Runa, kamu iris bawang dan potong-potong sayur aja ya, biar kakak yang gilingkan cabenya," ucap Khaira sambil tersenyum, tanpa ada beban di wajahnya.

Yes!!

Anak-anak baru pun menjadi girang dibuat Khaira. Menggiling cabe merah adalah serupa hal yang menghantui ketika dapat giliran piket masak.

Bagi mereka yang belum pernah menggiling cabe merah, atau yang pernah mencobanya sekali-dua kali. Kegiatan menggiling cabai adalah kegiatan terhoror saat memasak.

kamu harus menggiling si merah itu dengan cara khusus, dan ulet. Agar cabai itu tidak tumpah, tidak berjatuhan dari batu giling, tidak terpental sana-sini dan cepat halus.

Horror! Karena efek yang disebabkan oleh cabe itu sendiri. Saat kalian menggilingnya maka kalian tidak akan dapat menghindari tangan kalian untuk tidak terkena pecahan kulit si merah itu- Yang ketika menyentuh sedikit saja kulitmu, maka siap-siaplah. Karena cabe akan menimbulkan efek panas menyebalkan, yang susah hilang.

Wo ai Ni, Aku Mencintai-MuWhere stories live. Discover now