Chapter 35 💕 Virus Merah Jambu

18.7K 2.1K 452
                                    

Apa yang sudah dirinya lakukan?
Zen sesungguhnya tidak benar-benar berniat, untuk mengikuti permainan Ryan. Ia hanya mengikuti nalurinya. Naluri, bahwa ia harus melindungi gadis itu. Ucapan itu terucap spontan saja dari mulutnya.

Selama ini Syifa baginya, adalah teman diskusi yang menyenangkan, gadis yang sangat menjaga kehormatannya, sekaligus membuatnya kagum.

Jadi pernyataan barusan itu benar? ia benar-benar menyukai Syifa? Zen tak yakin dengan dirinya. Ia bahkan belum sempat benar-benar memikirkan soal itu. Ia hanya terbawa suasana tadi. Pernyataan itu ada lantaran emosinya tersulut.

But, kalau pun tadi, Syifa menerima pernyataan cintanya, ia tak ada masalah soal itu. Syifa gadis yang baik, tak ada yang perlu dikhawatirkan. Soal cinta? Hm, Zen belum memikirkannya. Yang jelas fokusnya hanya satu, bagaimana membuat gadis itu, aman. Sederhana, bukan?

Tapi sederhana menurutnya, bukan berarti sederhana bagi Syifa? Kini, urusannya menjadi pelik. Zen tak yakin. Apakah gadis itu akan memaafkannya kali ini?

***

Tak ada yang akan percaya. Siapa yang bisa menduga. Kejadian dua hari yang lalu itu sukses membuat Syifa membolos sekolah untuk pertama kalinya ... seumur hidupnya!

Ucapan Zen itu seperti petir yang menyambar di siang bolong, di hidupnya. Dan seperti yang sudah dikatakannya, pernyataan itu sukses merusak hatinya.

Pertahanan Syifa yang sudah terbangun selama ini akhirnya, ambrol. Perasaannya campur aduk, yang membuatnya tak memiliki pilihan, selain memutuskan minggat dari sekolah, sebelum waktunya.

"Fa, lo inget kemarin ada yang berantem waktu lo di UKS? Rupanya yang berantem itu Kak Zen. Dia mukulin orang yang nimpuk lo pake bola sampe bonyok. Gila, 'kan? Tau nggak?

"Kak Zen itu baik ya ... dia care banget sama lo."

Pernyataan itu seolah tengiang-ngiang terus.

"Dia mukulin orang yang nimpuk lo pake bola."

"Dia mukulin orang yang nimpuk lo pake bola."

"Dia care banget sama lo."

"Dia care banget sama lo."

Pertemuan demi pertemuan itu tanpa bisa dicegah telah terputar sendiri dalam otaknya.

Boleh saya bicara dengan adikmu? Sebentar saja ... masa tidak boleh?/ Tetap tidak boleh ...!

Kamu baik-baik saja? Sandalnya mau kupasangkan?/ E-eh..

Nama yang bagus/ Syifa artinya penawar/ Penawar bagi saya juga, kalo gitu?

Jadi kamu berbohong?/ Bukan... bukan begitu.

Saya ingin pasangan perempuan/ In English!

Sorry .../ Its okay. That why you come here, right?

But, I'm afraid you will lose a lot tomorrow

Aku ingin kita bicara. Maaf, Syifa, berapa ganti ruginya?

Terus terang saya sangat menghargai perempuan. Sebagaimana saya ingin ibu, kakak dan adik saya diperlakukan dengan baik.

Kupikir kakak selalu mengusahakan semua cewek terkesan pada kakak/Termasuk ke kamu gitu?/Deg!/ Kamu salah Syifa ..., itu semua murni karena aku tak mau menjatuhkan harga diri perempuan.

Tentu. Kecuali kalo kakak menjadi mahromku/ Kamu mau aku masuk agamamu dan menjadi mahrommu?

Tidak Syifa, no more book please!

Wo ai Ni, Aku Mencintai-MuWhere stories live. Discover now