Heavy Starry Chain

Start from the beginning
                                    

"Oh! Bagus sekali, sekarang kalian memasangnya"

Polisi muda bername-tag Kwon Soonyoung tersenyum menang. Menurutnya percuma saja gadis pengantar ayam mengoceh membela diri, toh benar gadis itu salah di jalan.

"Bisa perlihatkan surat dan sim anda?"

"Hmm, aku tak membawanya—argh shit! Salahkan appa yang tiba-tiba memintaku mengantar pesanan ayam!"

Kembali Soonyoung tersenyum, tanpa dipaksa gadis pengantar mudah terpancing. Kwon merogohi saku di dada kiri menarik buku catatan kecil berisi kertas pelanggaran dan surat panggilan sidang.

"Boleh saya tahu nama anda nona?"

"Untuk apa menanyai namaku?!"

Gemas polisi Kwon memutar mata, apa salahnya bertanya nama untuk kolom nama pelanggar lalu lintas?

"Tugasku mencatat dan menulis info para pelanggar seperti anda nona"

Anak pemilik ayam Lee berdecik kesal antara malu dan emosi.

"Lee, Lee Jihoon"

Kwon tersenyum tipis saat mencatat.

"Usia?"

"24 tahun"

"Nomor yang bisa di hubungi?"

"Kau stalker?!"

Soonyoung mendengus. ya tuhan! ini masih bagian dari pekerjaannya.

"Tch. 9611-221996"

"Pekerjaan?"

"Mahasiswi semester 5 jurusan seni musik di Seoul Art Univ, tch! jangan menertawakanku!"

Gadis Lee bersidekap, ia tahu betul sang polisi muda bermarga Kwon menertawakannya. Seharusnya ia sudah terbiasa dengan tanggapan remeh masyarakat akan jurusan yang ia ambil, terlebih usianya.

Bukan tanpa alasan mengapa ia berusia cukup tua untuk mahasiswi semester 5, dulu ia telat masuk kuliah setahun dan di antara semester 3 ke 4 dirinya cuti untuk kerja sambilan di sebuah argensi hiburan.

"Aku tidak—pfft"

"Kau tertawa Polisi Kwon"

"Oke, kuakui tadi tertawa. Maaf. Baik ini surat tilang mu nona Lee. Kau harus datang tepat waktu dan mengakui kesalahanmu atau selamanya tidak mendapat izin berkendara"

Hanya anggukan kecil yang Jihoon balas, sedang polisi Kwon tadi sudah naik kembali ke motornya siap meninggalkan.

Sekilas lelaki bermata sipit aneh melirik kearah Jihoon berdiri, melempar senyum dan memberi anggukan sebagai tanda penghormatan terakhir.

Jihoon masa bodoh, ia meremas sedikit kertas tilangnya dan agak kesal hanya untuk sekedar membaca tanggal sidang.

Tapi mata semi-sipit nya menangkap tulisan lain yang tertera di kertasnya.

Manik tajam Jihoon memincing tak percaya dengan wajah merah padam, entah karena emosi atau salah tingkah, yang pasti surat tilang tadi ia jadikan korban dengan remasan kuat hingga sebesar kacang kenari dan dilempar sembarang.

"Sial! Aku dikerjai!"

.

.

.

.

.

"Annyeong Woozi, atau Lee Jihoon-ssi.

Senang bertemu denganmu kembali,

Mungkin kau tak mengingatnya, 

aku lelaki yang dulu kau beri semangat saat akan tes keterampilan Di kampus Seoul art Univ. Sayang sekali aku melepas surat
Penerimaan mahasiswa demi mengejar impian ayah menjadi polisi.

My IWhere stories live. Discover now