46 - Too Hard

762 68 21
                                    

Update lagi~

Coba sambil play mulmed, mungkin lagunya cukup related :)

Kalau lagu Indonesia sih yang cocok, Untitled - Maliq & d'essentials.

Tapi kalau feelnya belum dapat, ya mohon maap.

---



Meli's POV

Uda tiga hari ini gue nemenin Kak Johnny jalan-jalan.

Sejak kejadian di kedai kapan hari, Lucas gak ngehubungin gue sama sekali.

Entah gue harus sedih atau biasa aja, tapi gue ngerasa ada yang hilang gitu. Gue juga ngerasa ada yang mengganjal di hati gue.

Setelah membaca pesan dari Kak Johnny yang isinya menyatakan dia bakal jemput gue pas makan siang, gue memilih untuk menghabiskan waktu dengan bersantai di kamar gue sendiri. Gue mandangin Line, berharap ada nama Lucas di chat list

Gue baru inget, dia gak bakal cari gue kalo dia gak butuh :)

Yang kemarin itu cuma kebetulan aja. Mungkin emang dia lagi butuh sesuatu yang bener-bener mendesak, buat dia, makanya dia sampai nyamperin gue ke kedai. 

Astaga, Mel. Lo tuh uda mulai halu makanya jadi begini.

Gue menertawai diri gue dengan miris. Masalahnya gue uda mulai mengharapkan sesuatu yang gak berani gue harapkan sejak dulu. 

Iya, gue berharap perasaan Lucas muncul gitu secara perlahan. 

Gue bahkan berpikir gue akan ada di hati Lucas suatu saat nanti.

Tapi semuanya cuma sekedar halusinasi gue aja.

Makanya, jangan baperan dong, Mel!

Gue gak berhenti menghujat diri sendiri. Bisa-bisanya hati gue mulai berharap padahal gue tahu semua kemungkinan itu nyaris gak mungkin.

Kenapa sih Lucas bisa bikin gue terjebak love and hate gini? Di satu sisi gue suka sama semua yang ada pada dirinya, entah baik atau buruknya. Namun, di sisi lain gue merasa benci sama dia yang sama sekali gak pernah ngelihat dan ngerasain apa yang gue rasakan ke dia selama ini. Gue baru sadar kalau bilik cinta dan benci emang punya batasan yang begitu tipis hingga rasanya gue gak bisa bedain lagi perasaan gue ini seperti apa.

Tapi yang gue tahu adalah Lucas masih menjadi nama yang bikin hati gue berdebar gak wajar.

Gue meremas ujung selimut gue, menyalurkan semua rasa yang mengganjal di hati gue sekarang. Meski gue bingung sama hati gue, tapi gue tahu jelas saat ini gue sedang merasakan kecewa yang cukup besar kepada Lucas.

Seharusnya gue tau batasan dan gak pernah melewati batasan itu karena hasilnya bakal jadi begini.

Tak lama setelah itu, hp gue berdering dan gue melihat nama yang membuat hati gue campur aduk muncul di sana. Cobaan apa lagi sih ini?

Lucas is calling...

Meskipun ego gue memerintahkan otak gue untuk menolak panggilan tersebut, namun hati gue selalu tidak bisa diajak bekerja sama dalam keadaan seperti ini. 

Jari gue tetap menekan tombol menerima.

"Halo, Mel? Gue di bawah, turun dong bukain pintu."

Head Over Heels ; Lucas (Book 1) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang