Chapter 38 💕 Bodoh!

18.4K 2K 595
                                    

Hari ini Syifa pulang agak bergegas. Karena Ia, Ummi, Ustadz Musa, Zima akan bersama-sama ke bandara untuk mengantar Kak Zikri terbang ke Kuala Lumpur, sebab besok abangnya itu sudah harus masuk kuliah.

Sekeluarnya dari pagar sekolah, Syifa sudah melihat mobil hitam milik ayahnya yang telah terparkir, menunggu. Langsung saja ia naik, mereka langsung bertolak ke bendara.

Astaghfirullahal azim al ladzi laailaahaillah huwal hayyul qayyum wa atuubu ilaih...

Astaghfirullahal azim al ladzi laailaahaillah huwal hayyul qayyum wa atuubu ilaih...

Astaghfirullahal azim al ladzi laailaahaillah huwal hayyul qayyum wa atuubu ilaih..

Syifa membacanya berulang. Ia memutuskan banyak-banyak minta ampun dan bertaubat atas kelalaiannya menjaga hati, atas silap dan alphanya akhir-akhir ini.

Hari ini kesedihan hatinya, bertambah. Berat hatinya untuk melepas pergi abang sulungnya itu. Terlebih lagi, ia belum cerita apa-apa tentang masalahnya pada Kak Zikri. Ia terlalu malu.

Drrrt! Drrt! Drrrt!

Syifa merasakan ponselnya bergetar. Segera ia merogoh saku. Pandangannya tertuju pada layar.

Drrrt! Drrt! Drrrt!

Kali ini ponselnya menunjukkan tanda bahwa daya baterainya lemah. Di layarnya sudah muncul notifikasi.
1 pesan masuk.

Deg!

Dari Kak Zen. Syifa menghela napas, membaca namanya saja sudah cukup membuatnya berdebar. Syifa membiarkan ponsel itu di pangkuannya. Aku tak ingin berurusan lagi dengan Zen.

Mobil itu terhenti. Terlihat kemacetan mengular. Pantas saja, karena sore adalah jam-jam nya orang pulang kantor. Syifa berusaha memikirkan hal lain, tapi pikirannya tetap saja tertuju pada SMS itu. Apa langsung kuhapus saja ya? Timbang Syifa kemudian.

Drrrt! Drrrt! Drrrt!

Syifa mengambil lagi ponselnya. Kini SMS itu telah beranak menjadi dua. Loh! Apakah ada hal yang sangat penting?

Benar, meskipun mereka memiliki nomor ponsel masing-masing. Bisa dihitung dengan jari berapa interaksi keduanya lewat benda itu. Sebab, Syifa hanya mengirimi dan menjawab SMS yang perlu-perlu saja.

Sedangkan Zen? Ia sepertinya tidak suka SMS-an. Ia lebih suka langsung menelepon. Tapi kalian tahu sendirilah, gimana Syifa. Ia tidak suka ditelepon lawan jenis. Ia akan mengomel. Lewat SMS saja! serunya kepada siapapun yang menelepon, terlebih jika itu bukanlah sesuatu yang benar-benar urgent, menurutnya.

Dikatai berlebihan? Syifa tak peduli. Menurutnya kita tidak akan mampu menyenangkan hati semua orang.
Syifa punya alasannya, sendiri. Sebab Syifa merasa lebih aman, jika berinteraksi lewat SMS saja, dan tentu, tanpa melibatkan emoticon-emoticon itu dan jangan pikir akan mendapat SMS semacam ini darinya,

Sorry, baru bales, baru selesai mandi, nih dan SMS sejenis lainnya, yang menurut Syifa akan membuat lelaki berimajinasi liar tentangnya. Menurut Syifa, cukuplah ia berakrab ria dengan teman sesama perempuan sahaja, dan tak perlu banyak basa-basi, jika itu laki-laki.

Kecurigaan Syifa pada dua SMS sekaligus itu beralasan. Sebab biasanya, jikalau Syifa yang mengirimi SMS, maka akan ditemukan balasan singkat dari Zen. Zen adalah tipe orang yang malas ngetik. Kalian tahu rekor SMS Zen berapa? Yap, benar! Satu huruf.

Ia akan mengirim "Y" untuk mengatakan "Ya atau setuju," Membalas "O" untuk menyatakan "Oh rupanya begitu," Dan merasa cukup mengirim tanda "?" Jika ia tak mengerti, ia mempertanyakan kembali.

Wo ai Ni, Aku Mencintai-MuWhere stories live. Discover now