Chapter 48 💕 Menjadi yang terbaik

19.8K 2.2K 549
                                    

Pagi ini Pondok Pesantren Az Zubair geger. Tidak seperti biasanya, kini para santri juga siswa dari tingkat Madrasah Ibtidaiyah hingga Aliyah, putra-putri semuanya dikumpulkan, di lapangan luas milik pesantren yang biasa sering dipakai untuk sholat hari raya tiap tahunnya.

Apa apa gerangan? Semua orang bertanya-tanya, tidak terkecuali Syifa dan Khaira. Sesuatu yang besar pasti telah terjadi, bisik mereka dalam hati yang sudah mafhum dengan sistem di Az Zubair sendiri.

Benar, setelah Ustaz Muaz membuka salam, menyapa para santri. Enam orang santri putra digiring oleh Musyrif, ke depan. Mereka para santri itu tampak tertunduk dalam, karena kini mereka jadi tontonan lebih dari ribuan mata. Betapa memalukannya! Apa yang telah mereka perbuat?

Bisik-bisik yang tadinya terdengar samar itu mulai riuh. Orang-orang mulai membicarakan enam santri putra di hadapan mereka.

"Ya Allah! Itu kenapa Kak Dani juga ikutan di situ. Setahuku dia anak baik, tidak neko-neko."

"Sumpah, aku nggak nyangka. Rio juga ikutan, mereka pasti telah buat dosa!"

"Hushh!"

"Sssttt!"

"Pelankan suara kalian!" Timpal suara-suara lain.

Ustaz Muaz berdeham, keriuhan itu hening seketika. Setelahnya, barulah Ustaz Muaz mulai menerangkan perihal pertanyaan yang berkecamuk, yang timbul dari benak setiap anak didik di hadapannya kini. Ustaz Muaz beristigfar berkali-kali, menyayangkan hal yang telah terjadi di pondok Az-Zubair yang berada di bawah pimpinannya itu. Dari lubuk hatinya, ada rasa penyesalan yang luar biasa, ia merasa gagal dalam mendidik santrinya, ia merasa gagal dalam menjaga para santriwatinya dari niat-niat jahat orang tak bertangungjawab.

Maka teranglah sudah pagi itu. Orang-orang terbelalak membekap mulut, tidak percaya. Khaira dan Syifa berpandangan, turut kaget dengan penjelasannya Ustaz Muaz. Enam orang santri baru itu, diduga telah melanggar aturan pondok. Tidak tangung-tanggung. Mereka kedapatan menyelinap ke wilayah asrama putri dan mengintip para santiwati putri yang sedang mandi!

What? Astaga!

Yang benar saja! Bagaimana mungkin mereka bisa menyelinap ke lingkungan Asrama santri putri yang dijaga super ketat! Semua tak percaya. Ini mustahil!

Rupanya semua diprakarsai oleh Bondet, ketua preman di daerah situ dan entah kenapa enam orang santri putra itu bisa ikut terlibat, melihat sesuatu yang sangat diharamkan agama itu.

Eksekusi pun dilakukan. Pak Amir menyerahkan gunting kepada Ustaz Muaz dan para ustadz lainnya yang ada di depan. Ustaz Muaz menjumput sebagian rambut Dani, lalu membabatnya habis. Rambut itu berguguran. Ustaz Muaz mengulanginya lagi, kali ini dari sisi lainnya. Tangannya meraih lagi sejumput rambut di sisi kanan dekat telinga lalu memotongnya lagi. Terus begitu hingga selesai, diikuti ustaz lainnya. Enam santri yang tadinya tampak rapi dan gagah itu berubah jadi buruk rupa seketika, dengan potongan rambut centang prenang, colak-colak, yang memporak-porandakan harga diri.

Dan entah apa pula hukuman yang akan diberikan Ustaz Muaz pada Bondet dan sekutu-sekutunya. Yang pasti, sebagai kepala desa, Ustaz Muaz akan menindak tegas warganya yang kedapatan melanggar itu.

Setelah eksekusi itu dilakukan, para siswa dan santri dipersilakan untuk kembali ke kelas masing-masing. Rerata semua bungkam, hingga jam sekolah berakhir, para santriwati sudah kembali ke asrama, Barulah efek itu terlihat, tangisan para santriwati pondok Az-Zubair pecah.

Ada yang meraung, meronta, menghentak-hentak, mengumpat tak terima hingga ada yang cuma menangis sesegukan membenamkan wajah memeluk lutut di pojokan.

Para Musyrifah, Khaira juga Syifa mengumpulkan para santriwati yang ada di kamar dan asramanya masing-masing. Pondok Az Zubair memiliki tiga buah asrama putri. Asrama Aisyah, Asrama Sumayyah dan Asrama Fatimah. Di sana mereka pun mulai menasehati pada Talamidzat, agar jangan ada lagi santri yang tidak menggunakan kain basahan ketika mandi.

Wo ai Ni, Aku Mencintai-MuWhere stories live. Discover now