Chapter 5 💕 Saya bukan pencuri!

28.3K 3.7K 582
                                    

Khaira melirik jam dinding di ruangan itu. Gelisah.

"Maaf, Pak, saya harus tunggu berapa lama lagi?" tanyanya bangkit dari kursi kepada security di hadapannya.

"Sabar ya, Mbak, pemiliknya sedang dalam perjalanan ke sini,"jelas security tanpa menoleh.

Ya Allah, mudah-mudahan Kak Syifa dan keluarganya belum pulang. Doa Khaira dalam hati. Ia pun kembali duduk.

Ia lirik jam itu lagi, pasrah.

Tak lama terlihat seseorang masuk, tapi bukan ibu-ibu. Seorang laki-laki, masih muda, mungkin kisaran satu-dua tahun di atasnya. Berperawakan tinggi, mengenakan kemeja dengan kaus putih di dalamnya, dipadu dengan celana jeans panjang hitam pekat beserta sneaker warna senada. Tapi, masa sih pemilik dompet itu laki-laki ini? pikir Khaira tak yakin.

"Saya anak dari Ibu Mayumi yang kehilangan dompet," lapor Zen cepat seraya melepas kacamata hitamnya.

"Ini dompetnya, bukan? Silakan dicek terlebih dahulu," seru Security itu seraya menunjukkan sebuah dompet.

"Benar! biar ibu saya saja nanti," ucap Zen cuek sedang matanya mengedar pandang lalu tertumbuk pada Khaira. Pandangan mereka bertemu beberapa saat.

"Maaf ... jadi dia orangnya, Pak?"

"iya, Mas." Security itu mengangguk, membenarkan.

Zen geleng-geleng.

"Sulit dipercaya, ternyata perempuan, berjilbab lagi!" serunya. Tersirat nada merendahkan di sana. Sedari dulu Zen memang tidak senang dengan orang berkerudung.

Khaira terperangah. Ia kaget sekali. Bagaimana mungkin dirinya dituduh mencuri? Perasaannya campur aduk.

"Bukan begitu--," sela satpam.

"Maaf ya, Mas, tapi saya tidak serendah itu! saya bisa-"

"Masih bisa bicara soal harga diri?" potong Zen sinis. Sorot matanya tajam. Mengintimidasi.

"Atas dasar apa Anda menuduh saya begitu?" seru Khaira membalas. Ia geram sekali.

"Memang maling masa kini!" Sahut Zen sarkastik.

"Tenang, Mas, kita bicarakan ini baik-baik," ucap satpam itu lagi, berusaha menengahi, mengendalikan situasi yang mulai memanas.

"Tak perlu. Tunggu sampai Ibu saya melihatnya!"

Sungguh Khaira tak menyangka kejadiannya akan seburuk ini. Tuduhan itu keji sekali. Hati Khaira berkecamuk. Namun ia tahan. Ingin rasanya Khaira menyakar-nyakar laki-laki itusekarang juga.

Suasana sontak hening. Ketika seorang wanita paruh baya mendorong pintu, masuk. Ia tampak anggun. Dibalut kaus butung warna putih, mengenakan celana bermuda dari linen krem dan bersepatu kets putih. Terlihat sekali ibu itu sangat memperhatikan penampilannya.

"Saya Ibu Mayumi yang kehilangan dompet," lapor ibu itu. Ia langsung menoleh ke putranya yang tengah berdiri senderan ke dinding.

"Itu dia, Mom. Dia pelakunya," ucap Zen, menunjuk Khaira dengan dagunya.

"Saya hanya menemukan, saya tidak mungkin mencuri!" Khaira menegas-negaskan suaranya, jauh dalam hati. Sebetulnya, Ia takut sekali.

Namun, Mayumi tampak tenang.

"Maaf, Pak, bagaimana ini?" tanyanya, dengan nada tak mengerti. Ia inginkan penjelasan.

Security itu menghela napas pendek.

"Begini, Bu, gadis ini mengaku bahwa ia menemukan dompet Ibu di toilet bandara."

Mayumi terdiam. lama. Seperti berusaha mengingat-ingat.

Wo ai Ni, Aku Mencintai-MuWhere stories live. Discover now